SuaraJogja.id - Musim hujan diprediksi akan melanda Kabupaten Gunungkidul pertengahan bulan November 2019. Saat ini, para petani tengah melakukan tradisi tahunan yakni ngawu-awu. Tradisi tersebut dilakukan untuk menyambut datangnya musim tanam saat hujan tiba.
Kegiatan ngawu-awu itu, para petani menaburkan benih padi di atas tanah kering yang telah diolah secara manual ataupun menggunakan alat tani. Tanah diolah dengan cara membalikkan tanah kering agar tidak ada lagi bekas retakan tanah akibat kemarau.
Maryadi (59), seorang petani asal Dusun Gunungrejo, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Gunungkidul menuturkan proses ngawu-awu dengan menanamkan benih-benih padi di atas tanah yang telah diolah secara manual yang dilakukan para petani langsung.
"Memang kalau hasil tumbuhnya tidak serapih dengan menanam padi yang langsung bibit, tapi hasilnya sama aja," kata Maryadi saat ditemui di lahan miliknya, Selasa (12/11).
Baca Juga: Diduga Mengisap Asap Beracun, Warga Gunungkidul Tewas Tercebur Sumur
Ia menjelaskan proses ngawu-awu akan terbilang sukses jika hujan datang tepat waktu. Para petani melalui penanggalan jawa, saat-saat inilah waktu yang tepat untuk melakukan proses ngawu-awu.
"Hujan kan pertengahan November diperkirakan datang, hitungannya pas hasil ngawu-awu itu tumbuh. Tapi jangan sampai telat hujan datang, karena bisa rusak benihnya," ujarnya.
Petani lainnya, Sukidi (58), menjelaskan proses ngawu-awu tersebut sudah sejak lama dilakukan oleh para petani di Gunungkidul. Saat ini, para petani menyebar benih hasil bantuan pemerintah kabupaten dan pusat. Benuh tersebut salah satunya benih padi hibrida.
"Kalau benih padi itu bantuan dari pemerintah yang diberikan langsung lewat kelompok tani," ujar pria yang aktif di Kelompok Tani Gunungrejo, Desa Girisuko.
Sambil melakukan tradisi ngawu-awu, pihaknya juga berharap agar hujan turun pertama kali tidak langsung mengguyur deras. Sebab, guyuran pertama bisa menentukan apakah hasil ngawu-awu gagal atau sukses masa tanam pertama.
Baca Juga: Fenomena Bunuh Diri di Gunungkidul, Warga Cerita Mitos 'Pulung Gantung'
"Kalau hujan deras biasanya benih yang ditanam dari ngawu-awu terbawa air, dan tembok-tembok batu penahan bisa rubuh," kata dia.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Diduga Mengisap Asap Beracun, Warga Gunungkidul Tewas Tercebur Sumur
-
Fenomena Bunuh Diri di Gunungkidul, Warga Cerita Mitos 'Pulung Gantung'
-
2 Pekan Razia, 3.000 Anak Sekolah Kena Tilang Polisi di Gunungkidul
-
Waspada Kemarau, Warga Dusun Gimeng Tampung Air Hadapi Kekeringan
-
Sepanjang Kemarau, Warga Gimeng Tempuh Jarak 1,5 Kilometer untuk Air Bersih
Terpopuler
- Selamat Tinggal Pelatih Persebaya Paul Munster, Dapat Hukuman Berat Kemarin
- Ini Syarat Lengkap Jadi Anggota Koperasi Merah Putih, Jalur Utama Penerimaan Bantuan Pemerintah
- 5 City Car Murah Mulai Rp50 Jutaan Bukan Toyota, Sat Set Hadapi Kemacetan
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Murah Tipe Sedan Mei 2025: Harga Mulai Rp20 Jutaan, Bandel, Pajak Ringan
- 7 Rekomendasi Sunscreen SPF 50 Terbaik, Aman Maksimal Lindungi Wajah
Pilihan
-
Tanpa Wakil MU, Ini 8 Kandidat Pemain Terbaik Liga Inggris 2024/2025
-
Lengkap! 8 Tim Promosi ke Liga 3 Musim Depan, Ada Klub Milik Polisi
-
Almere City Degradasi, 3 Klub Liga 1 Ini Bisa Jadi Opsi Thom Haye
-
Geger Pedagang Dipalak Ormas Rp 3 Juta, Wali Kota Solo Turun Tangan
-
PT Solo Manufaktur Kreasi Bakal Tanggapi Resume Penggugat Soal Minta Menyediakan Mobil Esemka
Terkini
-
Amankan Beruang Madu hingga Owa dari Rumah Warga Kulon Progo, BKSDA Peringatkan Ancaman Kepunahan
-
Polemik Lempuyangan: Keraton Bantu Mediasi, Kompensasi Penggusuran Tetap Ditolak Warga
-
HUT ke-109, Sleman Berbenah SOP Perizinan Baru Janjikan Transparansi dan Bebas Pungli
-
Hobi Mahal Berujung Bui! Pria Jogja Terancam 5 Tahun Penjara Gegara Pelihara Satwa Langka
-
Diseret dalam Polemik Ijazah, Kasmudjo Tegaskan Bukan Pembimbing Skripsi Jokowi