SuaraJogja.id - Di tahun 2020 ini, Idulfitri di Jogja tak akan lagi sama seperti biasanya. Demi mencegah penularan virus corona, Keraton Jogja memutuskan untuk meniadakan Grebeg Syawal, seperti diumumkan akun resmi emdia sosial @kratonjogja, Minggu (26/4/2020).
Setiap tahun, tradisi Garebeg, yang umum disebut "Grebeg", digelar Keraton Jogja sebagai bagian dari sedekah raja pada rakyat sebanyak tiga kali: Grebeg Mulud, Grebeg Syawal, dan Grebeg Besar. Dilansir situs web Keraton Jogja, Grebeg Mulud digelar setiap 12 Rabiul Awal (Mulud) untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad, Grebeg Syawal pada tanggal 1 Syawal untuk menandai berakhirnya bulan puasa, dan Grebeg Besar tanggal 10 Dzulhijah (Besar) untuk memperingati Hari Raya Iduladha.
Tradisi Grebeg Syawal sendiri merupakan wujud syukur Sultan atas datangnya Lebaran setelah sebulan puasa Ramadan. Sebelum Grebeg Syawal, Keraton Jogja telah mempersiapkan tujuh gunungan dalam upacara Numplak Wajik.
Ketujuhnya terdiri dari tiga Gunungan Kakung, satu Gunungan Estri, Gunungan Gepak, Gunungan Darat, dan Gunungan Pawuhan. Tujuh gunungan yang berisi hasil bumi tersebut dibawa ke tempat berbeda.
Baca Juga: Pelanggan Sepi karena Corona, Pekerja Seks Waria Ini Ogah Cari Kerjaan Lain
Selain gunungan, prajurit Keraton juga turut diarak dalam Grebeg Syawal. Tak ayal, banyak warga Jogja yang selalu menantikan Grebeg Syawal setiap Lebaran.
Selain menjadi momen untuk bertemu prajurit Keraton, dalam Grebeg Syawal, rakyat juga berkesempatan untuk meraup berkah atau "ngalap berkah" Lebaran.
Setelah diarak ke Masjid Gedhe Kauman untuk didoakan, tiga Gunungan Kakung diarak dan dibagikan ke tiga tempat berbeda, yakni Masjid Gedhe Kauman, Pura Pakualaman, dan Kepatihan, sedangkan untuk gunungan sisanya dibagikan di Masjid Gedhe. Inilah momen seru yang paling dirindukan -- rakyat "menggerebeg" alias memperebutkan gunungan yang dilepas.
Bukan hanya sekadar makanan, hasil bumi yang dibagikan itu memiliki nilai lebih bagi rakyat Jogja, yaitu sebagai keberkahan di hari raya. Namun, karena saat ini dunia dilanda pandemi corona, Keraton Jogja meniadakan Grebeg Syawal demi menghindari adanya kerumunan, yang berisiko makin meluasnya penyebaran virus yang menyebabkan penyakit Covid-19 itu.
Kendati demikian, Penghageng Tepas Tandha Yekti Keraton Jogja Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu mengatakan, Selasa (28/4/2020), bahwa sedekah dari Raja akan tetap dilaksanakan. Hanya saja, bahan gunungan akan langsung dibagikan untuk abdi dalem Keraton.
Baca Juga: Presiden Napoli Dapatkan Kembali Jersey Dries Mertens di Acara Lelang Amal
Berita Terkait
-
Keraton Jogja Tiadakan Grebeg Syawal Saat Lebaran, Warganet: Sangat Bijak
-
Hari Kartini Pass the Sampur Viral, Penari Keraton Jogja Dapat Pizza Gratis
-
Viral Video Pass the Sampur, GKR Bendara Gabung Bareng Putrinya
-
KPH Notonegoro Bagi Tutorial Pakai Masker, GKR Hayu: Pura-Pura Enggak Kenal
-
Pass the Brush Jadi Pass the Sampur, Penari Keraton Jogja Curi Perhatian
Terpopuler
- 5 Rekomendasi HP Samsung Murah Rp2 Jutaan: RAM Gede, Kamera Terbaik
- Cari Mobil Bekas Harga Rp35 Jutaan? Ini Rekomendasi Terbaik, Lengkap dengan Spesifikasinya!
- Dulu Hanya Sultan yang Sanggup, Kini Jadi Mobil Bekas Murah: Ini Deretan Sedan Mewah Kelas Atas
- 8 Mobil Bekas Murah 7 Seater Rp60 Jutaan, Pajaknya Lebih Murah dari Yamaha XMAX
- 5 HP Redmi Murah RAM 8 GB, Harga Sejutaan di Mei 2025
Pilihan
-
10 Mobil Bekas di Bawah Rp100 Jutaan: Kabin Lapang, Keluaran Tahun Tinggi
-
Puan Tolak Relokasi Warga Gaza, PCO: Pemerintah Cuma Mau Mengobati, Bukan Pindahkan Permanen
-
Wacana 11 Pemain Asing di Liga 1 Dibandingkan dengan Saudi Pro League
-
Dewi Fortuna di Sisi Timnas Indonesia: Lolos ke Piala Dunia 2026?
-
7 Rekomendasi Sunscreen Terbaik, Super Murah Pas buat Kantong Pelajar
Terkini
-
Dua Laga Penentu Nasib PSS Sleman, Bupati Sleman Optimistis Super Elja Tak Terdegradasi
-
Segera Klaim! Ada 3 Link Saldo DANA Kaget, Bisa Buat Traktir Ngopi dan Nongkrong Bareng Teman
-
Banyak yang Salah Kaprah, UGM Pastikan Kasmudjo Dosen Pembimbing Akadamik Jokowi
-
Amankan Beruang Madu hingga Owa dari Rumah Warga Kulon Progo, BKSDA Peringatkan Ancaman Kepunahan
-
Polemik Lempuyangan: Keraton Bantu Mediasi, Kompensasi Penggusuran Tetap Ditolak Warga