- Kasus leptospirosis di Sleman melonjak drastis jadi 82 kasus dengan 9 kematian hingga Oktober 2025.
- Persebaran penyakit tak lagi di area sawah, kini bergeser ke permukiman padat penduduk di Ngemplak.
- Gejala mirip flu biasa, namun disertai nyeri betis dan mata merah, keterlambatan berakibat fatal.
"Makanya untuk leptospirosis, masyarakat harus bisa mengenali tandanya. Itu sama seperti panas flu itu, panas tinggi. Kemudian yang membedakan adalah nyeri betis. Kemudian ada mata merah atau kuning," paparnya.
Ia menekankan bahwa seluruh kasus kematian yang terjadi disebabkan oleh keterlambatan dalam pengobatan. Jika pasien segera mendapat penanganan yang tepat, nyawa mereka dapat terselamatkan.
"Kematian itu terjadi karena keterlambatan pengobatan. Kalau dia segera dapat pengobatan, dapat antibiotik katakanlah, itu sudah tidak akan menimbulkan kematian," tegasnya.
Namun, jika penanganan terlambat, bakteri Leptospira dapat menyebar dan merusak organ-organ vital seperti ginjal dan jantung, yang pada akhirnya berujung pada kematian.
Baca Juga:Guru dan Siswa SMPN 2 Mlati Pulih Usai Keracunan MBG, Program Dihentikan Sementara
"Kalau sudah sampai ginjal, sampai jantung, dan sebagainya itu mematikan. Kenali tandanya. Segera bawa ke Puskesmas. Sudah nanti dapat antibiotik, tidak akan berat," tambahnya.