Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Senin, 26 Oktober 2020 | 18:43 WIB
Penghageng Tepas Tandha Yekti Keraton Yogyakarta l, GKR Hayu (tengah) menyampaikan paparannya dalam diskusi Cyber Attack Countermeasures” di Museum Sandi Yogyakarta, Senin (24/10/2020). [Kontributor / Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - Perkembangan teknologi membuat serangan siber di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat, lebih dari 325 juta serangan siber mulai dari Januari hingga Oktober 2020 ini.

“Serangan siber diprediksikan akan terus berkembang, baik dari segi taktik, teknik, maupun prosedur yang digunakan,” ungkap Kepala BSSN, Hinsa Siburian dalam diskusi “Cyber Attack Countermeasures” di Museum Sandi Yogyakarta, Senin (26/10/2020).

Menurut Hinsa, serangan siber diprediksikan akan terus berkembang, baik dari segi taktik, teknik, maupun prosedur yang digunakan. Karenanya serangan tersebut perlu menjadi perhatian dalam meningkatkan kewaspadaan nasional. 

BSSN mencoba mengatasi masalah itu dengan membangun pasukan untuk mengamankan serangan siber melalui Computer Security Incidents Respond Team (CSIRT). Saat ini BSSN sedang proses membangun CSIRT di 121 kementerian dan lembaga. 

Baca Juga: Tambah 44 Pasien, DIY Tembus 3.506 Kasus Positif COVID-19

“Ini lah sebagai pasukannya untuk mengamankan siber di masing-masing kementerian dan lembaga,” tandasnya.

Di era digital saat ini, lanjut Hinsa masyarakat memerlukan pengetahuan yang cukup terkait manfaat maupun kerentanan yang ada di ruang siber. Karenanya masyarakat didorong untuk memanfaatkan ruang siber dengan baik.

“Masyarakat perlu menjunjung nilai, adat istiadat, budaya bangsa Indonesia agar dapat memanfaatkan siber dengan baik,” ungkapnya.

Sementara Penghageng Tepas Tandha Yekti Keraton Yogyakarta, GKR Hayu mengungkapkan Keraton mengembangkan inovasi untuk menyampaikan informasi terkait keraton. Sebab beberapa tahun silam belum ada laman bahkan sosial media (sosmed) tentang keraton termasuk berbagai kegiatan kebudayaan dan tradisi.

Pengembangan sosmed tersebut awalnya tidak mudah karena perbedaan pola pikir. Namun seiring makin berkembanganya teknologi, teknologi tersebut dibutuhkan dan bermanfaat dalam pelestarian budaya dan tradisi Keraton Yogyakarta.

Baca Juga: Diperbolehkan Gugus Tugas Gelar Liga 1, DIY Tak Mau Tergesa-gesa Izinkan

“Sekarang kami juga punya youtube untuk dokumenter budaya dan seni keraton. Kami menggandeng divisi lain termasuk untuk online library (perpustakaan-red,” ungkapnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More