SuaraJogja.id - Bantuan Sosial Tunai (BST) di DIY mulai dibagikan. Gunungkidul menjadi kabupaten pertama yang melaksanakan pembagian BST tersebut. Dinas Sosial setempat bekerja sama dengan PT Pos bahu membahu membagikan kompensasi pandemi Covid-19 ini.
Sejumlah wilayah mulai melakukan pembagian BST tersebut di beberapa tempat, di antaranya di kantor kecamatan ataupun di balai desa. Masyarakat pun antusias menyambut bantuan tersebut, mengingat mereka telah banyak kehilangan penghasilan.
Salah satu pembagian yang disesalkan oleh berbagai pihak terjadi di wilayah Kecamatan Semanu, Minggu (17/5/2020). Di kecamatan ini, ribuan orang berdesak-desakkan ketika mengantre pengambilan bantuan sebesar Rp600 ribu itu di kantor kecamatan. Antrean bahkan mengular beberapa ratus meter keluar dari pintu gerbang kantor Kecamatan.
Warga tak lagi mengindahkan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 yang ditentukan sebelumnya. Sebagian besar dari mereka, yang adalah ibu rumah tangga, berjajar dan berbaris berhimpitan satu sama lain, bahkan tak sedikit dari mereka yang membawa balita.
Baca Juga: Masjid Tua di Surabaya, Masjid Rahmat Sunan Ampel Gelar Sholat Idul Fitri
Berkali-kali petugas mencoba untuk mengingatkan para warga agar tidak berdesakan dan memperhatikan protokol kesehatan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Namun imbauan itu tampaknya tidak mempan untuk membubarkan kerumunan dan membuat membuat masyarakat menjaga jarak.
Bahkan ketika petugas Koramil dan juga petugas kepolisian berusaha menertibkan mereka, lagi-lagi masih banyak warga yang tetap enggan untuk berperilaku tertib. Warga masih antre dengan saling berdesakan satu sama lainnya.
Kepala Bidang Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial Gunungkidul Hadi Hendro prayogi mengatakan, untuk Kecamatan Semanu, hari Minggu ini memang jadwal pembagian BST. Ada beberapa desa yang masuk jadwal pencairan hari ini, paling banyak adalah Desa Pacarejo dan sebagian dari desa lain di kecamatan Semanu.
"Setidaknya ada 1.002 penerima bantuan yang akan diterimakan hari Minggu ini," paparnya.
Pihaknya telah membuat jadwal pembagian sebagai langkah antisipasi agar tidak terjadi kerumunan dengan memecahnya ke dua gelombang, yaitu untuk pagi dan sore hari. Namun ternyata warga tidak mematuhi jadwal tersebut dan justru datang berbondong-bondong di pagi hari.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 Paksa Jonatan Christie Cuci Baju Sendiri
Warga yang seharusnya menerima BST pada siang hari justru datang di pagi hari, sehingga terjadi penumpukan karena semuanya ingin didahulukan.
"Kita tidak menyangka akan seperti ini. Ini akan jadi bahan evaluasi untuk pembagian-pembagian selanjutnya," tandasnya.
Kepala PT Pos Wonosari Budi Purnomo mengungkapkan, PT Pos sendiri sebenarnya sudah membuat jadwal pembagian di pagi hari mulai dari pukul 8.00 WIB hingga 12.00 WIB, dan untuk siang mulai pukul 13 00 WIB hingga 16.00 WIB. Namun apa yang terjadi justru tidak seperti yang mereka harapkan karena warga datang secara hampir bersamaan.
Menurutnya, apa yang terjadi di kecamatan Semanu tersebut merupakan yang terburuk di wilayah Gunungkidul. Sebab, pelaksanaan pembagian BST di wilayah-wilayah lain berlangsung tertib dan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Karena adanya kerumunan tersebut, pihaknya terpaksa mengubah skema pembagian.
"Tadi saya langsung terjunkan tim dari Wonosari, dan kita tambah loketnya agar antreannya tidak terlalu panjang," ungkapnya.
Salah seorang warga Desa Pacarejo, Kirun, mengungkapkan bahwa pembagian tersebut tidak efektif. Harusnya ada jadwal per pedukuhan untuk pengambilan bantuan dari pemerintah secara tunai, kata dia, tidak seperti sekarang ini, di mana undangan pelaksanaannya hanya satu hari, yaitu Minggu saja.
"Katanya suruh jaga jarak. Lha kok malah umpel-umpelan. Tadi juga tidak ada sistem antrean, akibatnya ya berebut," ujar Kirun.
Menurutnya, karena jadwalnya hanya berlangsung satu hari, maka biasanya warga pedukuhan di berbagai desa secara bersama-sama berangkat ke kantor kecamatan untuk mengambil bantuan tersebut. Untuk yang tidak memiliki kendaraan pribadi biasanya mereka secara berombongan mencarter sebuah pick-up ataupun mobil roda empat lainnya secara bersama-sama.
"Seandainya ada satu warga yang dinyatakan positif Covid 19, Orang Tanpa Gejala (OTG) ataupun reaktif maka tentu akan berbahaya. Kalau ada satu warga saja, mohon maaf, positif, OTG, atau reaktif kan semuanya ambyar. Wong ini berdesak-desakan," ujarnya.
Kontributor : Julianto
Berita Terkait
-
Serem! Video Ulat Jati 'Kuasai' Jalanan Gunungkidul, Benarkah Musim Ulat Tiba?
-
Viral! Pemotor 'Bersenjata' di Gunungkidul Dikira Klitih, Ternyata Musuhnya Ulat Jati
-
Lekat dengan Sutrisna Wibawa, dari Kariernya di Dunia Pendidikan hingga Terjun ke Politik
-
Dapat Rekomendasi dari DPP Gerindra, Sutrisna Wibawa dan Sumanto Siap Maju di Pilkada Gunungkidul
-
Ruang Aksi Muda: Kolaborasi GSM dan Milenial Bergerak, Hadirkan Pembelajaran Inspiratif di Gunungkidul
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
Pilihan
-
Viral Pertamax Dituding Jadi Biang Rusaknya Fuel Pump Mobil, ITB Sampai Dipanggil
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik
-
1.266 Personel Diterjunkan, Polres Bontang Pastikan Keamanan di 277 TPS
-
Masa Tenang, Tim Gabungan Samarinda Fokus Bersihkan Alat Peraga Kampanye
Terkini
-
Sendirian dan Sakit, Kakek di Gunungkidul Ditemukan Membusuk di Rumahnya
-
UMKM Dapat Pesanan Ekspor, Tapi Tak Sanggup Produksi? Ini Biang Keroknya
-
Dari Mucikari Hingga Penjual Bayi, 11 Tersangka TPPO di Yogyakarta Diringkus
-
1.410 Personel Gabungan Kawal Ketat Pilkada Sleman 2024, 16 TPS Rawan jadi Fokus
-
Isu Sosial di Gunungkidul: Banyak Warga Merantau, Anak Tertitip, Berakhir Adopsi