PMK Serang Gunungkidul Lagi, Dukuh Polaman: Koordinasi ke Warga jadi Tantangan

Menurut drh. Romli, PMK tidak menular ke manusia, namun sangat menular antarhewan, terutama sapi dan kambing.

Muhammad Ilham Baktora
Senin, 23 Desember 2024 | 16:27 WIB
PMK Serang Gunungkidul Lagi, Dukuh Polaman: Koordinasi ke Warga jadi Tantangan
Seorang dokter hewan mengambil sampel liur sapi yang diduga terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Gunungkidul. [Kontributor Suarajogja.id/Julianto]

SuaraJogja.id - Dugaan jumlah sapi yang terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Dusun Polaman, Kalurahan Pampang Mapanewon Paliyan Kabupaten Gunungkidul kembali bertambah. Hingga saat ini, sejumlah hewan ternak diduga terinfeksi, dari 9 menjadi 11 ekor, di mana 1 ekor anak sapi umur 2,5 bulan dilaporkan mati.

Dukuh Polaman, Heru Lawan mengungkapkan sejumlah ternak sapi di wilayahnya mengalami gejala mirip PMK. Diawali dengan kehilangan nafsu makan dan demam. Dan ada beberapa yang mengeluarkan liur berlebih.

"Kemarin sore ada 9 yang dilaporkan ke kami. Tadi pagi sudah menjadi 12," tutur dia, Senin (23/12/2024).

Pihaknya sejak pekan lalu sudah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk melakukan langkah mengantisipasi dan melokalisir penyebaran dugaan penyakit PMK. Pagi tadi dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan pengecekan di lapangan serta pemberian vaksin.

Baca Juga:9 Sapi di Gunungkidul Diduga Terjangkit PMK, Dinas Peternakan Turun Tangan

Sebenarnya pihaknya sudah sering melakukan sosialisasi berkaitan dengan PMK ini, hanya saja, koordinasi antara pemerintah dan masyarakat masih menjadi tantangan. Banyak warga yang kurang memerhatikan sosialisasi sebelum wabah meluas.

"Warga baru terasa dampaknya ketika sudah terjadi. Kami harap peternak lebih aktif melapor jika ada gejala yang tidak biasa pada ternak mereka," tambahnya.

Peternak di Polaman RT 5, Riyanto melaporkan bahwa salah satu dari tiga sapi yang dimilikinya sempat kehilangan nafsu makan dan demam, namun mulai pulih setelah dilakukan penanganan dari Dinas setempat.

"Ya kalau punya saya itu sempat menunjukkan gejala badannya panas dan nafsu makan kurang. Tapi sekarang berangsur membaik setelah disuntik," kata dia.

Petugas Keswan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, drh. Romli menambahkan pemerintah setempat bersama dinas terkait terus berupaya menekan penyebaran virus PMK melalui pemberian vaksin tambahan dan disinfeksi lingkungan. Pihaknya akan berkoordinasi dengan pemerintah desa dan masyarakat untuk memastikan langkah pencegahan berjalan efektif.

Baca Juga:Gagal Pindah Gigi, Bus Purwo Widodo Terguling di Tanjakan Pok Cucak, Gunungkidul

"Vaksinasi lanjutan juga sedang diajukan," ujar Romli

Menurutnya, pemerintah telah melakukan vaksinasi di hampir seluruh wilayah, namun beberapa lokasi masih belum terjangkau. Oleh karenanya masyarakat perlu meningkatkan kesadaran dalam menjaga kebersihan kandang, kesehatan ternak, dan memberikan pakan bernutrisi.

"Langkah ini penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh hewan sehingga dapat bertahan dari infeksi PMK," ujarnya.

Menurut drh. Romli, PMK tidak menular ke manusia, namun sangat menular antarhewan, terutama sapi dan kambing. Ia menambahkan bahwa meskipun daging hewan yang sakit tidak menimbulkan risiko langsung bagi manusia, daging tersebut tidak layak dikonsumsi karena berasal dari hewan yang tidak sehat.

Dalam beberapa kasus, ternak yang terinfeksi menunjukkan gejala seperti demam tinggi, kehilangan nafsu makan, dan luka di kaki. Dinas Peternakan juga mengimbau masyarakat untuk segera melapor jika menemukan hewan dengan gejala PMK.

Penanganan dini dinilai sangat penting untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Selain itu, mereka juga berencana memberikan edukasi lebih intensif kepada peternak terkait pentingnya kebersihan lingkungan dan kesehatan hewan.

Upaya ini diharapkan mampu menekan jumlah kasus PMK di Gunungkidul dan mencegah kerugian lebih besar di kalangan peternak.

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak