Humanis, Ini Strategi Yayasan Literasi Desa Tumbuh, LPA Klaten, dan UNICEF Perangi Terorisme

Literasi Desa Tumbuh dan Kreasi Prasasti Perdamaian membagikan pengalaman membangun narasi damai di media daring dan luring.

Muhammad Ilham Baktora
Senin, 11 Agustus 2025 | 17:20 WIB
Humanis, Ini Strategi Yayasan Literasi Desa Tumbuh, LPA Klaten, dan UNICEF Perangi Terorisme
Peserta dari LPA Klaten dan UNICEF mengikuti kegiatan di Yayasan Literasi Desa Tumbuh di Moyudan beberapa waktu lalu. (dok.Istimewa)

SuaraJogja.id - Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Klaten bersama UNICEF Indonesia mengadakan kunjungan ke Yayasan Literasi Desa Tumbuh di Moyudan, Sleman, pada 5–7 Agustus 2025 kemarin.

Kegiatan bertema "Penguatan Sistem Perlindungan Anak untuk Reintegrasi dan Rehabilitasi Anak dalam Jaringan Terorisme" ini menjadi ajang pembelajaran lintas sektor untuk memahami sekaligus merespons isu perlindungan anak yang berkaitan dengan radikalisme dan terorisme.

Acara dibuka dengan pemaparan Noor Huda Ismail, pendiri Yayasan Literasi Desa Tumbuh, akademisi, sekaligus praktisi pencegahan ekstremisme kekerasan yang menjelaskan sejarah dan dinamika kelompok radikal di Indonesia.

Ia menekankan pentingnya memahami keterkaitan isu global dan lokal agar langkah pencegahan ekstremisme bisa dilakukan secara tepat di tingkat praktis.

Baca Juga:Sinergi UAJY-UKRIM dan BUMDes Tamanmartani: Tingkatkan Ekonomi Desa Lewat Teknologi Pengering Herbal

Peserta juga diajak menonton film Road to Resilience karya Kreasi Prasasti Perdamaian, yang menceritakan perjalanan nyata seorang pemuda Indonesia ke Suriah.

Film ini membuka sudut pandang baru tentang latar belakang individu yang terlibat, sekaligus memicu refleksi mendalam.

Diskusi berlanjut bersama Febri, tokoh utama dalam film tersebut, yang berbagi kisah personalnya berangkat ke Suriah karena kerinduan pada ibunya, bukan untuk berjihad.

Kisah ini memberikan pemahaman baru bagi peserta tentang kompleksitas motivasi di balik keterlibatan anak muda dalam jaringan terorisme.

"Film ini mengubah cara pandang saya tentang siapa yang pergi ke Suriah. Saya dulu membayangkan mereka selalu berjenggot, berjidat hitam, dan bergamis. Tapi setelah melihat mas Febri, ternyata sangat berbeda," ujar Hidayatus Sholihah, pengurus LPA Klaten dikutip Senin (11/8/2025).

Baca Juga:Mural One Piece Dihapus, Pemuda Sleman Lawan dengan Pesan Menohok: Kebenaran Akan Terus Hidup!

Di hari kedua, tim Literasi Desa Tumbuh dan Kreasi Prasasti Perdamaian membagikan pengalaman membangun narasi damai di media daring dan luring, serta peran kolaborasi pentahelix dalam pencegahan ekstremisme.

Naning Julianingsih, Child Protection Specialist UNICEF, mengapresiasi pendekatan humanis yang digunakan dalam menyampaikan isu sensitif sehingga mudah diterima masyarakat.

Pada malam harinya, peserta menikmati pementasan tari dan musik angklung dari anak-anak komunitas Aksara Tari dan Gema Literasi.

Kegiatan ini menampilkan potensi budaya lokal sebagai media reintegrasi anak, bahkan peserta turut belajar memainkan angklung bersama.

Melalui kegiatan ini, LPA Klaten dan UNICEF berharap dapat membangun kerja sama berkelanjutan untuk menciptakan sistem perlindungan anak yang inklusif, adaptif, dan berorientasi pada perdamaian.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak