SuaraJogja.id - Melalui laman Instagram pribadinya, Dokter Tirta Mandira Hudhi bagikan momen ketika dirinya sedang berada di beberapa pantai di wilayah Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kunjungannya di beberapa pantai di Bantul ini, selain untuk survei, juga untuk mengedukasi para pelaku usaha di sana tentang protokol kesehatan, dan untuk sharing bareng bersama pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Dalam unggahannya di Instagram-nya @dr.tirta pada Jumat (23/10/2020), ia mengunggah potret dirinya sedang duduk disalah satu warung yang menjual kelapa muda di Gumuk Pasir Parangkusumo.
"Rutinitas, jumat barokah. Survei dan edukasi protokol sama sesi sharing bareng pelaku umkm. Kali ini menyentuh gumuk pasir," tulisnya di caption unggahannya.
Dalam caption-nya, ia juga mengatakan jika Dinas Kesehatan dan Dinas Pariwisata DIY telah menyiapkan semuanya terkait dengan edukasi Covid-19.
Ia juga turut mendokan agar pariwisata di wilayah Bantul semakin sukses.
"Alhamdulillah ini tidak di endorse, apalagi mnta gratisan. Sukses terus pariwisata bantul, prov diy. Sampe juga lagi di lain waktu dan di kota kota lainnya," pungkasnya.
Tak hanya mengunjungi Pantai Parangkusumo, pemilik usaha cuci sepatu ini juga mengunjungi Pantai Parangtritis. Hal ini diketahui melalui unggahan @dr.tirta sebelumnya.
Saat di Pantai Parangtritis, Tirta mendengarkan curhatan dari salah seorang pelaku UMKM di Parangtritis.
Baca Juga: Kecelakaan Tunggal Lagi di Jalan Parangtritis, Mobil Masuk Selokan
"curhatan pak @ndhoboss pelaku umkm parang tritis (paris). masker doi dicopot karena wawancara rasah [tidak usah] julid," tulisnya.
Pak Ndobos ini menceritakan kondisi para pelaku UMKM saat Pantai Parangtritis ditutup pemerintah karena adanya pandemi Covid-19. Orang-orang yang menggantungkan mata pencaharian di Pantai Parangtritis pun tidak bisa mendapatkan penghasilan karena objek wisata ini ditutup selama empat bulan.
"Di sini, Parangtritis sempat ditutup, jadi orang yang istilahnya cari mata pencaharian dari obyek wisata otomatiskan gak dapet apa-apa. Kita cari makan susah, gak ada pengunjung yang masuk, dan itu terlalu lama bos.. sampe 4 bulan," terang Pak Ndobos.
Selain TPR ditutup, pedagang oleh-oleh, usaha penyewaan payung, dan usaha penyewaan Jeep pun tidak bisa punya penghasilan. Makan pun mereka hanya seadanya.
"Usaha mandiri semua, otomatis kan mereka biasanya di pantai, ada yang nyewain payung, nyewain Jeep... dan lain-lain kan nggak dapet apa-apa. Keluar juga nggak ada orang. Percuma," terangnya.
Setelah bulan Juni mulai buka, masyarakat sudah mulai berpenghasilan. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena adanya isu tsunami yang membuat penghasilan para pelaku usaha menjadi turun kembali.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- 3 Rekomendasi Mobil Keluarga 9 Seater: Kabin Lega, Irit BBM, Harga Mulai Rp63 Juta
Pilihan
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
-
Mees Hilgers 'Banting Pintu', Bos FC Twente: Selesai Sudah!
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
Terkini
-
Sleman Genjot Ekonomi Timur: Jalan Prambanan-Lemahbang Jadi Andalan, Warga Terima Sertifikat
-
Terungkap, Alasan PSIM Hancurkan Dewa United: Van Gastel Pilih Liburkan Pemain Setelah Kalah
-
Proyek Strategis Nasional (PSN) Untungkan Siapa? Jeritan Petani, Perempuan, dan Masyarakat Adat yang Terpinggirkan
-
Makan Bergizi Gratis Mandek? Guru Besar UGM: Lebih Baik Ditinjau Ulang
-
Pecah Telur, PSIM Yogyakarta Akhirnya Menang di Kandang, Kartu Merah Dewa United jadi Kunci