Upacara Bendera Sakral di Bukit Klangon, Mengenang Sejarah Pertempuran di Lereng Merapi

Mengingat lokasi upacara bendera itu hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari puncak Merapi.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 16 Agustus 2024 | 14:30 WIB
Upacara Bendera Sakral di Bukit Klangon, Mengenang Sejarah Pertempuran di Lereng Merapi
Upacara bendera menyongsong Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia di Bukit Klangon, Cangkringan, Sleman, Jumat (16/8/2023). [Suarajogja.id/Hiskia]

SuaraJogja.id - Warga Kalurahan Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan, Sleman mempunyai tradisi unik dalam menyongsong Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia. Setiap tahun, tepatnya tanggal 16 Agustus, mereka selalu menggelar upacara pengibaran bendera terlebih dulu di Bukit Klangon.

Lantas apa sebenarnya makna di balik itu? Apakah ada sejarahnya?.

Danramil Cangkringan, Kapten CKE Suparno selaku inspektur upacara dalam amanatnya menerangkan dulunya kawasan Cangkringan merupakan tempat pertempuran melawan penjajah Belanda. Tak jauh di bawah lokasi upacara masih ada pula bukti sejarah berupa gua untuk persembunyian penjajah di Cangkringan.

"Pada masa perjuangan terdahulu, lokasi ini pernah menjadi pos perjuangan warga dan tentara," kata Suparno, Jumat (16/8/2024).

Baca Juga:Kibarkan Semangat Kemerdekaan, Bendera 9x6 Meter Membentang di Bukit Klangon

Dahulu kala diceritakan, bahwa Belanda pernah menyerbu dan membumi hanguskan rumah-rumah penduduk di kawasan tersebut. Sejumlah warga hingga pemimpin desa pun ditangkap hingga dieksekusi mati.

Sejarah penyerbuan di kawasan Argomulyo, Cangkringan itu tercatat pada Maret 1949 lalu. Tak hanya itu, pasukan Belanda juga menculik sejumlah orang di desa tersebut. Di antaranya ada Kades Argomulyo, Suharjo, dan carik desa, Sukarman.

Usai pertempuran itu kemudian muncul Laskar Rakyat. Bersama dengan para penduduk desa mereka berjuang melawan para penjajah hingga akhirnya mundur hingga ke wilayah Kaliurang.

Tak hanya khusus di Cangkirngan, pertempuran melawan Belanda juga berlangsung di wilayah Sleman lainnya kala itu. Di antaranya ada di Sambilegi Maguwoharjo, Prambanan, Ngaglik, Tempel, Minggir, Mlati, Turi, Seyegan, Berbah, Pakem, dan Gamping.

Tradisi pengibaran bendera sehari sebelum peringatan Hari Kemerdekaan itu dilakukan di kawasan wisata lereng Merapi Bukit Klangon, Padukuhan Kalitengah Lor, Glagaharjo, Cangkringan. Bendera merah putih berukuran raksasa 9x6 meter pun selalu digunakan dalam upacara ini dengan tiang setinggi 17 meter.

Baca Juga:Tak Ingin Kecolongan Lagi soal Kasus Pil Sapi, Seluruh Sopir Jip Wisata Sleman Wajib Tes Kesehatan

Latar belakang pengibaran bendera pun tak kalah megah dengan Gunung Merapi. Apalagi ketika pagi puncak gunung berapi yang masih aktif itu terlihat jelas.

Mengingat lokasi upacara bendera itu hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari puncak Merapi. Dikelilingi bendera merah putih berukuran kecil sebanyak umur Indonesia di sekitar lokasi.

Dalam pelaksanaannya ada 18 orang yang didapuk untuk membawa bendara raksasa tersebut. Pembawa bendera itu melibatkan unsur TNI, Polri, pamong kalurahan, tokoh masyarakat dan juga para komunitas di Glagaharjo.

Sementara itu, Lurah Glagaharjo Suroto menuturkan memang kegiatan upacara ini sebagai tradisi menyongsong kemerdekaan. Termasuk sebagai bentuk penghormatan dan mengenang jasa para pahlawan kemerdekaan.

"Jadi ini sudah beberapa kali dilaksanakan karena kegiatan kita menyongsong. Besok kita ada upacara resmi lagi, memang konsepnya menyongsong kemerdekaan," kata Suroto ditemui di Bukit Klangon, Jumat pagi.

"Jadi yang pejuang kita itu juga bertempur di sini sampai titik darah penghabisan. Jadi memang di sini ada ceritanya bukan hanya kita ada acara saja tapi memang kita memperingati di sini karena untuk menghormati para pejuang-pejuang yang gugur itu," ujar dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak