Selanjutnya, skenario ketiga atau skenario paling buruk, gempa terjadi secara bersamaan di barat dan timur, maka prediksi tinggi tsunami maksimum 20 meter di sebelah barat, 12 meter di sebelah timur dan di antara wilayah tersebut tinggi rata-ratanya mencapai 4,5-5 meter.
“Hal ini yang sebenarnya menjadi pemberitaan belakangan ini, jadi sebenarnya riset yang dilakukan sangat multidisiplin. Namun, ujungnya adalah suatu skenario jika Megathrust itu terjadi. Tim kami banyak melakukan skenario lain, puluhan mungkin seratus skenario, tapi sekali lagi, tentu untuk keperluan mitigasi ditampilkan worst case scenario seperti ini,” terang Sri Widiyantoro.
Selanjutnya, Ahli Geoteknologi LIPI sekaligus kepala Pusat Studi Gempa Bumi Nasional, Danny Hilman, menyampaikan bahwa potensi tsunami akibat gempa Megathrust sudah pernah disampaikan pada konferensi tahun 2013 di San Fransisco, Amerika Serikat.
Ia menyampaikan bahwa telah diketahui adanya celah seismik di mentawai dan di Jawa yang menunjukkan ada potensi Megathrust di selatan Jawa seperti di Mentawai dengan tsunami yang berpotensi besar.
“Jadi sejak 7 tahun yang lalu sudah pernah disampaikan, sehingga penelitian ini adalah update dari hasil yang lama dengan riset yang kini lebih mendalam. Sekarang sudah ada konfirmasi selain ada di Mentawai, ternyata di selatan Jawa memang ada celah seismik,” tukasnya.
Kemudian, anggota Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, mengungkapkan bahwa gejala alam yang mendahului tsunami terkait dengan karakterisitik gempa yang bersifat unik.
Tidak ada kesamaan antara satu dengan lainnya, sehingga pihaknya tidak bisa memberikan karakterisitik secara pasti gempa seperti apa yang pasti akan diikuti tsunami.
“Pengalaman kita yang bagus itu ada di Mentawai pada tahun 2007, ada gempa besar 8.6 (magnitudonya) guncanganya sangat kuat tetapi tsunaminya sangat kecil, tapi tahun berikutnya 2010 gempanya lemah, tapi tiba-tiba 8 menit kemudian tsunami 12-15 meter menghantam,” ujar Muhari.
Selanjutnya, Muhari menambahkan, untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, bahwa gempa yang diikuti tsunami biasanya pelepasan energinya agak lama.
Baca Juga: Update Nasib Wasmad Edi, Wakil Ketua DPRD Tegal Tersangka Kasus Dangdutan
Jika masyarakat merasakan guncangan gempa, baik lemah atau keras namun guncangan terasa terus menerus lebih dari 20 detik, Muhari mengatakan, itu adalah saat yang tepat untuk memulai evakuasi.
Berita Terkait
-
Update Nasib Wasmad Edi, Wakil Ketua DPRD Tegal Tersangka Kasus Dangdutan
-
Gawat! 9 Alat Deteksi Dini Tsunami di Kabupaten Cilacap Rusak
-
Pantai Gunungkidul Masuk Risiko Tinggi Tsunami, Ini Kata Staf Ahli PSBA UGM
-
Geger Jawa Dikepung Tsunami, BPDB: Jangan Panik, Perhatikan Jalur Evakuasi
-
Beredar Video Diduga Pantai di Jepara Surut Hari Ini, Benarkah?
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Kisah Ironis di Jogja: Bantu Ambil Barang Jatuh, Pelaku Malah Kabur Bawa Dompet dan Ponsel
-
Jaga Warga Diminta Jadi Pagar Budaya Penjaga Harmoni Yogyakarta
-
DANA Kaget Spesial Jumat Berkah untuk Warga Jogja: Rebutan Saldo Gratis Hingga Rp199 Ribu!
-
Pengujian Abu Vulkanik Negatif, Operasional Bandara YIA Berjalan Normal
-
Tabrakan Motor dan Pejalan Kaki di Gejayan Sleman, Nenek 72 Tahun Tewas di Lokasi