SuaraJogja.id - Ribuan Orang memadati Kompleks makam raja-raja Imogiri sejak pagi pada Jumat (27/9/2019). Tak sedikit dari warga yang rela menginap di kompleks Makam Raja-raja Imogiri di Bantul. Mereka datang untuk menyaksikan prosesi 'Nguras Enceh' yang dilakukan Abdi Dalam Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan juga Kasultanan Surakarta.
Jumat ini memang merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Imogiri dan sekitarnya. Karena hari Jumat kali ini bertepatan dengan hari pasaran Kliwon di bulan Suro dalam almanak Jawa. Hari yang dianggap sakral masyarakat Jawa khususnya.
Di hari Jumat pada bulan Suro tersebut, para Abdi Dalam sejak dahulu kala selalu melakukan prosesi Nguras Enceh. Prosesi membersihkan gentong atau tempayan besar yang berada di Kompleks makam raja-raja Imogiri Kabupaten Bantul.
Ribuan masyarakat tersebut tampak khidmat mengikuti prosesi yang dilakukan sejak Kamis (26/9/2019) sore. Warga nampak antusias mengikuti prosesi tersebut karena menganggap akan membawa berkah tersendiri di kehidupan mereka.
Baca Juga: Ini Penjelasan Peneliti UGM Terkait Longsor di Makam Raja Imogiri
Pengageng Puroloyo (Pejabat Makam) Kotagede dan Imogiri KRT Hasto Ningrat menyebutkan prosesi Nguras Enceh dimulai dengan pengambilan siwur atau gayung yang berasal dari tembaga di Kadipaten Kulon yang letaknya sekitar satu kilometer dari mantan raja-raja Imogiri.
"Usai mengambil 'siwur' tersebut, ratusan Abdi Dalam dari Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat dan juga Keraton Solo melakukan arak-arakan menuju ke kompleks Makam Raja-Raja Imogiri. Prosesi kirab ini merupakan swadaya masyarakat, tetapi kalau Nguras Enceh-nya merupakan tradisi keraton,"tuturnya di sela prosesi, Jumat (27/9/2019).
Sesampainya di terminal pajimatan yang berada di kaki Kompleks Makam Raja-Raja Imogiri, siwur tersebut lantas diserahkan kepada Pengageng Puroloyo Kotagede dan Imogiri.
Pada Kamis Malam usia Sholat Isya, empat gentong atau enceh yang berada di Kompleks Makam Raja-Raja Imogiri tersebut mulai kembali diisi dengan air bersih dan dicampur dengan air zamzam dari Arab. Proses pengisian kembali air tempayan atau gentong tersebut juga dimulai dengan memanjatkan doa kepada yang maha kuasa melalui proses tahlilan.
Usai tahlilan satu persatu Abdi Dalam dari kedua Kraton berjajar di samping enceh masing-masing. Mereka lantas mengambil air yang sebelumnya sudah disediakan oleh Abdi Dalam malam sebelumnya. Secara berantai menggunakan ember ember kecil tersebut lantas diisi dengan air yang baru.
Baca Juga: Makam Raja Imogiri Yogyakarta Longsor, Warga Mengungsi
Ribuan masyarakat mengikuti dan menyaksikan prosesi mengisi kembali enceh tersebut. Ratusan warga bahkan rela antri untuk mendapatkan air yang sebenarnya sudah diisikan di dalam enceh tersebut. Mereka sudah membawa botol botol minuman air mineral sebagai wadah dari air enceh tersebut.
Terpopuler
- Sama-sama Bermesin 250 cc, XMAX Kalah Murah: Intip Pesona Motor Sporty Yamaha Terbaru
- Robby Abbas Pernah Jual Artis Terkenal Senilai Rp400 Juta, Inisial TB dan Tinggal di Bali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- Profil Ditho Sitompul Anak Hotma Sitompul: Pendidikan, Karier, dan Keluarga
- 7 Rekomendasi Sabun Pemutih Wajah, Harga Terjangkau Kulit Berkilau
Pilihan
-
Pembayaran Listrik Rumah dan Kantor Melonjak? Ini Daftar Tarif Listrik Terbaru Tahun 2025
-
AS Soroti Mangga Dua Jadi Lokasi Sarang Barang Bajakan, Mendag: Nanti Kita Cek!
-
Kronologi Anggota Ormas Intimidasi dan Lakukan Pemerasan Pabrik di Langkat
-
Jantung Logistik RI Kacau Balau Gara-gara Pelindo
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
Terkini
-
'Beli Mercy Harga Becak': Mantan PMI Bangkit dari Nol, Kini Kuasai Pasar Kulit Lumpia Nasional
-
Kota Pelajar Punya Solusi, Konsultasi Gratis untuk Kesulitan Belajar dan Pendanaan di Yogyakarta
-
Lebaran Usai, Jangan Sampai Diabetes Mengintai, Ini Cara Jaga Kesehatan Ala Dokter UGM
-
Batik Tulis Indonesia Menembus Pasar Dunia Berkat BRI
-
Insiden Laka Laut di DIY Masih Berulang, Aturan Wisatawan Pakai Life Jacket Diwacanakan