SuaraJogja.id - Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur membutuhkan daya dukung energi terbarukan dalam memenuhi kebutuhan energi di sejumlah sektor. Namun hingga kini belum ada kepastian investasi dari negara mana saja yang bisa masuk ke IKN.
Padahal Badan Lembaga Nuklir Rusia, Rosatom siap membantu pemerintah Indonesia dalam menerapkan energi hijau di IKN. Hal ini sejalan dengan konsep tata kota IKN sebagai Smart City.
"Kita tahu pembangunan IKN di Kalimantan akan berbasis energi hijau. Ini sangat penting dan bagus [diterapkan] saat ini sebagai program mengatasi perubahan iklim. Kita siap membantu, baik dalam kapasitas kecil atau besar dalam pengembangan teknologi nuklir [di IKN]," papar Director of the Office from Rosatom International Network, Anna Belokoneva disela Nuclear Young Talent Fest and The 4th Joint Working Group on Human Resources Development di Yogyakarta, Senin (14/10/2024).
Menurut Anna, Kalimantan diketahui sebagai kawasan yang dirasa paling aman untuk dikembangkan infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Dengan kondisi alam dan wilayah yang natural dan minimnya potensi dan resiko bencana gempa bumi laiknya wilayah lain.
Baca Juga:Lewat Klasterku Hidupku dari BRI, Petani Rumput Laut di Nusa Penida Mendapat Program Pemberdayaan
Karenanya Rusia siap membantu pembangunan infrastruktur PLTN di IKN. Namun mereka menunggu kesiapan dan kerjasama pemerintah Indonesia.
"Tidak ada resiko gempa bumi di Kalimantan [untuk pembangunan PLTN]. Tapi tentu saja, tergantung pemerintah indonesia untuk memutuskan sumber energi mana yang yang akan dipilih," tandasnya.
Anna menambahkan, pengembangan energi hijau di IKN sangat potensial. PLTN akan membuat suplai energi bisa lebih stabil tanpa tergantung pada cuaca, tenaga surya, angin atau kondisi lainnya.
Pemerintah bisa saja mengkolaborasikan pemanfaatan energi nuklir dengan energi lainnya dalam operasional IKN. Hal ini pula yang jadi alasan Rusia membangun kantor di Indonesia untuk membantu pemerintah mewujudkan energi hijau.
"Nuklir adalah pilihan tepat untuk dikembangkan di indonesia dan mix dengan energi lain. Kita siap membantu prosesnya," ungkapnya.
Baca Juga:Vonis Mardani Maming Dikritik, Akademisi: Putusan Hakim Penuh Kekeliruan!
Sementara Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Iptek - Badan Riset dan Inovasi Nasional (SDMI - BRIN), Edy Giri Rachman Putra, mengungkapkan kerjasama Indonesia dengan Rusia sebenarnya sudah dilaksanakan sejak 70 tahun terakhir. Banyak ilmuan Indonesia yang belajar di negara tersebut.
"Rusia yang unggul dalam hal teknologi harus kita manfaatkan, misalnya di industri nuklir. Bahkan sudah banyak PLTN dibangun Rusia di berbagai negara.
"Namun itu semua tidak bisa berjalan baik tanpa membangun sumber daya manusianya. Karenanya kita juga bangun SDM yang menguasai teknologi nuklir untuk memanfaatkannya," ungkapnya.
Selain SDM, regulasi terkait pengembangan PLTN juga perlu disiapkan. Regulasi dibutuhkan yang menyatakan lebih tegas bilamana nuklir merupakan salah satu opsi energi baru dan terbarukan.
"Kalau sebelumnya nuklir adalah pilihan terakhir, tapi sekarang jadi opsi untuk energi baru," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi