Dialah Purwadi (48), Dosen Fakultas Pendidikan Bahasa Jawa di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Purwadi mengaku sejak 2003 menjadi pelanggan tetap Djaka Lodang. Meski begitu, saat kuliah diakuinya Djaka Lodang sudah begitu populer di Yogyakarta.
Setiap minggu ada orang yang mengantarkan majalah itu ke rumahnya. Selesai dibaca, majalah itu pun ditawarkan kepada tamu yang berkunjung.
Bagi Purwadi, Djaka Lodang merupakan aset budaya Jawa karena menjadi satu-satunya media berbahasa Jawa yang masih eksis di Yogyakarta.
Purwadi ingat betul, konten Djaka Lodang kali pertamanya berlanggganan di tahun 2003, tak jauh berbeda dengan saat ini. Rubrik unggulan tetap ada, hanya beberapa tambahan saja untuk keluaran terbaru.
Baca Juga: DIY Usul Materi Bahasa Jawa untuk Seleksi CPNS dan Kenaikan Pangkat
Meski begitu, Purwadi mengaku tidak begitu menggemari rubrik Jagading Lelembut. Dia justru menyukai rubrik yang membahas Sastra Jawa sesuai bidang keahliannya. Baginya hal itu lebih menarik, bahkan ia berharap Djaka Lodang bisa memperbanyak bahasan semacam itu.
“Ya kalau bisa perbanyak ajaran tentang sastra Jawa,” kelakar Purwadi yang menyilangkan satu kakinya di atas sofa.
Di tengah obrolan, Purwadi tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya. Selang semenit, ia kembali dengan membawa buku berbentuk besar. Ternyata buku besar itu merupakan kumpulan kliping dari media cetak yang memberitakan kegiatan dan karyanya.
Pada setiap lembar terakhir buku itu, muncul potongan Majalah Djaka Lodang. Nyatanya, ia rajin mengirimkan tulisan dan sudah beberapa kali diliput. Ia mengaku dengan cara tersebut bisa membantu melestarikan budaya Jawa, terlepas dari profesinya sebagai seorang dosen, penulis buku dan dalang.
“Saya sudah sering diberitakan sejak beberapa tahun lalu, khususnya saat jadi dalang di pagelaran wayang,” katanya kepadaku.
Baca Juga: Keren, Ada Angkringan di Jepang, Penjualnya Mahir Berbicara Bahasa Jawa
Lantaran itu, ia berharap Djoko Lodang bisa terus eksis di dunia modern ini meski kehadirannya bersaing dengan media online. Pun, ia berharap Pemprov Yogyakarta bisa menunjukkan kepedulian dengan majalah Djaka Lodang. Misalnya, menurut Purwadi, dengan memberikan bantuan lewat APBD untuk menjamin kelestarian salah satu aset budaya itu.
Berita Terkait
-
Sindir Budi Arie Laporkan Majalah Tempo, Fedi Nuril Diwanti-wanti Filmnya Gak Laku usai Cuit 'Jurnalis vs Penguasa'
-
Pengakuan Atiek CB Makin Lancar Berbahasa Jawa Saat Tinggal di Amerika: Aku juga Pengin...
-
2 Contoh Khutbah Jumat Maulid Nabi Bahasa Jawa, Indah dan Penuh Hikmah
-
Contoh Teks Pembawa Acara MC Malam Tirakatan 17 Agustus Bahasa Jawa
-
Contoh Sambutan Ketua RT 17 Agustus Singkat Bahasa Jawa
Terpopuler
- Dicoret Shin Tae-yong 2 Kali dari Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Sebenarnya Saya...
- Momen Suporter Arab Saudi Heran Lihat Fans Timnas Indonesia Salat di SUGBK
- Elkan Baggott: Hanya Ada Satu Keputusan yang Akan Terjadi
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Kekayaan AM Hendropriyono Mertua Andika Perkasa, Hartanya Diwariskan ke Menantu
Pilihan
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
-
5 Rekomendasi HP Infinix Sejutaan dengan Baterai 5.000 mAh dan Memori 128 GB Terbaik November 2024
-
Kenapa KoinWorks Bisa Berikan Pinjaman Kepada Satu Orang dengan 279 KTP Palsu?
-
Tol Akses IKN Difungsionalkan Mei 2025, Belum Dikenakan Tarif
-
PHK Meledak, Klaim BPJS Ketenagakerjaan Tembus Rp 289 Miliar
Terkini
-
Logistik Pilkada Sleman sudah Siap, Distribusi Aman Antisipasi Hujan Ekstrem
-
Seharga Rp7,4 Miliar, Dua Bus Listrik Trans Jogja Siap Beroperasi, Intip Penampakannya
-
Skandal Kredit Fiktif BRI Rp3,4 Miliar Berlanjut, Mantri di Patuk Gunungkidul Mulai Diperiksa
-
Pakar Ekonomi UMY Minta Pemerintah Kaji Ulang Terkait Rencana Kenaikan PPN 12 %
-
DIY Perpanjang Status Siaga Darurat Bencana hingga 2 Januari 2025