Adanya sekola rakyat, belum sepenuhnya menjadi solusi. Pasalnya sekolah yang disiapkan itu memang untuk warga miskin. Namun tetap harus diseleksi.
Berbicara soal rakyat di DIY, perkembangan sudah cukup baik.
Meski masih banyak polemik yang dialami di daerah-daerah, di DIY sendiri sudah ada 275 siswa yang lolos seleksi.
Meski pendaftar cukup banyak, menurut Kepala Dinas Sosial DIY, Endang Patmintarsih, tercatat sebanyak 26 pendaftar mengundurkan diri dari keikutsertaan di SR. Mereka merasa tidak siap mengikuti sistem SR.
Baca Juga:Sistem Semi Militer, 26 Calon Siswa di Jogja Mengundurkan Diri dari Sekolah Rakyat
Tidak seperti sekolah biasa, SR dirancang dengan sistem boarding school berdisiplin tinggi.
Bahkan mengadopsi model pendidikan semi-militer guna membentuk karakter dan kemandirian siswa dari kelompok rentan.
"Modelnya boarding school. Artinya anak-anak tinggal penuh di asrama, mengikuti pola kegiatan harian yang terstruktur dan teratur. Ini butuh kesiapan mental dari anak dan dukungan dari orang tua. Tidak bisa dipaksakan," ungkapnya.
Endang menyebutkan, SR menyasar anak-anak usia SMA/SMK dari keluarga tidak mampu yang masuk dalam kategori desil 1 Data Terpadu Kesejahteraan Sosial Nasional (DTKS).
Artinya, para siswa yang lolos seleksi adalah anak-anak dari keluarga termiskin di wilayah DIY.
Baca Juga:Sekolah Rakyat Gandeng TNI/Polri, Disiplin Ala Militer untuk Anak Miskin?
Banyak calon siswa tereliminasi dalam program SR. Sebagian calon siswa tidak termasuk dalam kategori desil 1, dan ada pula yang memilih mundur karena tidak siap dengan sistem pendidikan berasrama yang disiplin dan penuh tantangan.
"Mereka ini anak-anak dari keluarga yang benar-benar miskin ekstrem. Kami tidak hanya memberikan akses pendidikan gratis, tapi juga membentuk karakter mereka agar siap mandiri dan keluar dari lingkaran kemiskinan," paparnya.