SuaraJogja.id - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) memperpanjang status tanggap darurat bencana dalam menghadapi pandemi Covid-19. Perpanjangan status tersebut mempertimbangkan pada kondisi masyarakat yang dinilai belum bisa mematuhi protokol kesehatan. Penurunan status, dikhawatirkan menimbulkan klaster maupun penyebaran virus corona.
Selain memberikan dampak bagi faktor kesehatan, perpanjangan masa tanggap darurat ini juga sebagai bentuk upaya pencegahan. Perpanjangan status tanggap darurat juga memiliki dampak pada sektor ekonomi. Dengan status tersebut, maka tempat wisata, fasilitas umum, dan sejumlah sektor usaha belum bisa beroperasi, baik seperti sedia kala maupun dengan kenormalan baru atau new normal.
Salah satu yang mengalami dampak besar selama empat bulan terakhir adalah pengemudi becak motor (bentor). Selama pandemi, pendapatan mereka menurun drastis. Selain karena tidak adanya wisatawan yang mendominasi pelanggan mereka, masyarakat umum di wilayah DIY juga tidak menggunakan transportasi umum serupa bentor selama pandemi.
Ketua Paguyuban Becak Motor Yogyakarta (PBMY) Parmin mengatakan, meskipun tidak memiliki penghasilan, tetapi ia mendukung segala sikap pemerintah dalam memperpanjang status tanggap darurat. Ia menyampaikan, bagaimanapun juga langkah yang diambil pemerintah ini demi menjaga kesehatan dan kebaikan masyarakat luas, sehingga ia tidak keberatan.
Baca Juga: Top 5 SuaraJogja: Pria Salat Berdiri 1 Jam, Buruh Tolak Tanggap Darurat
"Kami tahu itu untuk kesehatan, kami mengerti. Cuma kita juga minta agar pemerintah memperhatikan nasib pengemudi bentor. Sudah tiga bulan kami tidak berpenghasilan," ujarnya, dihubungi SuaraJogja.id melalui sambungan telepon, Sabtu (27/6/2020).
Parmin mengatakan, pihaknya memahami pentingnya mencegah penyebaran virus corona. Namun, ia juga meminta agar pemerintah dapat memperhatikan nasib pengemudi bentor yang kehilangan pendapatan. Selama tiga bulan belakangan, pihaknya hanya mengandalkan pemberian donatur di pinggir-pinggir jalan. Mayoritas anggotanya bahkan tidak menerima bantuan sosial apa pun dari pemerintah.
Sementara itu, Sumarmi, pemilik toko kelontong di Wirokerten, Banguntapan, Bantul, mengaku adanya pandemi tidak memiliki dampak besar bagi usahanya. Ia mengatakan, saat awal merebaknya pandemi, distribusi ke tokonya sempat terhambat, sehingga banyak barang dagangan kosong. Namun, saat ini situasi sudah kembali seperti semula.
Mengenai perkembangan Covid-19 sendiri ia sering memantau melalui berita-berita nasional. Namun, Sumarmi mengaku tak jarang dibuat bingung dengan berita yang disampaikan, sehingga ia tidak terlalu memahami. Akibat lebih sering melihat siaran nasional, Sumarmi mengaku tidak mengetahui terkait perpanjangan status tanggap darurat.
"Sering nonton TV, tapi yang ditonton berita nasional. Jadi enggak tahu kalau Jogja memperpanjang masa tanggap darurat," ujarnya.
Baca Juga: Tolak Perpanjangan Masa Tanggap Darurat, Buruh DIY Desak Solusi dari Pemda
Meski demikian, Sumarmi tetap menerapkan protokol kesehatan sesuai yang dianjurkan pemerintah, seperti mengenakan masker dan mencuci tangan dengan sabun. Sayangnya, ia terkadang kesulitan dalam menjaga jarak saat melayani pembeli di tokonya.
Berita Terkait
-
COVID-19 Tinggi di Negara Tetangga, Komisi IX Imbau Masyarakat Tak Perlu Panik
-
COVID-19 di Singapura dan Malaysia Naik Drastis, Kemenkes Minta Tetap Terapkan Prokes
-
Menkes Buat Protokol 6M 1S Untuk Hadapi Polusi Udara, Apa Itu?
-
Meninggal karena Covid-19, Pemakaman Eeng Saptahadi Dilakukan dengan Protokol Kesehatan
-
Kasus Covid Naik Hingga 2.000, Kemenkes Tegaskan Untuk Kembali Perketat Protokol Kesehatan
Tag
Terpopuler
- Selamat Tinggal, Elkan Baggott Pergi
- 5 Rekomendasi HP Gaming Rp1 Jutaan: Kamera Oke, RAM Besar Baterai Awet
- Selamat Tinggal Miliano Jonathans, Orang dalam PSSI Bongkar Fakta Ini
- Blak-blakan Zarof Ricar Sering Main Kasus, Ungkap Sosok Hakim Agung Pemberi Akses Perkara
- Mengenal Siti Purwanti, Ibu Maxime Bouttier yang Meninggal di Rumah Luna Maya
Pilihan
-
Prabowo Bakal Terbitkan Perpres Tambahan Anggaran MBG Senilai Rp 50 Triliun
-
Pedagang Menjerit! Harga Kelapa Parut di Solo Naik 100 Persen
-
Modal Asing Cabut Rp 50,72 Triliun dari Pasar Saham RI
-
Gerebek Tengah Malam di Klaten, Polisi Amankan Remaja Asyik Main Kartu
-
Polres Boyolali Tangkap Pengeroyok Nenek yang Ketahuan Mencuri Bawang
Terkini
-
Dalang Kebocoran Soal ASPD Terungkap, Disdikpora DIY dan Jogja Tak Beri Sanksi?
-
Koperasi Merah Putih: Mimpi Desa Wisata Mandiri Terwujud? Ini Strategi Jitu Kemenpar & Kemenkop
-
'Lumbung Mataraman': Cara Cerdas Jogja Atasi Surplus Makanan & Bantu Warga Rentan
-
Simak, Transformasi Pendidikan di SMPN 6 Bayan Lewat Bantuan Digital BRI
-
Tabrak Lari Maut di Kulon Progo, Pesepeda Ontel Meninggal Mobil Silver Metalik Jadi Petunjuk