Jangan Anggap Sepele, Demam Plus Nyeri Betis? Awas Leptospirosis, Sleman Catat 9 Kematian

Kasus leptospirosis di Sleman melonjak tajam di 2025 (82 kasus, 9 meninggal) dibanding 2024 (28 kasus). Persebaran bergeser ke Ngemplak, bukan hanya sawah.

Muhammad Ilham Baktora | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 28 Oktober 2025 | 15:00 WIB
Jangan Anggap Sepele, Demam Plus Nyeri Betis? Awas Leptospirosis, Sleman Catat 9 Kematian
Ilustrasi tikus yang menjadi pemicu munculnya penyakit leptospirosis. (Freepik)
Baca 10 detik
  • Leptospirosis terjadi cukup banyak di Sleman
  • Kematian mencapai 9 orang akibat dari kencing tikus ini
  • Dinkes Sleman mengingatkan agar waspada terhadap lingkungan

Dia bilang, penyakit ini sering disangka flu biasa padahal bisa berakibat fatal bila terlambat ditangani.

"Makanya untuk leptospirosis, masyarakat harus bisa mengenali tandanya. Itu sama seperti panas flu itu, panas tinggi. Kemudian yang membedakan adalah nyeri betis. Kemudian ada mata merah atau kuning," paparnya.

Ia menegaskan, kematian akibat kasus leptospirosis umumnya terjadi disebabkan oleh keterlambatan pengobatan.

"Kematian itu terjadi karena keterlambatan pengobatan. Kalau dia segera dapat pengobatan, dapat antibiotik katakanlah, itu sudah tidak akan menimbulkan kematian," tegasnya.

Baca Juga:Kasus Keracunan Siswa di Mlati ke Tahap Uji Lab, Opor Ayam hingga Anggur jadi Biang Kerok?

Namun jika pengobatan dilakukan terlambat, maka infeksi dapat menyebar ke organ vital dan berujung fatal atau kematian.

"Kalau sudah sampai ginjal, sampai jantung, dan sebagainya itu mematikan. Kenali tandanya. Segera bawa ke Puskesmas. Sudah nanti dapat antibiotik, tidak akan berat," tambahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak