SuaraJogja.id - Jembatan bambu penghubung Kulon Progo dan Bantul hanyut dihempas derasnya aliran Sungai Progo. Jembatan yang disebut Jembatan Sesek oleh warga sekitar itu diketahui hanyut pada Rabu (21/10/2020).
"Hujan semalaman, terus rabu pagi sekitar pukul 08.00 WIB, aliran Sungai Progo meluap sampai lebih di atas jembatan, kurang lebih 1,5 meter. Karena tidak kuat jebol dan hanyut," kata salah satu pengelola Jembatan Sesek, Sumarno saat ditemui awak media di lokasi Jembatan Sesek, Kamis (22/10/2020).
Dikatakan Sumarno, Jembatan Sesek itu menjadi penghubung antara Dusun Temben, Kalurahan Ngentakrejo, Kapanewon Lendah, Kulon Progo dengan Dusun Manukan, Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul.
Selama ini diketahui jembatan yang memiliki panjang 100 meter dan lebar 1,8 meter itu hanya terbuat dari kayu dan bambu.
Baca Juga: Legendaris, Ini Penampakan Surat Izin Usaha Toko Sepeda Liem Kulon Progo
"Peristiwanya cepet, hanya sekitar setengah jam sudah ambrol saking derasnya air," ucapnya.
Sumarno mengakui, akibat hilangnya jembatan tersebut akses warga dari dua kabupaten agak terganggu. Pasalnya Jembatan Sesek selama ini menjadi jalur penyeberangan terdekat untuk warga Ngentakrejo menuju Bantul, begitu juga sebaliknya.
"Kalau mau muter, paling dekat lewat Bendung Kamijoro, itu saja jaraknya 2 km dan jalannya nanjak banget," sebutnya.
Selain menyusahkan warga yang hendak beraktivitas dengan melewati jalan tersebut, penghasilan warga setempat pun ikut terdampak. Sebab selama ini, setiap orang yang melintasi jembatan tersebut harus membayar biaya perawatan sebesar Rp.2.000.
Sumarno menuturkan Jembatan Sesek sebenarnya belum lama beroperasi atau tepatnya pada empat bulan lalu. Pembangunan pun menggunakan anggaran swadaya dari sejumlah warga Ngentakrejo.
Baca Juga: Punya Riwayat Perjalanan, Kulon Progo Tambah 5 Pasien Positif Covid-19
Kendati baru beroperasi, pihak pengelola mengaku sudah bisa meraup keuntungan sebesar Rp. 1 juta. Dari hasil itu sebagian diberikan kepada petugas yang berjaga hampir setiap hari sebagai upah kerja.
Berita Terkait
-
Kondisi Terlentang di Dekat Rumah Neneknya, Begini Kronologi Penemuan Mayat Balita Korban Banjir di Tebet
-
Hanyut saat Dievakuasi, Mayat Balita Korban Banjir di Tebet Ditemukan Subuh saat Listrik Menyala
-
Polisi Sebut Basarnas Masih Lakukan Pencarian Terhadap Hanyutnya Seorang Bocah saat Banjir di Tebet
-
Gelar Kunjungan Industri, Siswa MAN 2 Bantul Praktik Olah Bandeng Juwana
-
Mempelajari Pembentukan Pulau Jawa di History of Java Museum
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Harga Tiket Pesawat Medan-Batam Nyaris Rp18 Juta Sekali Penerbangan
Pilihan
-
Sosok Murdaya Poo, Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia Meninggal Dunia Hari Ini
-
Prabowo Percaya Diri Lawan Tarif Trump: Tidak Perlu Ada Rasa Kuatir!
-
Magisnya Syawalan Mangkunegaran: Tradisi yang Mengumpulkan Hati Keluarga dan Masyarakat
-
PT JMTO Bantah Abu Janda Jadi Komisaris, Kementerian BUMN Bungkam
-
Pantang Kalah! Ini Potensi Bencana Timnas Indonesia U-17 Jika Kalah Lawan Yaman
Terkini
-
AS Naikan Tarif Impor, Kadin DIY: Lobi Trump Sekarang atau Industri Indonesia Hancur
-
Petani Jogja Dijamin Untung, Bulog Siap Serap Semua Gabah, Bahkan Setelah Target Tercapai
-
Guru Besar UGM Diduga Lecehkan Mahasiswa, Jabatan Dicopot, Status Kepegawaian Terancam
-
Kualitas dan Quality Control Jadi Andalan UMKM Gelap Ruang Jiwa dalam Sediakan Produk
-
Update Tol Jogja-Solo usai Lebaran: Pilar Tol Mulai 'Nampak', Tapi Pembebasan Lahan Masih Jadi PR