Memperkuat Demokrasi Melalui Sistem Pemilu Tertutup
Reformasi sistem pemilu bukan hanya soal bagaimana suara dihitung, tetapi juga tentang menciptakan demokrasi yang lebih responsif dan inklusif terhadap kebutuhan rakyat. Dengan mengadopsi sistem pemilu tertutup berbasis partai, perhatian dapat difokuskan pada program dan visi partai politik, sehingga mendorong partai untuk menawarkan solusi nyata bagi permasalahan bangsa daripada sekadar mengandalkan popularitas individu.
Sistem ini juga berpotensi memperkuat kohesi internal partai politik dan mempermudah penyelarasan kebijakan yang konsisten dengan visi partai. Dengan demikian, proses legislasi di tingkat parlemen dapat lebih efektif, karena wakil rakyat terpilih akan bekerja sebagai bagian dari tim yang berkomitmen pada agenda bersama.
Lebih dari itu, sistem pemilu tertutup juga dapat membantu mengurangi dampak negatif politik uang yang sering mewarnai kontestasi terbuka. Ketika individu tidak lagi berlomba-lomba mencari dukungan langsung dari pemilih, potensi praktik politik transaksional dapat ditekan.
Selain itu, sistem ini turut mempersempit ruang bagi golongan putih (golput), karena pilihan pemilih akan lebih diarahkan pada partai yang mewakili visi dan aspirasi kolektif, bukan kandidat individu yang sering kali sulit dikenali publik secara mendalam.
Dengan menyederhanakan proses teknis pemilu dan memperkuat budaya politik berbasis partai, kita tidak hanya meningkatkan efisiensi sistem demokrasi, tetapi juga membangun politik
yang lebih berorientasi pada kepentingan publik. Bukankah ini tujuan sejati dari demokrasi?
Penulis: Antonius Harya Febru Widodo, Kader Gerindra Masa Depan Angkatan 15, Magister Ilmu Filsafat UGM Yogyakarta
Opini tersebut di atas sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis, redaksi hanya melakukan editing seperlunya.
Baca Juga:Survei Kajian Perilaku Pemilih dalam Pemilu 2024 Soroti Partisipasi Generasi Z di DIY