Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 10 September 2020 | 17:19 WIB
Suparno menunjukkan koleksi hasil kerajinan miliknya di rumahnya yang berada di Dusun Karangmojo, Trirenggo, Bantul, Kamis (10/9/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Masyarakat Indonesia memiliki banyak potensi usaha yang berbasis pada kerajinan. Tidak sedikit pula masyarakat berhasil melihat peluang itu untuk menghasilkan karya seni yang bernilai ekonomi.

Seperti yang dilakukan oleh Suparno (40), warga Dusun Karangmojo, Trirenggo, Bantul yang berhasil mengembangkan kerajinan timbul yang biasa digunakan sebagai hiasan hingga mahar pernikahan.

Tidak tanggung-tanggung hasil kerajinan milik Suparno ini sudah didistribusikan ke kota-kota besar di Pulau Jawa bahkan hingga ke luar Jawa seperti Kalimantan, Lampung dan Medan.

Suparno menjelaskan bahwa sudah sejak 2010 lalu ia menggeluti kerajinan ini. Awalnya ia mengaku hanya iseng tertarik untuk memanfaatkan bahan limbah seperti kulit telur yang dibuang begitu saja.

Baca Juga: Covid-19 di DIY Meroket Lagi, Muncul 50 Kasus Baru

Dari situ bakatnya mulai terasah dan terus berkembang hingga saat ini.

"Mulai sekitar tahun 2010 lalu cuma nyoba gimana caranya mendapatkan ide mendaur ulang bahan limbah, kulit telur dan lain-lain. Ternyata memang unik dan akhirnya berlanjut sampai sekarang ini," ujar Suparno kepada awak media saat ditemui di rumahnya, Kamis (10/9/2020).

Bapak dari satu anak ini mengaku terinspirasi dari menonton youtube. Setelah itu ia mencoba dan mempraktikan sendiri pembuatan kerjinan tersebut.

Pembuatan kerajinan itu pun sekarang tidak hanya mengandalkan dari kulit telur saja. Namun juga sudah menggunakan lem tembak yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menghasilkan tulisan atau gambar yang cantik.

Dikatakan Suparno, agar lebih tampak indah setiap gambar yang sudah selesai dibentuk akan dilapisi oleh kertas prada. Bisa dengan warna emas atau perak, semua menyesuaikan keinginan konsumen.

Baca Juga: Satpol PP DIY Temukan Mayoritas Pelanggar Protokol Kesehatan Usia Remaja

"Nanti setelah digambar akan diberikan atau saya lapisi dengan kertas prada warna emas atau perak agar kesannya lebih mewah. Ternyata peminatnya juga bisa dibilang cukup banyak," ungkapnya.

Pria yang hanya lulusan STM ini membuktikan keterbatasan pendidikan yang diperolehnya tidak lantas membuatnya tidak bisa menciptakan sesuatu yang berdaya jual tinggi. Dengan tekad dan ketekunan yang kuat, ia berhasil meyakinkan masyarakat untuk membeli karya-karyanya.

Suparno menuturkan selain menjual hasil keseniannya dari rumah dan lewat pameran-pameran, ia juga merambah pasar online untuk pemasarannya. Menurutnya mahar menjadi produk kesenian yang paling sering dipesan pelanggannya.

Kerajinan milik Suparno tersebut dibanderol mulai dari harga Rp35.000 hingga yang paling mahal bisa mencapai Rp1 juta. Harga itu akan bergantung dengan kerumitan detail setiap tema lukisan yang dibuat.

"Pesanan sebenarnya pasang surut tapi rata-rata sebulan bisa menerima sekitar 7 sampai 10 buah. Kalau pesanan mahar kadang saya kerjakan sendiri untuk lainnya bisa juga dibantu 3 orang," terangnya.

Diungkapkan Suparno kesulitan yang masih dialaminya hingga saat ini terkait dengan pemasaran. Meski begitu pihaknya tetap masih terus berinovasi demi mencari peluang pasar yang ada.

Suparno menambahkan pandemi Covid-19 ternyata tidak begitu berpengaruh dalam usaha yang ia tekuni tersebut. Diakui selama ini proses produksi masih terus berlangsung sehingga tidak mengalami penurunan yang signifikan.

"Selama pandemi Covid-19 masih ada yang memesan mahar. Sebagian besar memang mahar dan foto-foto siluet tapi ya tidak begitu terdampak," tandasnya.

Load More