Libatkan relawan
Memasuki satu dekade, Ayu merasa keberadaan Rumah Dongeng Mentari sudah cukup membawa masyarakat untuk lebih mengenal budaya bertutur dan mendongeng. Ia merasa senang, saat ini mulai ada orangtua-orangtua yang bahkan mau belajar untuk bisa membacakan dongeng untuk anaknya. Sejauh ini, ia melihat masyarakat mau mengenal budaya mendongeng dan mempraktekkannya kepada orang sekitar.
Secara komunitas, Ayu juga merasa bahwa pertumbuhan relawan berjalan sangat cepat. Ia menilai semakin banyak orang yang menyadari keberadaan mereka. Bahkan, pihaknya kerap menerima pertanyaan dari masyarakat mengenai pembukaan pendaftaran untuk relawan.
"Meskipun jalannya masih panjang, tapi kita cukup senang sudah ada relawan yang bisa melakukan itu bahkan mereka juga ada yang membuat semacam Rumah Dongeng Mentari yang lain di rumah mereka," ujarnya.
Baca Juga: Unggah Foto Wisata Malam di Jogja, Netizen Soroti Soal Kerumunan
Dalam setiap acara, Rumah Dongeng Mentari membutuhkan jumlah relawan yang beragam. Mulai dari tiga orang hingga empat puluh orang relawan dalam kegiatan yang berbeda-beda. Ayu menjelaskan, jika keterlibatan para relawan ini secara sukarela tanpa ada perjanjian timbal balik yang diberikan.
Kesetiaan para relawan dalam membantu setiap acara Rumah Dongeng Mentari tanpa upah dinilai Ayu berangkat dari tujuan yang sama dengan mereka. Para relawan sama halnya ingin bisa berkembang, tidak hanya dalam aktivitas namun juga dalam pengetahuan masing-masing orang.
Lestarikan budaya tutur
Di tengah teknologi yang semakin maju, dan dunia yang berubah menuju sistem digital, Ayu merasa bahwa kedekatan antara orangtua dengan anak adalah hal yang penting. Seperti sentuhan dan suara dari orangtua kepada anak, merupakan hal yang belum bisa tergantikan oleh apapun, bahkan gadget sekalipun.
Namun, Ayu menjelaskan jika pihaknya tidak pernah menilai gadget sebagai sebuah wadah yang salah. Di tengah pandemi, mereka juga terus mengunggah kegiatan mendongeng dalam beberapa platform.
Baca Juga: Top Nikmatnya, 5 Rekomendasi Angkringan Kopi Joss di Jogja
"Kegiatan mendongeng itu mendengarkan langsung suara kepada anaknya, kemudian mengusap-ngusap kepalanya secara langsung. Itu tidak bisa digantikan dan harus dilakukan secara terus sih," tutur Ayu.
Berita Terkait
-
Kapan Pemutihan Pajak Kendaraan Jogja Tahun 2025 Dibuka? Ini Info Tanggalnya
-
Gaji Rp18 Juta di Jakarta atau Rp9 Juta di Jogja? Pahami Dulu Biaya Hidup Kota Ini
-
5 Rekomendasi Mie Ayam Jogja Murah Seharga Kantong Mahasiswa
-
Pasar Literasi Jogja 2025: Memupuk Literasi, Menyemai Budaya Membaca
-
Asmara yang Bukan Dongeng: Ketika Ramayana Tak Lagi Sakral
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- 10 HP Midrange Terkencang Versi AnTuTu Maret 2025: Xiaomi Nomor 1, Dimensity Unggul
- 6 Rekomendasi Parfum Indomaret Wangi Mewah Harga Murah
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaik April 2025
-
Hasil BRI Liga 1: Comeback Sempurna, Persib Bandung Diambang Juara
-
RESMI! Stadion Bertuah Timnas Indonesia Ini Jadi Venue Piala AFF U-23 2025
-
Jenazah Anak Kami Tak Bisa Pulang: Jerit Keluarga Ikhwan Warga Bekasi yang Tewas di Kamboja
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
Terkini
-
Kisah Udin Si Tukang Cukur di Bawah Beringin Alun-Alun Utara: Rezeki Tak Pernah Salah Alamat
-
Dari Batu Akik hingga Go Internasional: Kisah UMKM Perempuan Ini Dibantu BRI
-
Pertegas Gerakan Merdeka Sampah, Pemkot Jogja Bakal Siapkan Satu Gerobak Tiap RW
-
Lagi-lagi Lurah di Sleman Tersandung Kasus Mafia Tanah, Sri Sultan HB X Sebut Tak Pernah Beri Izin
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan