Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Jum'at, 07 Februari 2020 | 15:04 WIB
Ilustrasi klitih - (Suara.com/Iqbal Asaputro)

Bukan hanya itu, Bagus sering dihantui rasa cemas saat melintasi jalanan besar. Karena kejadian yang dia alami berada di jalanan yang cukup lebar saat itu.

Orang tua Bagus, Yulianto mengaku tak ada pendampingan khusus saat anaknya mengalami trauma. Yulianto hanya berupaya menjaga hingga anak semata wayangnya merasa berani keluar sendiri tanpa didampingi.

"Alhamdulilah dia sudah kembali sekolah seperti biasa. Dulunya sempat trauma, saat melewati jalan besar dia meminta untuk dilewatkan ke jalanan kecil atau jalan kampung menuju sekolahnya. Trauma itu dia alami hampir satu pekan lebih. Kami juga memotivasi dia untuk melupakan kejadian yang Bagus alami, akhirnya sudah kembali seperti biasa," terang Yuli.

Yuli bersyukur, insiden yang menimpa Bagus tak membuatnya cedera permanen. Awalnya Yuli sempat was-was dengan penglihatan dan pendengaran anaknya yang akan terganggu akibat lemparan batu tersebut.

Baca Juga: Keren, Begini Penampakan Tugu Jogja Tanpa Kabel dan Papan Reklame

Meski mengalami luka yang cukup serius, Bagus dan Enrico masih relatif beruntung karena masih diberi kehidupan. Sebab nasib miris harus dialami Fatur Nizar Rakadio.

Pelajar berusia 17 tahun asal Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul itu harus meregang nyawa setelah sempat koma dan mendapat perawatan intensif selama 27 hari di RSUP Sardjito Yogyakarta.

Dio panggilan akrabnya, merupakan korban tewas yang diduga karena kejahatan jalanan tanpa motif alias klitih. Sesaat sebelum kejadian, Dio bersama 27 pelajar lainnya memutuskan berlibur ke Pantai Watulawang Gunungkidul menggunakan motor 14 Desember 2019 lalu. Bersama rombongan pelajar kelas 10 di salah satu STM Depok, Sleman, ia kemudian pulang pukul 14.00 wib.

Belum sampai di rumah masing-masing rombongan tersebut dilempari cat oleh orang tak dikenal dari arah berlawanan di Jalan Siluk-Panggang. Pelempar cat yang diketahui mengendarai motor matik itu lantas mengejar dan membuntuti rombongan Dio. Sesampainya di kawasan Kebon Agung, Imogiri, pelaku tadi menendang stang motor Dio hingga terjatuh. Rekan Dio yang mengetahui rekannya terjatuh langsung menghentikan kendaraan dan meminta warga menolong pelajar 17 tahun ini.

Ibu almarhum, Bidiastuti (39) tak bisa membendung kesedihannya seusai mengetahui anak kedua dari tiga bersaudara itu tewas. Bidiastuti menjelaskan, menurut keterangan dokter Dio mengalami cedera serius di bagian tulang belakang. Dio juga kesulitan bernapas sehingga harus dipasangi ventilator saat menjalani perawatan.

Baca Juga: Sempat Vakum di 2019, Festival Melupakan Mantan Bakal Hadir Lagi di Jogja

"Awalnya kami masih bisa berkomunikasi dengan baik usai insiden itu. Dia menceritakan kronologi hingga diserang oleh orang-orang tersebut. Dio ini anaknya anteng, tidak punya musuh dan selalu berbuat baik. Saya terus memantaunya baik di rumah dan sekolah," kata Bidiastuti.

Load More