SuaraJogja.id - Masjid Tiban adalah salah satu bukti peninggalan salah satu Walisongo, yakni Sunan Bonang. Konon, masjid ini dibangun oleh sang wali hanya dalam satu malam.
Belajar perkembangan dakwah Islam di tanah Jawa, tentu kita tidak bisa melewatkan kisah perjuangan Walisongo. Sunan Bonang dikenal sebagai salah satu penyebar agama Islam dengan cara yang baik, terutama bagi warga pesisir pantau utara.
Terlebih di wilayah Desa Bonang, Lasem, Kabupaten Rembang. Di wilayah ini, nama Sunan Bonang terasa sudah sangat melekat di hati setiap penduduknya. Hal ini terbukti dengan dipakainya nama Bonang sebagai nama desa tersebut.
Begitu istimewanya sosok Sunan Bonang di mata penduduk desa Bonang memang bukan tanpa alasan. Sunan Bonang memiliki nama Makdhum Ibrahim merupakan orang yang pertama kali membangun desa Bonang yang sebelumnya adalah sebuah hutan belantara, sehingga beliau sangat dihormati di lokasi tersebut.
Baca Juga: Jadwal Buka Puasa Surabaya 2 Mei 2020, Doa Buka Puasa Rasulullah
Disebutkan dalam sebuah artikel berjudul ‘Mengulik Situs Sunan Bonang’, Nurhadi Rangkuti dari Balai Arkeologi Yogyakarta menyebutkan, dibawah kepemimpinan Sunan Bonang, desa Bonang pernah menjadi salah satu wilayah yang cukup padat. Hal ini terbukti dari temuan sekitar 145 sumur kuno yang diduga dibangun penduduk di masa kepemimpinan Sunan Bonang.
Dari sekian banyak sumur, dua sumur yang berada di masjid dan pesarean disebut memiliki cerita tersendiri. Konon, sumur tersebut dibuat oleh Sunan Bonang dengan cara menancapkan tongkatnya ke tanah.
Orang-orang percaya, dua sumur itu memiliki keistimewaan tidak pernah surut meski musim kemarau. Airnya juga terasa tawar dan segar, berbeda dengan sumur pada umumnya di sekitar lokasi tersebut yaitu terasa payau.
Misteri Masjid Tiban
Tak hanya sumur, masjid peninggalan Sunan Bonang juga memiliki cerita tersendiri. Dikisahkan, masjid tersebut dibangun oleh sang wali hanya dalam waktu satu malam. Dengan alasan inilah warga setempat menyebut masjid itu dengan nama Masjid Tiban.
Baca Juga: Foto Suami Peluk Keranda Istri Viral, Ini Kisah Mengharukan di Baliknya
Perihal Masjid Tiban ini memang ada beberapa versi cerita turun temurun yang berkembang sampai sekarang. Ada yang memperkirakan masjid itu merupakan peninggalan Sunan Bonang, tapi ada pula yang percaya bagian dari Sunan Langgar, salah satu murid Sunan Bonang.
Melansir dari hops.id -Jaringan Suara.com, Masjid ini berada di Desa Gedongmulyo, Lasem. Pernah dipugar pada tahun 1976, beberapa bagian terutama di bagian mihrab dan menara tetap dipertahankan keasliannya. Sementara, bagian yang lain mengalami pengembangan menyesuaikan jumlah jamaah yang semakin banyak.
Di bagian belakang masjid terdapat komplek makam, di lokas tersebut Sunan Bonang serta para imam masjid dimakamkan.
Meski begitu, banyak versi yang berkembang terkait makam Sunan Bonang. Selain di Lasem, makam Sunan Bonang juga diketahui berada di Tuban dan Pulau Bawean. Namun demikian, Abdul Wahid, sang juru kunci meyakinkan bahwa makam sang wali berada di Lasem, di tempat kediamannya.
“Desa Bonang ini adalah tempat tinggal Sunan Bonang hingga beliau meninggal, dan berdasarkan hukum Islam orang yang meninggal harus dimakamkan di daerah di mana dia meninggal, maka dari itulah saya yakin kalau Sunan Bonang dimakamkan di sini karena beliau meninggalnya juga di sini,” tuturnya.
Apa yang dikemukakan oleh Abdul Wahid memang sangat masuk akal. Tapi terlepas dari berbagai kontroversi itu semua, di makam Sunan Bonang kita bisa menemukan sesuatu yang menarik yang berbeda dengan pada umumnya makam para wali. Di makam Sunan Bonang ini kita tidak akan menemukan batu nisan. Yang tampak dalam pandangan mata kita hanyalah berupa hamparan tanah berukuran sekitar 3×5 meter yang dipenuhi dengan tanaman bunga melati.
Bagi mereka yang tidak tahu mungkin akan menganggap tanah yang berpagar besi keliling itu adalah sebuah kebun bunga melati.
Hal ini wajar terjadi karena di dalam hamparan tanah tersebut kita tidak akan menemukan adanya tanda sebuah makam. Dasar hukum dalam Islam yang menganjurkan agar makam tidak diberi tanda berlebih supaya tidak membuat orang-orang yang masih hidup mengistimewakannya benar-benar diterapkan di sini.
“Kanjeng Sunan Bonang itu adalah sosok yang sangat teguh dalam menjalankan hukum Islam. Jadi saat beliau meninggalpun konon sempat berwasiat agar tidak memberi tanda pada makamnya. Dan hal inipun dipatuhi para pengikutnya. Mereka tidak memasang sesuatupun yang digunakan sebagai tanda. Bahkan dulu katanya pernah di atas makamnya dibangun sebuah cungkup. Tapi begitu cungkup selesai dibangun, tiba-tiba cungkup itu roboh dengan sendirinya,” kata Abdul Wahid.
Berita Terkait
-
Kraton Yogyakarta Tuntut PT KAI Rp1000 Buntut Klaim Lahan di Stasiun Tugu Yogyakarta
-
Waspada! Sesar Opak Aktif, Ini Daerah di Jogja yang Dilaluinya
-
Alternativa Film Awards 2024: Merayakan Kreativitas dan Kolaborasi Sineas Dunia
-
Komunitas GERKATIN DIY: Perjuangan Inklusi dan Kesehatan Mental Teman Tuli
-
Seni Tato di Kalangan Mahasiswa Yogyakarta: Antara Ekspresi Diri dan Stigma
Terpopuler
- Tanggapi Kisruh Andre Taulany Parodikan Gelar Raffi Ahmad, Feni Rose: Lagian Kantor yang Kasih di Ruko
- Berani Minta Maaf ke Lembaga Kerukunan Sulsel, Denny Sumargo Dapat Dukungan dari Sumatera sampai Papua
- Harta Kekayaan Roy Suryo yang Dituduh sebagai Pemilik Akun Fufufafa
- Profil Lex Wu: Tantang Ivan Sugianto Duel usai Paksa Anak SMA Menggonggong
- Geng Baru Nikita Mirzani Usai Lepas dari Fitri Salhuteru Disorot: Circlenya Lebih Berkualitas
Pilihan
-
Setelah Dihitung, Wamenhub Bilang Harga Tiket Pesawat Bisa Turun di Libur Nataru
-
Luhut Yakin Prabowo Bisa Capai Pertumbuhan Ekonomi 8%, Ini Strateginya
-
Teken Dealership Agreement Eksklusif, MAB Jadi Distributor Resmi Truk Yutong di Indonesia
-
Tol Balikpapan-Samarinda Sepi Peminat Meski Persingkat Waktu Menuju IKN, Apa Alasannya?
-
IKN Tak Berpenghuni? Akademisi Sindir Minta Jokowi yang Jadi "Penunggunya"
Terkini
-
Kasus Anjing Gigit Warga di Cangkringan Berakhir Damai, Korban Terima Tali Asih
-
Bawaslu Yogyakarta Surati Tiga Paslon Terkait Pelanggaran Ribuan APK
-
Perahu Terbalik Digulung Ombak, Seorang Nelayan Ditemukan Tewas di Pantai Watulumbung Gunungkidul
-
Gugatan Kepada PT KAI Berlanjut, Keraton Yogyakarta Ingatkan Kepemilikan Lahan Kasultanan
-
Sambut Natal dan Tahun Baru, Yogyakarta Marriott Hotel Suguhkan Keajaiban Bawah Laut hingga Ragam Paket Spesial