SuaraJogja.id - Senin (21/9/2020), Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2020 resmi dimulai dengan mengusung konsep yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Digelar secara luring dan daring, Paksi Raras Alit selaku ketua FKY 2020 menyebutkan bahwa agenda tahun ini begitu penuh dengan tantangan sekaligus terasa istimewa.
"Banyak perbedaan di tahun ini, FKY biasanya dimeriahkan dengan keriuhan, pawai, festival dan panggung yang begitu besar. Di FKY 2020 ini menjadi tahun yang sangat istimewa. Pada tahun 2020 yang penuh tantangan ini, FKY menyesuaikan bentuknya, menjadi festival yang kami gelar dalam bentuk daring dan luring," ungkapnya pada pembukaan FKY 2020 di Museum Sonobudoyo, Senin sore.
Transformasi FKY ke panggung virtual ini merupakan tantangan tersendiri bagi pihak penyelenggara. Sebab, rupanya tidak semua kegiatan seni dan budaya bisa dinikmati secara optimal ketika medianya berganti.
Baca Juga: Makin Seru, Lomba Tiktok Bakal Meriahkan Festival Seni Bali Jani 2020
Dalam acara yang disiarkan langsung via streaming YouTube, Paksi Raras Alit juga menyebutkan bahwa biasanya FKY dilaksanakan pada kisaran bulan Juni atau Juli setiap tahun. Namun karena adanya adaptasi baru, FKY 2020 akhirnya baru bisa terlaksana pada September ini.
"Tagline yang kami pilih pada FKY 2020 yakni 'Akar Hening di Tengah Bising' atau dalam sebutan lain 'Tapa Ngrame' yang artinya kita tetap melakukan kegiatan, kontemplasi. Meski FKY 2020 ini di luar terlihat sepi tanpa panggung besar, tapi harapanya kami bisa bergerak seperti akar di tengah kebisingan pemberitaan mengenai COVID-19. FKY 2020 ingin tetap memberikan napas dan nyawa pada kerja-kerja kebudayaan kita," kata dia.
Acara pembukaan FKY 2020 diresmikan langsung oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Bertajuk #MULANIRA 2, FKY 2020 kali ini dilaksanakan secara terbatas. Selain pameran, FKY 2020 kini juga diselenggarakan dengan format virtual. Pengunjung bisa mengakses seluruh rangkaian kegiatan melalui www.fkmulanira.com.
Tema #MULANIRA2 sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya 'wiwitan' atau 'pada mulanya'. Tentu saja, ini sesuai dengan tujuan FKY 2020 untuk memperkenalkan beragam kebudayaan di Yogyakarta. Tema tersebut juga dinilai selaras dengan kondisi pageblug di mana orang-orang harus memulai kembali adaptasi ruang hidup penuh tantangan.
Baca Juga: FKY 2020 Digelar 6 Hari Secara Virtual, Artjog Pilih Naikkan Harga Tiket
FKY 2020 digelar hingga Sabtu (26/9/2020) mendatang. Mengusung semangat yang sama di tengah pandemi Covid-19 ini, FKY tetap terselenggara seperti layaknya sebuah festival, tetapi dengan tambahan protokol kesehatan dan pemanfaatan teknologi digital.
Khusus untuk pameran seni rupa, pengunjung diperbolehkan datang ke Museum Sonobudoyo secara terbatas. Setiap hari, panitia FKY 2020 membatasi pameran cuma dibuka untuk 30 orang pada masing-masing sesi.
Berita Terkait
-
Sederet Grup Musik Asli Yogyakarta Meriahkan Penutupan FKY 2024
-
Jelajah Budaya Lokakarya FKY 2024: Olah Rasa Nan Karya Berbalut Warisan Budaya
-
Angkat Tajuk Umpak Buka, Festival Kebudayaan Yogyakarta 2024 Siap Digelar di Bantul
-
COVID-19 Tinggi di Negara Tetangga, Komisi IX Imbau Masyarakat Tak Perlu Panik
-
COVID-19 di Singapura dan Malaysia Naik Drastis, Kemenkes Minta Tetap Terapkan Prokes
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
- Pandji Pragiwaksono Ngakak Denny Sumargo Sebut 'Siri na Pace': Bayangin...
- Beda Penampilan Aurel Hermansyah dan Aaliyah Massaid di Ultah Ashanty, Mama Nur Bak Gadis Turki
- Jadi Anggota DPRD, Segini Harta Kekayaan Nisya Ahmad yang Tak Ada Seperempatnya dari Raffi Ahmad
Pilihan
-
Trump Effect! Wall Street & Bursa Asia Menguat, IHSG Berpotensi Rebound
-
Baru Sebulan Jadi Bos NETV, Manoj Punjabi Mengundurkan Diri
-
Harga Emas Antam Meroket! Naik Rp14.000 per Gram Hari Ini
-
Selamat Ulang Tahun ke-101, Persis Solo!
-
Freeport Suplai Emas ke Antam, Erick Thohir Sebut Negara Hemat Rp200 Triliun
Terkini
-
Jagung dan Kacang Ludes, Petani Bantul Kewalahan Hadapi Serangan Monyet
-
AI Ancam Lapangan Kerja?, Layanan Customer Experience justru Buat Peluang Baru
-
Dampak Kemenangan Donald Trump bagi Indonesia: Ancaman Ekonomi dan Tantangan Diplomasi
-
Pengawasan Miras di DIY sangat Lemah, Sosiolog UGM Tawarkan Solusi Ini
-
Pakar hukum UGM Usul Bawaslu Diberi Kewenangan seperti KPK