Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Selasa, 06 Oktober 2020 | 16:06 WIB
Ngatirah (42), warga Pedukuhan Grogol 5, Kalurahan Bejiharjo, Kapanewon Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, terbaring di tempat tidur, menahan sakit kanker rahim di gubuknya yang tak layak huni. - (SuaraJogja.id/Julianto)

SuaraJogja.id - Ngatirah (42), warga Pedukuhan Grogol 5, Kalurahan Bejiharjo, Kapanewon Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, dalam setahun terakhir merasakan sakit yang luar biasa dari bagian perutnya. Ia kini mencoba bertahan dengan tetap beraktivitas hingga akhirnya ia lebih banyak berbaring di tempat tidur.

Di rumahnya yang berdinding bambu dan berukuran 6 x 6 meter persegi, ia hanya tinggal bersama suaminya, Mudiyono (45). Anyaman bambu pun belum sepenuhnya menutup, dinding sehingga jika hujan, tentu saja air masuk ke dalam rumah.

Tak ada barang elektronik yang menonjol di rumah tersebut kecuali tivi tabung dan kulkas bekas. Lantai rumahnya pun masih berupa tanah dan sama sekali belum disemen. Kasur yang digunakan juga hanya seadanya. Berbagai spanduk bekas banyak tertempel untuk menghalau panas sinar matahari dan dinginnya hujan. Meski sudah menikah hampir 20 tahun, keduanya memang belum dianugerahi momongan.

Ketika SuaraJogja.id berkunjung ke rumahnya, Selasa (6/10/2020) siang, Ngatirah baru saja dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya yang menurun drastis. Dengan diantar menggunakan ambulans gratis dari relawan, Ngatirah dilarikan ke RSUD Wonosari agar segera mendapat perawatan.

Baca Juga: Sari Histeris saat Dibunuh, Pasutri Pembunuhnya Pura-pura Nonton Film Horor

Kakak ipar Ngatirah, Basuki (52), yang baru saja mengantarkan Ngatirah ke rumah sakit, menuturkan, setahun yang lalu adik iparnya ini mengalami pendarahan. Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari ia didiagnosis menderita sakit miom dan harus menjalani operasi untuk mengangkat penyakitnya.

"Seminggu pulang di rumah sakit, jahitan sisa operasi sebagian lepas, sehingga meninggalkan luka menganga," ujar Basuki, Selasa, di rumahnya.

Ngatirah kembali dilarikan ke RSUD Wonosari hingga dirujuk ke RSUP Dr Sardjito. Ia pun berkali-kali harus bolak-balik ke rumah sakit.

Akhirnya Ngatirah ini divonis kanker rahim oleh dokter yang merawatnya, dan ia pun kembali harus menjalani operasi di akhir Agustus 2020 lalu. Sejak operasi, Ngatirah lebih banyak terbaring di tempat tidur yang terbuat dari bambu.

Sementara suami Ngatirah, Mudiyono, yang biasanya menjadi pemandu Goa Pindul, tak lagi berpenghasilan karena pandemi. Terlebih, Mudiyono memilih untuk mengurus istrinya yang sakit parah. Otomatis untuk menopang hidupnya, keduanya hanya mengandalkan bantuan dan belas kasihan dari orang lain.

Baca Juga: Sehari Jual Sayur Dapat Rp10 Ribu, Karjiyem Sendirian Rawat Anaknya Lumpuh

"Sampai setengah tahun belakangan ini istrinya sakit-sakitan, penghasilannya juga mati karena pandemi, hidupnya dibantu kerabat, tetangga," imbuh Basuki.

Basuki menuturkan, setelah setahun berselang pengangkatan miomnya, Ngatirah kembali kambuh. Tak jauh dari lokasi operasi pertama, tumbuh benjolan yang cukup besar dan membuat Ngatirah kesakitan. Keluarga lantas mendorong Ngatirah untuk berobat ke mana pun dokter menyarankan.

"Sel kanker yang kecil-kecil itu berhasil diangkat satu toples kira-kira pas itu dikumpulkan," jelas Basuki.

Basuki menceritakan kondisi terakhir ketika tengah menjalani operasi bulan Agustus 2020 lalu. Saat dokter hendak mengangkat sel yang berukuran besar, cucuran darah menyembur. Pendarahan hebat mengharuskan operasi harus berhenti.

"Perutnya dijahit lagi, dan muncul permasalahan baru," ujar Basuki.

Sejak Agustus hingga saat ini, sel kanker yang tumbuh di rahim Ngatirah timbul ke luar, membelah jahitan operasi. Bisa dikatakan, perutnya menganga. Sejak saat itu, tiga hari sekali, Ngatirah bolak-balik ke Puskesmas untuk mengganti perban, seminggu sekali kontrol ke Sardjito.

Hingga pagi tadi, Ngatirah harusnya ke RSUP dr Sardjito untuk kontrol. Namun, kondisinya makin parah; tak bisa lagi berbicara dan menggerakkan badannya. Ia bersama suami dibawa saudara dan kerabat ke RSUD Wonosari untuk mendapatkan bantuan.

Saat dikonformasi, Ketua RT 03 Supriyanto mengatakan, keluarga ini sudah dicarikan bantuan ke sana kemari, entah dari pemerintah maupun bantuan dari masyarakat. Saat ini sudah dicover Kartu Indonesia Sehat untuk pengobatannya, tetapi permasalahan lain muncul, terutama untuk operasional mereka ke rumah sakit dan selama dirawat di rumah sakit.

"Untuk biaya pengobatan sudah ada jaminan sosial. Untuk operasional kami carikan bantuan warga sini, ada juga masyarakat perantauan," tandasnya.

Kontributor : Julianto

Load More