Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Jum'at, 14 Agustus 2020 | 13:10 WIB
Tri Novi Rahmadani, siswi SMP di Gunungkidul, menerima ponsel dari anggota Polres Gunungkidul, Jumat (14/8/2020). - (SuaraJogja.id/Julianto)

SuaraJogja.id - Rasa haru menyelimuti perasaan seorang remja 16 tahun, Tri Novi Rahmadani, ketika menerima ponsel dari seorang polwan anggota Polres Gunungkidul.

Bagaimana tidak? Sejak pemerintah menganjurkan penerapan Pembelajaran Jarak jauh (PJJ), remaja ini seolah kehilangan arah dan hampir putus asa tak ingin melanjutkan sekolah.

Kondisi ekonomi yang sulit mengakibatkan Novi harus meminjam smartphone orang ain untuk sekadar mengerjakan tugas sekolah.

Novi hanya tinggal bersama ibunya, Wakiyem (54), di Pedukuhan Prahu, Kalurahan Girimulyo, Kapanewon Panggang, Kabupaten Gunungkidul.

Baca Juga: Catut KTP Guna Dukung Calon Independen, Warga Nglegi Tuntut Pamong Mundur

Remaja kelahiran 9 Oktober 2005 ini mengaku tidak mungkin meminta sang ibu untuk membelikan smartphone meskipun alasannya untuk mengerjakan tugas dari sekolah. Ia sangat memahami kondisi ibunya, yang telah banting tulang untuk makan sehari-hari.

"Ndak apa-apa. Kalau memang harus berhenti sekolah karena tidak mengerjakan tugas online, saya ikhlas demi ibu, "tutur pelajar kelas 8 SMP N 2 Panggang ini usai menerima bantuan ponsel di Mapolres Gunungkidul, Jumat (14/8/2020).

Beruntung, ada seorang pemilik konter ponsel di wilayah Girimulyo yang berbaik hati.

Pemilik konter tersebut bersedia meminjamkan smartphone-nya setiap pagi kepada Novi agar ia bisa mengerjakan tugas dari para guru. Namun, Novi harus mengerjakannya di konter tersebut.

Demi dapat mengerjakan tugas daring dari gurunya tersebut, setiap pagi Novi harus berjalan kaki sejauh 3 kilometer dari rumahnya menuju ke konter usai salat Subuh dan membantu orang tuanya.

Baca Juga: Orang Tua Positif Covid-19, Calon Pengantin Gunungkidul Langsung Batal Akad

"Saya berangkat jam 06.00 WIB dan sampai di konter pukul 07.00 WIB," ungkapnya, sembari menahan air mata haru.

Untuk kuota internet, Novi memang sangat terbantu karena pemilik konter tak membebaninya dengan ongkos sama sekali.

Sudah sempat bulan ini ia bolak-balik ke konter ponsel untuk dapat mengerjakan tugas dari sekolahnya. Ia merasa bersyukur dapat terus sekolah meskipun dalam hatinya tidak enak selalu membebani orang lain.

Wakiyem sendiri mengaku sebenarnya sangat kasihan melihat keadaan anaknya yang tidak bisa seperti anak-anak lain.

Besar keinginannya untuk dapat membelikan anak bungsunya tersebut sebuah telepon genggam agar bisa dipakai mengerjakan tugas dari sekolah.

Namun apa daya? Ia hanya bisa pasrah karena tak ada pekerjaan tetap untuk dirinya. Ia hanyalah seorang buruh tani untuk siapa saja yang membutuhkan jasanya.

Meskipun seorang wanita, ia sering menjadi buruh yang ditugaskan mencangkul di sawah atau ladang petani yang membutuhkan jasanya.

"Sehari kadang mendapat Rp30.000 dan paling banter Rp40.000," ujarnya.

Ia sudah berusaha untuk menyisihkan uangnya agar bisa membeli sebuah telepon genggam. Namun, uang tersebut tak kunjung terkumpul, sehingga anaknya terpaksa harus meminjam ponsel ke konter yang berjarak 3 kilometer agar dapat mengerjakan tugasnya.

Petugas TU SMP N 2 Panggang, Istri Wijayanti, mengungkapkan, Novi sebenarnya anak yang pandai. Remaja yang bercita-cita menjadi polwan ini selalu meraih rangking I sejak terdaftar di SMP N 2 Panggang. Namun karena kondisi ekonomi, anak ini cenderung pendiam dan minder.

"Dia itu hanya tinggal dengan ibunya sejak umur 2 tahun," paparnya.

Ia tinggal di rumah ukuran 3x5 meter bantuan dari pemerintah melalui program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Di rumah tersebut hanya ada satu ruangan yang berisi satu tempat tidur saja, sehingga seluruh aktivitas hanya bisa dilakukan di tempat tersebut.

Sebelumnya, mereka tidak memiliki kamar mandi, bahkan WC. Untuk mandi mereka hanya membuat tempat dengan pembatas dinding terbuat dari anyaman bambu berukuran 1x1,5 meter.

Ketika ingin Buang Air Besar (BAB), Novi harus pergi ke tetangganya yang memiliki WC.

"Alhamdulillah, beberapa hari lalu ada relawan yang membantu mereka kamar mandi serta WC. Relawan ini juga membantu membelikan tampungan air," ungkapnya.

Ia menambahkan, setiap hari untuk pergi ke sekolah, Novi juga harus berjalan kaki sejauh 3 kilometer. Pihak sekolah juga sebenarnya sudah perhatian terhadap Novi, salah satunya dengan, terkadang pihak guru ataupun komite sekolah memberinya uang jajan. Selain itu belum lama ini, pihak sekolah juga membelikan meja belajar untuk Novi.

Kasubag Humas Polres Gunungkidul Iptu Enny Nurwidiastuti menambahkan, dalam rangka HUT ke-75 RI, jajaran Polwan Polda DIY melakukan aksi bakti sosial dengan memberikan 1.000 paket sembako. Di samping itu, pihaknya juga memberikan hadiah telepon genggam merk Oppo A37 kepada siswa yang berprestasi.

"Kebetulan Novi ini berprestasi, tetapi kurang beruntung," ungkapnya.

Kontributor : Julianto

Load More