Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 16 Juli 2020 | 19:15 WIB
Seorang pedagang melakukan rapid tes yang digelar Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Yogyakarta, di Pasar Beringharjo, Kamis (4/6/2020). [Suarajogja.id / Ilham Baktora]

SuaraJogja.id - Rapid test tahap pertama untuk para pedagang pasar pada 44 pasar di Bantul baru saja digelar. Sesuai ketentuan yang berlaku Dinkes Bantul akan melakukan rapid tes massal tahap kedua.

Kepala Dinas Kesehatan Bantul Agus Budi Raharjo, mengatakan bahwa rapid tes massal tahap kedua untuk para pedagang pasar tersebut sudah dijadwalkan setidaknya 7-10 setelah rapid tes pertama. Hal tersebut juga sebagai respon kerena pada rapid tes massal pertama hanya 7.441 pedagang yang mengikuti dari total 8.582 pedagang yang ada.

"Memang ketentuannya rapid tes massal harus dilakukan dua kali dengan jangka waktu yang sudah ditentukan. Termasuk juga kepada orang-orang yang sudah melakukan tapi dinyatakan negatif atau non reaktif, karena untuk mengantisipasi adanya false negatif," ujar Agus, kepada awak media saat ditemui, di Pendopo Parasamya, Pemkab Bantul, Kamis (16/7/2020).

Agus menuturkan mulai hari ini sudah ada pasar yang memulai melakukan rapid tes kedua tersebut. Pasalnya memang setiap pasar sudah ada jadwal masing-masing yang tidak sama antara satu pasar dengan yang lain.

Baca Juga: KBM Daring Sekolah di Bantul Bakal Beda dari Tatap Muka, Durasi Lebih Cepat

Diketahui hasil rapid tes massal tahap pertama di pedagang pasar ditemukan 96 orang yang dinyatakan reaktif. Menurut Agus hasil tersebut merupakan pertanda yang baik karena memang menjadikan pengendalian kasus Covid-19 di Bantul bisa lebih terpantau.

"Jadi memang bisa dibayangkan kalau Bantul tidak melakukan skirining masif maka kasus Covid-19 tidak akan ditemukan. Maka dari itu Bantul saat ini menggelorakan skrining dan rapid tes secara massal supaya kasus itu ketemu," ungkapnya.

Agus menilai realita yang ada masyarakat sesuai dengan apa yang telah diprediksi oleh pihaknya saat ini bahwa memang penularan di masyarakat itu masih tetap ada. Pihaknya tidak ingin nantinya jika rapid tes massal itu tidak dilakukan malah akan menjadi bom waktu bagi masyarakat Bantul.

Pihaknya menilai selama ini kasus positif yang ada di Bantul merupakan pelaku perjalanan yang melakukan tes Covid-19 secara mandiri. Oleh sebab itu pihaknya berinisiatif untuk mencari jikalau memang penyebaran Covid-19 itu terjadi hingga ke tengah masyarakat.

"Selain itu kita tahu kalau di pasar kan memang tempatnya orang-orang berkerumun. Ditambah pasar itukan suppliernya dari daerah-daerah lain," ucapnya.

Baca Juga: Kelelahan, Dua Kades di Bantul Meninggal Selama Pandemi

Ditegaskan Agus bahwa pihaknya tidak membatasi orang yang akan melakukan rapid tes. Jadi tidak hanya pedagang resmi yang terdaftar saja tapi siapapun boleh mengikuti rapid tes tersebut.

"Jadi tidak semata-mata warga Bantul saja, kalau ada orang lain di situ juga tetap akan kita lakukan rapid tes kepada orang itu. Hal itu karena memang yang kita inginkan adalah tidak terjadi penularan di masyarakat," tegasnya.

Sementara, Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Bantul Sukrisna Dwi Susanta mengatakan sejauh ini terhitung sudah ada tiga pasar yang ditutup karena ada pedagang pasar yang terindikasi positif Covid-19. Ia menyampaikan tidak semua pasar khususnya dari 44 pasar yang dilakukan rapid tes massal itu berada di bawah pengelolaan pihaknya.

“Ada pasar yang dikelola Dinas Pengendalian Penduduk KB Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPPKPMD) Bantul. Hingga saat ini memang terhitung sudah ada tiga pasar di bawah pengelolaan kami yang sempat ditutup," ujar Sukrisna.

Load More