Tak Hanya Lestarikan Tradisi, Saparan Ki Ageng Wonolelo Turut Tingkatkan Ekonomi Warga

Saparan Wonolelo sendiri sudah berlangsung ke-57 kalinya.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 16 Agustus 2024 | 20:35 WIB
Tak Hanya Lestarikan Tradisi, Saparan Ki Ageng Wonolelo Turut Tingkatkan Ekonomi Warga
Warga berjualan apem saat Saparan Ki Ageng Wonolelo di Dusun Pondok Wonolelo, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Jumat (16/8/2024). [Suarajogja.id/Hiskia Andika]

SuaraJogja.id - Tradisi Saparan Ki Ageng Wonolelo di Dusun Pondok Wonolelo, Widodomartani, Ngemplak, Sleman masih terus dipertahankan hingga sekarang. Tak lekang oleh zaman, ribuan masyarakat masih turut melestarikan tradisi religi tersebut.

Hal itu terbukti dari pelaksanaan tradisi tersebut yang sudah berlangsung memasuki tahun ke 57 pada 2024. Tidak hanya untuk mengenang perjuangan, tradisi ini sekaligus untuk mendoakan mendiang sosok Ki Ageng Wonolelo.

"Saparan Wonolelo ini sudah berlangsung ke-57, tujuan kita adalah mengenang perjuangan Ki Ageng Wonolelo sekaligus mendoakan," kata Ketua Trah Ki Ageng Wonolelo, Kawit Sudiyono, ditemui di lokasi, Jumat (16/8/2024).

Lebih dari sekadar tradisi, Kawit bilang sekarang Saparan Ki Ageng Wonolelo ini turut berpengaruh dalam meningkatkan perekonomian warga. Apalagi acara puncak itu dibuat meriah dengan diikuti oleh ribuan warga.

Baca Juga:Seru! Ribuan Warga Berebut 2 Ton Apem di Acara Puncak Saparan Ki Ageng Wonolelo

Saat SuaraJogja.id berkunjung ke Dusun Pondok Wonolelo, terlihat gang-gang sempit kampung itu diubah menjadi lorong yang penuh dengan lapak. Tidak hanya makanan dan minuman, ada pula pernak-pernik lainnya.

Para pedagang yang kebanyakan merupakan warga sekitar itu ramai menjajakan dagangannya. Termasuk menawarkan apem yang lekat dengan tradisi Saparan Ki Ageng Wonolelo ini.

"Di samping kita melestarikan religi, sekarang yang berkembang itu dari nilai ekonomi, kita bersyukur bahwa saudara-saudara yang di sekitar kita pada mau berjualan," ujarnya.

"Sehingga tidak hanya yang berjauhan, terutama jualan apem. Jadi nilai ekonomi semakin tambah," imbuhnya.

Setidaknya ada dua gunungan apem yang diperebutkan oleh warga setelah dibawa kirab bersama peninggalan lain Ki Ageng Wonolelo. Kue apem memiliki makna dan nilai filosofis tersendiri dalam acara itu.

Baca Juga:Upacara Bendera Sakral di Bukit Klangon, Mengenang Sejarah Pertempuran di Lereng Merapi

"Kenapa apem? Apem sendiri berasal dari bahasa Arab yang berlafal Affum yang memiliki arti permintaan maaf. Maknanya kita harus bisa memaafkan kesalahan orang lain, meskipun orang tersebut tidak minta maaf," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini