Salah Paham Berujung Luka: Remaja Sleman jadi Korban Sabetan Ikat Pinggang di Jalan

Peristiwa itu terjadi pada sekira pukul 21.00 WIB kemarin malam.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 06 Mei 2025 | 19:26 WIB
Salah Paham Berujung Luka: Remaja Sleman jadi Korban Sabetan Ikat Pinggang di Jalan
Ilustrasi Klitih di jalan (pixabay/Oleg Elkov)

Data dari Kepolisian dan berbagai pihak menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku adalah anak di bawah umur, dengan motif yang beragam, mulai dari pembuktian diri hingga pengaruh lingkungan.

Mantan Kapolda DIY, Irjen Pol Suwondo Nainggolan, pernah mengungkapkan bahwa banyak remaja terlibat kejahatan jalanan karena kurangnya perhatian dan pengawasan dari orang tua.

Mereka mencari pengakuan dari teman sebaya dan terlibat dalam kelompok yang memberikan rasa identitas.

Selain itu, kurangnya ruang terbuka publik yang ramah remaja di Kota Yogyakarta juga menjadi faktor. Remaja membutuhkan aktivitas positif seperti olahraga, seni, dan budaya untuk menyalurkan energi mereka.

Baca Juga:Diduga Menyalip Sembarangan, Pemuda Asal Gunungkidul Terluka Parah di Sleman

Dari data yang dihimpun, Polres Bantul melaporkan bahwa dari Januari hingga Maret 2023, terdapat 10 laporan kejahatan jalanan dengan 40 pelaku diamankan, 31 di antaranya adalah anak-anak.

Selain itu, Polda DIY mencatat bahwa selama Januari-Februari 2023, terdapat 52 laporan kejahatan jalanan, dengan 42 kasus melibatkan anak-anak dan remaja sebagai pelaku. Dari jumlah tersebut, 26 kasus berhasil dicegah sebelum terjadi tindakan pidana.

Dalam sebuah kasus di Kota Yogyakarta, 22 remaja diamankan, 16 di antaranya masih di bawah umur, terkait dengan aksi kekerasan yang menyebabkan seorang korban berusia 15 tahun mengalami luka-luka.

Maka dari itu ada sejumlah langkah penanggulangan yang bisa dilakukan.

1. Orang Tua

Baca Juga:Simbok Pejuang Receh: Kisah Haru Calon Haji Tertua Sleman, Puluhan Tahun Berjualan Demi Panggilan Ka'bah

Pertama, menerapkan jam malam bagi anak-anak, membatasi aktivitas di luar rumah hingga pukul 22.00 WIB.

Selanjutnnya, meningkatkan komunikasi dan perhatian terhadap aktivitas anak.

Mengikuti program "Ibu Memanggil" yang digagas oleh Polda DIY, di mana orang tua diimbau untuk menghubungi anaknya sebanyak 10 kali jika belum pulang, dan jika tidak ada respons, segera berkoordinasi dengan pihak berwenang.

2. Sekolah

Pertama bisa, mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang positif untuk menyalurkan energi remaja.

Bekerja sama dengan orang tua dan pihak berwenang dalam memantau perilaku siswa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak