Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Senin, 05 Oktober 2020 | 12:41 WIB
Aktivitas para relawan dari komunitas Kalong saat membantu para pengendara yang mengalami masalah di jalan kawasan Gunungkidul.

SuaraJogja.id - Kalong, dalam Bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai Kelelawar. Di mana aktivitas mereka lebih banyak dilakukan di malam hari. Sementara siang hari mereka manfaatkan untuk beristirahat.

Filosofi hidup Sang Kalong inilah yang lantas menginspirasi sejumlah pemuda di Padukuhan Tumpak Kalurahan Ngawu Kapanewonan Playen Gunungkidul. Mereka menebar kebaikan di malam hari untuk menolong sesama yang mengalami kesulitan.

Adalah Muhammad Habib (31), warga asal Padukuhan Tumpak inilah yang menginisiasi dan menginspirasi pemuda-pemuda lainnya untuk melakukan aksi sosial yang tak lazim. Tiap malam mereka stand by atau berjaga siap membantu pengendara yang mengalami masalah saat menempuh perjalanan di sekitar Gunungkidul.

Ketika ditemui di kediamannya di Dusun Tumpak, Kalurahan Ngawu, Kapanewon Playen, Gunungkidul, Habib menjelaskan jika nama ‘Kalong’ merupakan akronim dari Kawanan Penolong. Kalong juga diketahui merupakan satwa yang berkeliaran saat malam hari. Hal tersebut sesuai dengan jam tugas kerelawanan mereka. Habib dan kawan-kawannya siap berkeliaran membantu pengendara yang membutuhkan.

Baca Juga: Pantai Gunungkidul Masuk Risiko Tinggi Tsunami, Ini Kata Staf Ahli PSBA UGM

"Saya bersama 6 teman lainnya sepakat untuk membantu siapa saja yang mengalami kesulitan berkendara ketika malam hari,"ujar Habib ketika ditemui di rumahnya, Minggu (4/10/2020).

Kegiatan tersebut mulai mereka cetuskan sekitar bulan November 2019. Sebenarnya, ada 7 pemuda yang sepakat membuat gerakan menjadi penolong pengendara yang mengalami hambatan saat menempuh perjalanan malam hari. Namun seiring berjalanannya waktu, satu diantaranya undur diri karena mempunyai kesibukan atau pekerjaan.

Habib menceritakan, ada kisah di balik misi dia bersama Bari, Acil, Rama, Kisman, dan Dika. Mulanya saat mereka sedang nongkrong malam hari ada pengendara yang mengalami ban bocor. Mereka kemudian membantunya dengan mencarikan tukang tambal ban.

Awalnya memang para pemuda ini hanya mencarikan tukang tambal ban. Meski susah namun dapat tertangani sehingga para pengendara itu merasa sangat terbantu. Tanpa imbalan apapun, para pemuda ini rela untuk mencarikan tukang tambal ban.

Menurutnya, tak sedikit para pengendara sepeda motor yang menempuh perjalanan di malam hari yang mengalami kendala saat di jalan. Kondisi medan di wilayah Gunungkidul yang cukup sulit mengakibatkan pengendara sepeda motor yang bermasalah di jalan semakin kesulitan. 

Baca Juga: Detik-detik Densus 88 Geledah Rumah Terduga Teroris di Gunungkidul

"Kalau nuntun (mendorong) motor dengan medan naik turun kan sangat sulit. Jadi perlu mendapat pertolongan,” beber lelaki yang menjalani usaha mebelair ini.

Di wilayah ini, kebanyakan bengkel sudah tutup ketika hari sudah menjelang malam. Para pengendara motor akan kesulitan untuk memperbaiki kendaraan mereka yang bermasalah. Hal tersebut menjadi alasan utama mereka merelakan waktu dan tenaga ingin membantu pengendara secara cuma-cuma.

"Tidak jarang kami dipanggil dini hari. Pernah pula semalam melakukan pengkondisian sebanyak dua kali. Bahkan kami sering dihubungi, tetapi pengendara yang bermasalah tidak ditemukan di lokasi sesuai petunjuk,” papar Habib menceritakan suka duka membantu orang.

Habib meneguhkan, apa yang telah dimulai akan dipertahankan selamanya. Sebab, sekali dua kali ia merasa sangat iba usai menolong pendendara. Suatu ketika, pengendara warga Gunungkidul mengalami kerusakan ringan pada mesin. Sementara uang yang dimiliki si pengendara tinggal Rp15.000. 

Uang tersebut jelas tak cukup untuk membayar ongkos jasa perbaikan dan penggantian spare part jika saja pertolongan Habib berbayar. Namun setelah tahu, bahwa Tim Kalong tak meminta imbalan, bapak-bapak yang mengalami kerusakan motor sontak menangis sambil bersalaman mengucapkan terimakasih kepada Habib dan teman-temannya.

Awalnya komunitas ini hanya memiliki 1 set alat bongkar ban dan alat tambal. Peralatan senilai sekitar Rp 150 ribuan tersebut dibeli hasil dana patungan Habib dan teman-teman. Namun saat ini, mereka telah memiliki 6 set alat tambal dan sejumlah peralatan untuk membongkar mesin yang mengalami kerusakan ringan. 

"Selain patungan, ada juga dermawan yang berdonasi membantu pengadaan alat itu," terang bapak dua anak ini.

Setiap kali hendak melakukan pengkondisian kendaraan macet, sebelum ke lokasi yang ingin dituju, anggota Tim Kalong memastikan jenis kerusakan yang dialami pengendara. Gunanya, agar peralatan dan apabila dibutuhkan spare part yang dibawa sesuai. Dengan begitu kerja sosial terlaksana dengan efektif.

Untuk mengenalkan layanan yang dilakukan, Habib dan teman-temannya membuat group Facebook Info Lalu Lintas Yogyakarta. Guna memudahkan komunikasi, dibuat pula grup Whatsapp. Grup sosial media tersebut menjadi sarana tukar informasi termasuk pantauan arus lalu lintas.

“Kebanyakan ban bocor, rantai putus, v belt motor matic putus, motor mati di bagian pengapian, hingga macet karena oli motor habis,” ungkap Habib menyebutkan jenis masalah yang banyak dialami pengendara.

Lelaki yang sempat aktif di komunitas Sedulur Lajon ini menegaskan, niat mereka bergerak dalam misi kemanusaiaan tersebut tidak memiliki tendensi apapun. Tak ada tujuan lain selain semangat berguna bagi sesama. Tak pula ingin mencari untung, oleh karenanya kepada orang yang ditolong, Habib tak meminta imbalan. 

Bahkan meski kerusakan pengendara diantaranya membutuhkan penggantian spare part, mereka tak meminta biaya ganti. Di luar patungan, melalui group WA dan FB, selama ini ada saja yang berdonasi guna pengadaan spare part motor untuk mengatasi kerusakan kategori ringan. Beberapa spare part bekas diantaranya juga diperoleh dari bengkel salah satu anggota. 

Meski bekas namun masih berfungsi dengan baik. Minimal guna mengatasi kondisi darurat agar pengendara sampai ke rumah dengan selamat. Di mana, layanan Tim Kalong masih sebatas di area jalur Jogja-Wonosari dan sekitarnya. Karena keterbatasan anggota tim, layanan belum mampu menjangkau wilayah Gunungkidul yang terlalu jauh dari kota Wonosari. 

"Kalau Tepus dan Panggang misalnya. Bagi kami masih kejauhan,"paparnya.

Dirinya berharap ada orang yang memiliki niat yang sama yang berasal dari berbagai penjuru Gunungkidul ikut tergerak sehingga menambah jangkauan layanan. Selain wilayah jangkauan, sasaran penanganan juga masih sebatas pada persoalan kendaraan jenis roda dua. 

Untuk menangani persoalan macet kendaraan jenis roda empat, Habib mengakui belum ada sumber daya yang mumpuni. Dirinya juga berharap kelak mendapat kesempatan berlatih soal penanganan trouble ringan kendaraan roda empat, seperti kerusakan pengapian, overheat, dan lain-lain. Dengan begitu kelak mereka dapat melayani dan mengkondisikan pengendara roda empat yang bermasalah.

"Sekali lagi kami bukan cari muka. kami sebatas ingin bermanfaat bagi sesama," tandas Habib mengakhiri obrolan.

Kontributor : Julianto

Load More