SuaraJogja.id - Nelayan Pantai Depok, Hendri Sriyono, mengaku sempat tak melaut seperti rekan-rekan nelayan lainnya karena tiga hari yang lalu ombak tinggi.
Namun, ia menyebutkan, sejak kemarin, Minggu (10/5/2020), cuaca sudah mulai membaik, sehingga hari ini, Senin (11/5/2020), nelayan mulai melaut kembali. Meski demikian, Hendri menyebutkan bahwa saat ini hasil tangkapan tidak banyak.
"Hasilnya ya sedikit-sedikit, telaten. Kalau enggak melaut ya enggak ada yang dimakan," kata Hendri saat dihubungi SuaraJogja.id melalui telepon, Senin.
Ia menjelaskan bahwa saat ini ikan masih tersedia, tetapi tidak dalam jumlah banyak. Debit angin turut menjadi kendala dalam pencarian ikan.
Baca Juga: Badan Antariksa LAPAN Ungkap Fakta Meteor Jatuh di Surabaya
Biasanya, Hendri pergi melaut antara pukul lima pagi hingga 12 siang, tergantung cuaca. Ia melaut satu hingga dua mil sampai ke tengah laut.
Hendri mengatakan, saat ini hasil laut yang ia dapatkan menurun, tetapi tidak signifikan. Untuk menambah penghasilan, ia juga menjual semangka.
Harga penjualan hasil laut juga mengalami penurunan. Ikan bawal super yang biasa terjual Rp250.000 per kg saat ini hanya terjual Rp200.000 per kg.
Selama pandemi, nelayan kesulitan menjual ikan-ikan lokal karena tidak adanya pengunjung yang biasa datang langsung ke pantai.
"Berharap corona ini cepat selesai, segera kembali seperti semula," imbuhnya.
Baca Juga: Pakar Epidemiologi UI Setuju Transportasi Dibuka; Asal Jangan Bobol
Ia menjelaskan, nelayan setempat beralih menjadi petani selama pandemi. Sementara, nelayan perantauan tetap pergi melaut.
Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menjelaskan bahwa saat ini sudah memasuki musim kemarau.
Meski demikian, ia menyampaikan bahwa pada awal musim kemarau masih akan ditemui hujan dengan intensitas sedang. Hal tersebut disebabkan air laut yang masih hangat.
"Awal-awal musim kemarau masih ada hujan. Itu tadi karena suhu permukaan air laut selatan di Yogyakarta masih hangat," kata Reni saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Ia menjelaskan, dikatakan memasuki musim hujan jika curah hujan dalam 10 hari kurang dari 50 milimeter diikuti dasar selanjutnya.
Reni juga menyebutkan, masih ada potensi angin kencang. Namun frekuensinya menurun dibandingkan dengan musim pancaroba.
Ia menambahkan, jika arus angin di atas 25 knott, disarankan kapal nelayan untuk tidak pergi melaut terlebih dahulu.
Berita Terkait
-
Nekat Berlayar, Perahu Nelayan Kulon Progo Terbalik Dihantam Ombak
-
Kecelakaan Laut di Perairan Cianjur, Galang Ditemukan Tak Bernyawa di Garut
-
Heboh Video Kapal Angkut TKA Diusir Nelayan, Begini Faktanya
-
Puluhan Nelayan 14 Hari Diam di Tengah Laut Cegah Penularan Corona
-
Puluhan Nelayan Jalani Isolasi Mandiri di Tengah Laut
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah Desain Timeless: Enak Dilihat Sepanjang Waktu, Mulai Rp 30 Jutaan
- Pemain Keturunan Rp 312,87 Miliar Juara EFL Masuk Radar Tambahan Timnas Indonesia untuk Ronde 4
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Mesin Diesel Harga di Bawah Rp100 Juta
- Selamat Tinggal Mees Hilgers, Penggantinya Teman Dean James
- 5 Alasan Honda Supra X 125 Old Masih Diminati, Lengkap dengan Harga Bekas Terbaru Juni 2025
Pilihan
-
3 Mobil Toyota Bekas di Bawah Rp80 Juta: Kabin Lapang, Hemat Bensin dan Perawatan
-
Catatan Liputan Suara.com di Jepang: Keajaiban Tas, Uang dan Paspor Hilang Kembali ke Pemilik
-
Proyek Rp1,2 Triliun Kerap Bermasalah, Sri Mulyani Mendadak Minta Segera Diperbaiki
-
DOR! Dua Bule Australia Jadi Korban Penembakan di Bali, Pelaku Disebut Gunakan Jaket Ojol
-
AFPI Geram, Ajak Pelaku Gerakan Gagal Bayar Pinjol Dipolisikan Biar Ditangkap
Terkini
-
Geger di Bantul! Granat Zaman Perang Ditemukan Saat Kerja Bakti, Tim Gegana Turun Tangan!
-
Proyek Tol Jogja-Solo: Penambahan Lahan 581 Bidang di Sleman dan Progres Konstruksi Sentuh 60 Persen
-
Mbah Tupon Jadi Korban Mafia Tanah: JPW Desak Polda DIY Umumkan Tersangka
-
Motif Penumpang Begal Driver Ojol di Kalasan, Terlilit Utang Pinjol
-
Kiprah Sultan HB II di Jogja, Seminar Nasional Bakal Ungkap Perlawanan dan Pemikirannya