Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Jum'at, 20 November 2020 | 19:40 WIB
Ilustrasi Virus Corona (Unsplash/CDC)

SuaraJogja.id - Penyebaran kasus COVID-19 terjadi di sejumlah kampus di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kini, kasus COVID-19 ditemukan di kampus UII yang terletak di wilayah Kapanewon Ngemplak. 

Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo mengatakan, kasus itu diawali saat salah satu Fakultas di universitas tersebut, mengharuskan 75 orang mahasiswa mereka mengikuti praktikum. Diketahui aktivitas praktikum tersebut tidak dapat digantikan dengan kuliah daring. 

"Tetapi sebelum praktikum, dilaksanakan rapid test. Dari rapid ini, dijumpai ada 7 orang reaktif. Setelah mengikuti tes usap, diketahui ketujuhnya positif [COVID-19]," ungkap Joko, dalam Zoom Meeting bersama wartawan, Jumat (20/11/2020). 

Setelah dilakukan tracing atas 7 kasus tadi, ditemukan 2 kasus tambahan, sehingga total ada 9 kasus positif COVID-19 di kampus itu. 

Baca Juga: Belajar dari Erupsi Merapi 2010, BPBD Sleman Fokus ke Penerimaan Pengungsi

Terpisah, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Universitas Islam Indonesia (UII) Ratna Permata Sari membenarkan informasi perihal ditemukannya kasus COVID-19 pada mahasiswa UII

"Untuk perkuliahan, dikarenakan ada kasus tersebut, akhirnya dibatalkan," ujarnya. 

Selanjutnya, langkah yang kampus lakukan, berkoordinasi dengan Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Selain itu, mahasiswa bersangkutan sudah isolasi di Asrama Haji.

Kampus juga terus melakukan disinfeksi secara berkala.

Lonjakan kasus usai libur panjang

Baca Juga: Fakta Baru Perempuan di Liverpool yang Mencari Ibu Kandungnya di Sleman

Sementara itu, Dinas Kesehatan Sleman memprediksi lonjakan kasus positif COVID-19 di Sleman dipengaruhi oleh adanya libur panjang yang berlangsung beberapa waktu lalu.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo menjelaskan, terhitung pada 19 November 2020, ada sebanyak 59 kasus COVID-19 tambahan di Kabupaten Sleman. Setelah sebelumnya, dalam pekan yang sama Sleman pernah mengalami nol penambahan kasus. 

Libur panjang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan lonjakan kasus COVID-19, meski hal itu belum dikaji lebih mendalam secara ilmiah. Hanya mungkin, orang-orang yang sebelumnya tidak pernah keluar rumah atau ke luar daerah asal, jadi keluar daerah, karena libur panjang. Padahal, wisatawan yang masuk ke Sleman berasal dari beragam wilayah dengan warna zona penyebaran berbeda-beda.

"Tapi memang terjadi lonjakan antara 7 sampai 14 hari setelah libur panjang, itu karena pergerakan manusia demikian tinggi kami tidak tahu dari daerah mana. Tapi apakah kasus tinggi ini bisa dihubungkan dengan libur panjang, belum ada analisis yang memadai. Tapi kalau secara asumsi bisa jadi, karena waktunya pas," tuturnya. 

"Kemarin juga kan kami sudah mencoba sampling di Tebing Breksi, tetapi tidak ditemukan kasus. Tetapi setelah 7 sampai 14 hari, mulai kelihatan ada peningkatan," imbuh Joko.

Ia menambahkan, kasus COVID-19 di Sleman sudah memasuki gelombang ke-2. Diketahui, pada akhir Oktober 2020 lalu, jumlah kasus di Kabupaten Sleman mengalami penurunan, bahkan selama hampir 19 hari Sleman dinyatakan sebagai zona kuning.

"Sebetulnya gelombang pertama itu sudah selesai, ketika kita selama 20 hari itu kuning, akhir Oktober pada saat liburan itu kita [Sleman] malah pas kuning. 1 sampai 14 November, jadi total 19 hari dari itu kita kuning. Kemudian dua hari kita naik oranye langsung sekarang sudah merah," urai Joko lebih lanjut. 

Tingginya kasus COVID-19 di Sleman, membuat Fasilitas Kesehatan Darurat COVID-19 (FKDC/shelter) Sleman penuh. Sedikitnya ada dua FKDC di Sleman yang merawat pasien positif asimtomatik, yaitu Asrama Haji dan Rusunawa Gemawang. Dari kapasitas 138 ruang isolasi di Asrama Haji, kini tinggal 3 ruangan yang tersisa. Sedangkan 74 ruangan di Rusunawa Gemawang sudah penuh, hanya menyisakan satu kamar. 

"Perlu diketahui, Asrama Haji pada kenyataannya tak hanya menjadi lokasi isolasi pasien COVID-19 asal Sleman. Karena alasan kemanusiaan, menghilangkan sekat-sekat asal wilayah," kata dia. 

Joko menyebut, saat ini ada sebanyak 340 kasus positif COVID-19 aktif di Kabupaten Sleman. 90% dari jumlah itu, merupakan pasien asimtomatis dan pasien bergejala ringan.

Untuk menyiasati FKDC yang sudah penuh, Pemkab Sleman memiliki sejumlah langkah alternatif. Mulai dari merujuk pasien COVID-19 asimtomatis maupun bergejala ringan ke RS, menyurati Pemda DIY yang dikabarkan sedang mempersiapkan shelter, serta menyiapkan shelter baru mandiri di area Kalasan.

Kontributor : Uli Febriarni

Load More