Beban Generasi Sandwich Kian Berat: BKKBN Turun Tangan Bekali Konselor Keluarga

Generasi sandwich tertekan beban finansial & psikologis karena harus menanggung hidup keluarga & orang tua. Konseling keluarga meningkat, BKKBN gelar pelatihan konselor.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 01 Oktober 2025 | 16:25 WIB
Beban Generasi Sandwich Kian Berat: BKKBN Turun Tangan Bekali Konselor Keluarga
Perwakilan BKKBN DIY menggelar pembekalan bagi pengelola Satyagatra dari tingkat provinsi hingga kapanewon di Jogja. (dok.Istimewa)
Baca 10 detik
  • Sandwich Generation menjadi persoalan yang sedang dihadapi sejumlah anak muda
  • Sejumlah layanan konseling keluarga ikut ramai menerima klien
  • Beban yang dialami sandwich generation ini tak hanya finansial tapi juga mental

SuaraJogja.id - Fenomena generasi sandwich makin terasa di kalangan pasangan muda.

Mereka tidak hanya harus menghidupi diri sendiri dan keluarga sendiri, tapi juga menanggung biaya hidup orang tua yang sudah tidak produktif.

Belum lagi beban itu ditambah dengan adik atau anggota keluarga lain yang belum mapan.

Situasi serba tanggung dan menjepit inilah yang membuat layanan konseling keluarga di Pusat Layanan Keluarga Sejahtera (Satyagatra) di Jogja kian ramai didatangi.

Baca Juga:Perdana Arie Veriasa Ditangkap Polda DIY, BEM KM UNY Tuntut Pembebasan, Ini Alasannya

Tak sedikit pribadi maupun pasangan muda datang untuk berkonsultasi, baik secara langsung maupun lewat fasilitas daring.

Di DIY, pola serupa juga tampak hingga ke tingkat kabupaten/kota dan bahkan kapanewon.

Melihat kebutuhan yang terus tumbuh, Perwakilan BKKBN DIY menggelar pembekalan bagi pengelola Satyagatra dari tingkat provinsi hingga kapanewon.

Ketua Tim Kerja KSPK Mustikaningtyas menjelaskan, tujuan pembekalan itu agar para konselor bisa lebih peka memahami akar persoalan yang dihadapi generasi sandwich.

"Tujuan kegiatan ini adalah agar dengan memahami penyebab timbulnya generasi dan upaya mengatasinya, para konselor dan pengelola Satyagatra dapat memberikan advis saat memberikan konseling," kata Mustikaningtyas, dikutip, Rabu (1/10/2025).

Baca Juga:UMKM DIY Menjerit, Kebijakan Tak Efektif? DPRD Janji Evaluasi Mendalam

Persoalan Pelik Generasi Sandwich

Beban generasi sandwich, menurut para ahli, bukan hanya soal finansial.

Melainkan ada sisi mental yang juga terkuras.

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Reny Yuniasanti memaparkan hasil penelitian yang menunjukkan tekanan psikologis yang nyata.

"Situasi yang dialami generasi sandwich menimbulkan dampak tidak hanya beban ekonomi, melainkan juga menimbulkan gangguan psikologis," kata Reny.

Ia menyebutkan, 73 persen responden mengaku merasa bersalah jika tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga.

Sebanyak 66 persen cemas soal masa depan, 52 persen kesulitan menabung, dan 40 persen lebih mudah stres.

Tak berhenti di situ, banyak yang merasa terhambat kariernya dan rentan sakit karena kelelahan.

Di sisi lain, beban generasi sandwich juga tidak sepenuhnya salah mereka.

Ada 'Dosa Masa Lalu'

Menurut financial planner Harryka Joddy, ada faktor 'dosa masa lalu' dari generasi sebelumnya yang kini makin terasa dampaknya.

"Justru berawal dari kesalahan generasi sebelumnya yang tidak terpikir atau gagal menyiapkan masa tuanya," kata Harryka.

Harryka menilai, gaya hidup konsumtif, manajemen keuangan buruk, serta pekerjaan tanpa jaminan hari tua membuat beban itu akhirnya diwariskan dan harus ditanggung generasi sekarang.

"Dari penelitian yang dilakukan prakarsa.org, 93 persen responden dengan usia produktif sadar bahwa dana pensiun atau jaminan hari tua itu penting. Sayangnya, cuma 11 persen yang mempersiapkannya," ungkap dia.

Oleh sebab itu, Harryka mendorong generasi muda mulai disiplin mencatat arus kas bulanan bahkan sekadar pengeluaran kecil yang bisa terbaca lewat riwayat mobile banking.

"Dari situ akan terlihat sebenarnya pengeluaran apa saja yang berkontribusi pada 'ketekoran' atau yang menyebabkan sulit menabung/investasi," ujarnya.

Ia mencontohkan, kebiasaan nongkrong ngopi di kafe usai kerja bisa jadi penyebab bocornya dompet tanpa disadari.

Sementara itu Kepala Perwakilan BKKBN DIY Mohamad Iqbal Apriansyah berharap pembekalan semacam ini bisa memperkuat keterampilan konselor.

Menurutnya, para pengelola layanan keluarga dapat memanfaatkan pula pelatihan daring yang sudah rutin diselenggarakan BKKBN, seperti program TAMASYA di Kerabat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak