SuaraJogja.id - Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso menyebut meski jumlah UMKM di tanah air cukup banyak karena menyentuh sekitar 60 juta lebih UMKM, namun ternyata hanya sedikit yang berkelanjutan alias mampu mempertahankan usahanya. Persoalan permodalan menjadi masalah terbesar di tanah air.
Budi Santosa mengatakan, dari 60 juta UMKM yang ada di Indonesia, ternyata hanya 3,4 persen yang mampu memenuhi rasio kewirausahaan. Mereka tak mampu mempertahankan usahanya karena berbagai persoalan yang mendera. Persoalan paling banyak adalah rasio kecukupan modal.
"Dari 60 juta UMKM, yang memenuhi rasio kewirausahaan hanya 3,4 persen saja. berarti, UMKM yang berkelanjutan itu cuma sedikit. Ini perlu menjadi perhatian," katanya saat kunjungan di Kapanewon Pajangan, Bantul, Senin (25/11/ 2024).
Seringkali, setelah menerima pemesanan pertama, UMKM itu tidak bisa memenuhi permintaan selanjutnya. Dan ini jumlahnya cukup banyak di mana pemicunya adalah karena UMKM ini memiliki modal terbatas. Padahal, kata dia, para UMKM tersebut mampu menghasilkan produk kualitas ekspor.
Baca Juga:Mendag Sidak SPBU yang Diduga Curang di Sleman, Rugikan Konsumen Rp1,4 Miliar per Tahun
"Kebanyakan sesudah dipesan sekali, dipesan berikutnya sudah enggak sanggup. Modalnya enggak ada, barangnya enggak ada," ucapnya.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Budi mengatakan Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan melakukan kurasi terhadap para UMKM bukan hanya pada kualitas barang, tetapi juga kurasi pengelolaan manajemen.
Selain itu, Kemendag akan mendorong pengusaha untuk meningkatkan kemampuan menjual barang. Dalam hal ini, pemerintah akan memberikan fasilitas pelatihan-pelatihan kepada UMKM, sehingga kedepannya mampu mempertahankan usahanya.
"UMKM kita harus bisa jualan. Kalau selama ini UMKM tidak bisa jualan, punya produk tapi tidak bisa jualan," katanya.
Pemerintah, lanjutnya, telah bekerja sama dengan perusahaan e-commerce untuk membantu UMKM lebih mudah menjual barang, baik pasar domestik maupun internasional.
Kontributor : Julianto
Baca Juga:Sayur dan Susu masih Jadi Tantangan, Program Makan Siang Gratis di Bantul Dievaluasi