Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 09 November 2020 | 20:05 WIB
Pengungsi lansia melakukan senam sehat sekaligus healing therapy bersama relawan Tagana di barak pengungsian Balai Kalurahan Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman, Senin (9/11/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Warga lereng Gunung Merapi yang memutuskan untuk mengungsi makin bertambah. Dari data yang tercatat di barak pengungsian Balai Kalurahan Glagaharjo, total pengungsi sudah menyentuh angka 185 orang.

Panewu Cangkringan Suparmono menuturkan, pengungsi terdiri dari beragam usia, mulai dari kelompok rentan hingga pengungsi usia produktif. Pihaknya menduga, penambahan pengungsi yang didominasi oleh pengungsi dewasa ini akibat dari kepanikan atau bahkan trauma yang dialami pascaerupsi Merapi 2010 lalu.

"Mungkin memang karena panik. Namun tidak masalah, barak harus siap untuk menerima setiap pengungsi yang datang. Sebab, memang kami paham menghilangkan trauma itu susah," ujar Suparmono kepada awak media di barak pengungsian Balai Kalurahan Glagaharjo, Senin (9/11/2020).

Suparmono menjelaskan, secara rinci pengungsi yang ada di barak pengungsian Glagaharjo, terdapat 21 anak untuk pengungsi yang berusia kurang dari 2 tahun, sementara untuk yang rentang usia 3 hingga 5 tahun ada 8 orang.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Manda Belajar Online di Area Tambang Pasir Merapi

Jumlah 23 orang berasal dari rentang usia 6 hingga 18 tahun. Sedangkan pengungsi yang berusia dewasa atau dalam kategori 18 tahun ke atas berjumlah 52 orang dan lansia tercatat 82 orang.

"Untuk pengungsi yang masuk kategori dewasa itu sudah termasuk 1 ibu hamil dan 12 difabel,” paparnya.

Ditanya mengenai ketersediaan logistik, Suparmono mengaku, logistik hingga saat ini masih tersedia sangat cukup. Jika memang ada kekurangan, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan pihak kabupaten dan provinsi untuk penyediaan.

Namun, ia juga meminta untuk pihak-pihak terkait bisa menyiapkan logistik di barak penyangga. Artinya, meskipun belum digunakan, setidaknya barak itu sudah siap jika sewaktu-waktu memang terpaksa digunakan.

Sebelumnya, diketahui bahwa Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) telah menaikkan status aktivitas Gunung Merapi dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) pada Kamis (5/11/2020) lalu. Seiring dengan peningkatan status itu sekaligus ditetapkan bahwa radius bahaya akibat erupsi Merapi menjadi 5 km dari puncak.

Baca Juga: 44 Relawan Rapid Test di Barak Pengungsian Glagaharjo, 1 Orang Reaktif

Dengan radius tersebut setidaknya ada warga dari tiga dusun di tiga kalurahan yang harus terdampak. Tiga dusun itu adalah Kalitengah Lor, Kalurahan Glagaharjo; Kaliadem, Kalurahan Kepuharjo; dan Pelemsari, Kalurahan Umbulharjo.

Load More