Sementara salah seorang pedagang yang pro relokasi, Eko mengungkapkan, tidak semua pedagang menolak relokasi. Sebagian dari mereka tetap mempersilahkan pemindahan pedagang ke tempat baru karena yang terpenting mereka mendapatkan manfaat.
"Pedagang yang pro relokasi ada sekitar 91 orang. Ada pedagang lain juga, tapi saya tidak tahu jumlah pastinya," kata dia.
Eko mengaku pedagang bisa merasakan manfaat dari relokasi. Tak hanya memindahkan pedagang, Pemda juga menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.
"Dulu kita di selasar, terus dipindah ke TM2. Kita sudah dimanusiakan, dikasih tempat yang layak. Sekarang kita tinggal mensyukuri," ungkapnya.
Baca Juga:Pembangunan Lahan Parkir Pasar Godean Diserahkan ke Pemkab Sleman
Ia juga menyampaikan kekhawatirannya jika para pedagang kembali ke selasar. Karenanya alih-alih menolak, semua pihak diharapkan mencari solusi terbaik.
Para pedagang pun diharapkan untuk lebih optimis dan berinovasi dalam berjualan. Mereka tidak perlu menunggu pembeli datang,
"Kita dikasih tempat yang bagus, kok mau pindah lagi? Selasar itu sudah tidak bisa ditempati lagi. Jangan hanya menunggu pembeli, tapi kita juga harus jemput bola," ujarnya.
Pedagang lainnya, Aris mengungkapkan dirinya awalnya berjualan di selasar Malioboro sebelum dipindahkan ke TM 2. Fasilitas yang disediakan di TM 2 pun memadai seperti kebersihan, kamar mandi dan listrik, sangat membantu meringankan beban para pedagang.
Karenanya berbeda dengan rekan-rekannya yang terus menuntut untuk kembali ke lokasi semula, Aris berpendapat relokasi adalah langkah yang tepat. Mereka tidak perlu menyewa gudang dan menyewa pendorong gerobak.
Baca Juga:Kampung Seni Kujon: Jembatan Budaya untuk Melestarikan Candi Borobudur
"Kalau saat di selasar kita itu harus sewa gudang, bayar pendorong [gerobak], itu sudah berapa. Kalau terus menerus menuntut, padahal kan pemerintah berproses gimana caranya wisatawan masuk ke Jogja, itu juga mau masuk juga ke TM 2," imbuhnya.