Patah Kaki Tak Hentikan Mimpi, Kisah Veda Ega Pratama, Jagoan Balap dari Gunungkidul yang Mendunia

Veda Ega Pratama, pemuda Gunungkidul, juara Red Bull Rookies Cup 2025 di Mugello untuk kedua kalinya. Berawal dari lapangan parkir pasar sapi kini menang di podium 1.

Muhammad Ilham Baktora
Senin, 23 Juni 2025 | 14:00 WIB
Patah Kaki Tak Hentikan Mimpi, Kisah Veda Ega Pratama, Jagoan Balap dari Gunungkidul yang Mendunia
Ayah Veda Ega Pratama, pemenang Red Bull Rookie Cup (RBRC) Italia 2025, Sudarmono saat menunjukkan foto anaknya. [Kontributor/Julianto]

SuaraJogja.id - Deru mesin, debu lapangan, dan panas menyengat Gunungkidul tak pernah mampu meredam ambisi besar seorang anak desa bernama Veda Ega Pratama.

Di balik tubuh kurusnya, tersimpan mimpi mendunia yang kini menjelma nyata.

Remaja 16 tahun itu kembali menorehkan sejarah, menyabet gelar juara Red Bull Rookies Cup 2025 di sirkuit legendaris Mugello, Italia, untuk kedua kalinya secara berturut-turut.

Ia bukan berasal dari akademi balap bergengsi. Ia lahir dan tumbuh di tengah perbukitan tandus Gunungkidul, tepatnya di Padukuhan Wareng 3, Kalurahan Wareng, Kapanewon Wonosari.

Baca Juga:PPP Sadeng Jadi Andalan: Yogyakarta Usulkan Kampung Nelayan Merah Putih untuk Sejahterakan 5.000 Nelayan

Veda mengawali segalanya bukan di atas aspal sirkuit, tapi di lapangan parkir Pasar Sapi Siyono, tempat yang jauh dari kata ideal bagi calon juara dunia.

Dari Motor Kecil ke Mimpi Besar

Sang ayah, Sudarmono, mengenang awal perjalanan Veda dengan nada lirih namun penuh bangga. Ia melihat ketertarikan sang anak terhadap sepeda motor sejak usia dini.

"Waktu kecil, Veda sering memperhatikan motor balap. Dari situ, saya arahkan pelan-pelan," kenang Sudarmono.

Ia memulai dari motocross 50cc, lalu naik ke kelas Road Race 125cc di usia 8 tahun.

Baca Juga:Gunungkidul 'Sentil' UNY: Lahan Hibah, Mana Kontribusi Nyata untuk Masyarakat?

Setahun kemudian, Veda resmi masuk dalam program pembinaan Honda Racing Indonesia.

Sudarmono tahu betul jalan menuju dunia balap internasional tidak murah.

Ia rela melepas kenyamanan demi mimpi anaknya. Ia antar sendiri motor ke berbagai kota, berdiskusi langsung dengan tim, bahkan ikut memantau gizi, pola tidur, dan mental anaknya setiap hari.

"Kami diskusi terus, dari urusan motor sampai vitamin. Semua harus terkontrol," tegasnya.

Melaju Meski Kaki Patah

Perjalanan menuju podium tidak pernah mudah. Veda sempat mengalami patah tulang kaki saat bertanding di Portugal, hanya satu bulan sebelum seri Mugello digelar.

Cedera itu sempat membuat keluarga cemas. Namun, dengan pemulihan ketat dan semangat baja, ia kembali ke lintasan. Tidak sekadar ikut, ia menang.

"Padahal kakinya baru sebulan pulih. Tapi dia tetap balapan, tetap juara. Luar biasa," ucap sang ibu, Meilina Hananingsih, penuh haru.

Ayah Veda Ega Pratama, Sudarmono saat menunjukkan koleksi motor balap milik anaknya di Padukuhan Wareng 3, Kalurahan Wareng, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, Senin (23/6/2025). [Kontributor/Julianto]
Ayah Veda Ega Pratama, Sudarmono saat menunjukkan koleksi motor balap milik anaknya di Padukuhan Wareng 3, Kalurahan Wareng, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul, Senin (23/6/2025). [Kontributor/Julianto]

Tinggalkan Gunungkidul, Menetap di Spanyol Demi Mimpi

Kini Veda tinggal di Spanyol, negara yang dikenal sebagai pusat pembinaan pebalap dunia. Ia mengikuti sekolah balap di sana, dengan visa pelajar.

Setiap minggu, ia menjalani latihan fisik, teknik motor, hingga simulasi balapan. Semua dilakukan dengan disiplin tinggi.

"Kalau di Spanyol, satu provinsi saja bisa punya 3 sampai 5 sirkuit. Dukungan pemerintah juga sangat besar. Di sana, pebalap muda dipersiapkan dengan serius sejak kecil," jelas Sudarmono.

Meski demikian, semangat Gunungkidul tetap membara dalam darah Veda. Ia tak lupa asalnya. Ia tahu, dari lapangan parkir sederhana itu, ia mulai bermimpi.

Red Bull Rookies Cup: Medan Tempur Para Calon Legenda

Red Bull Rookies Cup bukan ajang sembarangan. Ini adalah gerbang menuju Moto3, lalu Moto2, dan akhirnya MotoGP.

Veda bertarung melawan pebalap-pebalap muda terbaik dunia. Ia mencetak sejarah sebagai pebalap Indonesia pertama yang juara dua kali di ajang ini.

Jika ia berhasil masuk tiga besar klasemen akhir tahun ini, maka ia akan mendapat dispensasi khusus untuk naik ke Moto3 meski belum berusia 18 tahun.

"Kalau bisa tiga besar, dia langsung naik. Tapi persaingannya berat karena semua rebutan posisi itu," ungkap Sudarmono.

Dukungan Lokal, Harapan Nasional

Kemenangan Veda menyulut kebanggaan besar bagi masyarakat Gunungkidul. Pemerintah daerah menggelar doa bersama dan memberikan penghargaan khusus.

Ketua DPRD Gunungkidul, Endang Sri Sumiyartini, menyebut Veda sebagai "aset nasional yang lahir dari ketekunan dan semangat tak tergoyahkan"

Di media sosial, nama Veda trending. Warga ramai-ramai membagikan foto masa kecilnya yang sedang berlatih di lapangan, dengan caption: "Dari sini dia memulai"

Kontributor : Julianto

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak