Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 18 Oktober 2020 | 13:10 WIB
Komunitas Sioux saat memberikan edukasi mengenai penanganan terhadap ular. [Dok. Komunitas Sioux]

Aji menyampikan bahwa jika memang berani untuk langsung menghadapi ular tersebut secara mandiri dalam artian menangkap ular itu dengan teknik yang benar, masyarakat dipersilakan untuk melakukannya sendiri. Namun kalau memang hal tersebut tidak memungkinkan, maka masyarakat bisa langsung menghubungi pihaknya.

Disebutkan Aji, Indonesia sendiri memiliki 348 spesies ular yang tersebar di seluruh wilayah. Bahkan ia sendiri sampai saat ini baru memegang sekitar 200an spesies saja. Jadi Aji tidak memungkiri masih ada banyak ular yang belum ditemukan secara fisik hanya sebatas sketsa foto saja.

Dari ratusan spesies ular yang terdapat di Indonesia, beberapa di antaranya memiliki bisa yang mematikan jika sampai masuk ke dalam tubuh manusia. Namun tak jarang juga masyarakat masih menganggap semua ular itu berbisa dan harus seketika dibunuh ketika sudah sampai masuk ke rumah.

Aggapan itu harus mulai dihilangkan karena memang pada kenyataannya tidak semua ular memiliki bisa. Aji menjelaskan tidak ada cara mudah untuk membedakan antara ular yang berbisa dan tidak berbisa.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Jogja Hari Ini, Minggu 18 Oktober 2020

Pasalnya semua ular memiliki ciri khasnya masing-masing dan satu sama lain hampir mirip dan susah dibedakan. Sebagai contoh Cobra yang memiliki warna hitam pada tubuhnya, tidak sedikit juga ular berwarna hitam yang padahal tidak berbisa seperti Cobra.

Salah satu yang mungkin bisa dilihat secara sekilas adalah dari pergerakan ular itu sendiri. Ciri khas ular tidak berbisa adalah gerakannya yang lincah, sedangkan ular berbisa tinggi gerakannya akan cenderung lebih tenang karena mereka punya rasa percaya diri yang kuat dari bisanya.

Namun ciri khas ini tetap ada perkecualiannya untuk Cobra. Hal itu dikarenakan Cobra yang memiliki kadar bisa yang tinggi tapi tetap bergerak secara lincah.

"Tidak ada cara mudah, harus dihafalkan. Kalau saran kami, saat ketemu ular kita anggap saja itu berbisa. Jangan dipegang apalagi dihandling dengan tangan. Foto saja lalu kirim ke kita, nanti akan kita bantu untuk identifikasi. Kalau mau dihafalkan, cukup hafalkan untuk ular yang berbisa tinggi saja," jelasnya.

Aji menyebut di Jogja sendiri saja ada sekitar 15 spesies ular yang berbisa tinggi sedangkan lainnya tidak berbisa. Ular yang berbisa tinggi itu di antaranya ular laut yang ada di sekitar pantai Gunung Kidul, Cobra, King Cobra, Welang, Weling, Cabai Besar, Cabai Kecil, Ular Tanah, Picung, Viper, Ular bangkai laut biasa juga dikenal dengan sebutan viper Hijau, Bandotan pohon atau Trimeresurus puniceus.

Baca Juga: Kecelakaan Maut 3 Mobil di Jalan Jogja-Wonosari, 1 Korban Meninggal

Sementara untuk ular berbisa yang paling sering masuk rumah di perkotaan adalah Cobra. Jika di desa ada ular Welang dan Weling yang masih cukup banyak.

Aji menyarankan, kepada masyarakat pada umumnya setiap kali bertemu ular di dalam rumah tidak perlu panik atau malah langsung berusaha ditangkap. Lebih baik diamati dulu lalu segera panggil orang yang sudah terlatih.

Menurutnya, menangkap ular memang harus dilakukan oleh orang yang terlatih. Kalau tidak akan berisiko bagi orang yang berusaha menangkap dan kepada sang ular sendiri.

"Kalau tidak panggil kami, bisa panggil Damkar terdekat karena mereka sudah terlatih untuk penanganan ular. Mereka ada unit khusus untuk penanganan ular," sebutnya.

Aji menyampaikan bahwa pada bulan November dan Desember adalah masa penetasan telur-telur Cobra. Siklus itu memang terjadi setiap tahun. Bagi kebanyakan induk bulan Juli-Agustus kemarin mereka kawin, bulan September bertelur, dan mulai pada Oktober, November, Desember, mulai masa penetasan.

"Kadang orang salah kalau ketemu anak-anak Cobra diminta untuk mencari induknya. Padahal induknya sudah hilang tidak tahu kemana karena memang tidak mengerami hanya bertelur saja," tambahnya.

Load More