Haedar Nashir Berharap Pengganti Paus Fransiskus Bisa Suarakan Perdamaian di Gaza

Haedar juga menyinggung kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia akhir 2024 lalu yang terbilang tidak terlalu ketat pengamanannya.

Galih Priatmojo
Selasa, 22 April 2025 | 14:14 WIB
Haedar Nashir Berharap Pengganti Paus Fransiskus Bisa Suarakan Perdamaian di Gaza
Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir memperlihatkan foto bersama Paus Fransiskus di kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (22/4/2025). [Kontributor/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Ketua Umum (ketum) PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengingat punya kesan mendalam saat bersua pemimpin tertinggi umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus sebelum wafat pada Senin (21/4/2025). 

Sempat bertemu di Vatikan saat menerima Zayed Award pada Januari 2024, Haedar mengungkapkan Paus Fransiskus tidak mau pertemuan secara khusus.

Beruntung, PP Muhammadiyah memilki satu foto momen ikonik saat Haedar bersalaman dengan Paus Fransiskus usai acara. Dalam kesempatan itu, Paus memilih mengobrol bersama Haedar di tempat yang santai alih-alih di tempat yang sudah ditentukan sebelumnya.

"Beliau menerima kami tidak di tempat formal, bahkan saat masuk ke pintu, langsung ngajak kita sambil santai. Ketika mempersilakan kita itu dengan gerak tubuh yang humble dan kemudian familiar, itu kemudian meraih tangan kita. Lalu kemudian beliau menyampaikan bahwa kita tidak perlu di tempat yang formal, tetapi di sini saja sebagai keluarga, jadi santai. Jadi itu ciri dari beliau. kita bersalaman seperti ini, itu kan hangat sampai ke hati," paparnya saat ditemui di Kantor PP Muhammadiyah, Selasa (22/4/2025).

Baca Juga:Muhammadiyah Kaya Raya, Haedar Nashir Ungkap Rahasia Pemanfaatan Aset: Bukan Soal Angka, Tapi...

Saat mengobrol pun, menurut Haedar, Paus Fransiskus disebutnya sosok yang bersahaja dan apa adanya. Paus tidak mencoba membangun kharisma yang diciptakan begitu rupa laiknya pemimpin dunia.

"Ada humorisnya juga, ramah juga seperti bisa dibayangkan dalam ekspresi dalam foto bersama," ujarnya.

Haedar juga menyinggung kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia akhir 2024 lalu yang terbilang tidak terlalu ketat pengamanannya. Paus dinilai paham betul jika di Indonesia adalah negara dengan toleransi tinggi.

"Yang pengamanan terlalu ketat itu mungkin terlalu takut saja, atau memang sistemnya dibikin ketat begitu. Jadi, ini karena beliau paham tentang ekosistem dan budaya masyarakat Indonesia yang juga mayoritas muslim," tandasnya.

Karena itu Haedar berharap calon Paus selanjutnya juga menjunjung tinggi nilai perdamaian dunia yang selalu digaungkan Paus Fransiskus, termasuk perdamaian Gaza. Dengan mekanisme pemilihan yang bukan sekadar koridor formal, nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi bisa tersampaikan seperti nilai religiusitas, spiritualitas, etika, toleransi, orientasi damai, orientasi kemanusiaan lintas batas, dan sikap welas asih terhadap sesama.

Baca Juga:Tak Ikut Ajukan Judicial Review Revisi UU TNI, Muhammadiyah Kritik Supremasi Militer vs Sipil

"Harapannya juga tetap seperti Paus Fransiskus. Tegas dalam hal menegakkan nilai-nilai damai dan antiperang, antigenosida, tentu dengan cara dan gayanya sendiri," paparnya.

Haedar menambahkan, dengan kepergian Paus Fransiskus, selain duka mendalam bagi seluruh warga dunia, sosok Paus k-266 tersebut perlu dijadikan teladan bersama seluruh tokoh-tokoh dunia lainnya. Dengan demikian semua warga bangsa menuju pada tatanan kehidupan antarbangsa yang cinta kemanusiaan, cinta keadilan, cinta kebenaran, dan anti perang, anti genosida, anti kekerasan, serta anti segala hal yang menghancurkan kehidupan bersama.

Para tokoh bangsa dan tokoh dunia pun diharapkan meneladani Paus Fransiskus untuk nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai keadilan, nilai-nilai keluhuran. Hal ini penting mengingat dunia saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan dan relasi antarbangsa yang di sana-sini ada konflik, ada ketegangan, bahkan ada perang.

Sebut saja perang Palestina dan Israel, Rusia dan Ukraina, dan lain sebagainya. Begitu pula kekerasan serta berbagai persoalan kemanusiaan yang marak terjadi. Maka bagaimana kepergian Paus Fransiskus diharapkan menjadi rujukan dalam kehidupan dan relasi global untuk senantiasa menegakkan nilai-nilai perdamaian.

"Jangan sampai ada tokoh dunia, tokoh bangsa, yang tidak peduli pada persoalan perdamaian; lebih mengedepankan hal-hal yang bersifat kedigdayaan, kekerasan, ugal-ugalan, dan berbagai langkah politik yang justru menghancurkan tatanan dunia," ungkapnya.

Secara terpisah Gubernur DIY, Sri Sultan HB X menyampaikan ucapan duka cita atas wafatnya Paus Fransiskus. Meski belum pernah bertemu langsung, Sultan berharap umat Katolik akan mendapatkan sosok pengganti seperti halnya Paus Fransiskus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak