Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Minggu, 22 November 2020 | 13:32 WIB
Luncuran awan panas dari puncak Gunung Merapi terlihat dari Balerante, Klaten, Jawa Tengah, Senin (18/2). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

SuaraJogja.id - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta mengantisipasi munculnya lahar dingin Gunung Merapi. Dampak tersebut berpotensi terjadi, mengingat saat ini aktivitas Gunung Merapi masih berstatus Siaga atau level III.

Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Yogyakarta Iswari Mahendrarko mengatakan bahwa antisipasi lahar dingin dari Gunung Merapi terus dilakukan. Salah satunya dengan menambah beberapa sarana dan prasarana yang pada peristiwa tahun 2010 belum ada.

Antisipasi itu dilakukan dengan dibangunnya talut sungai di sepanjang bantaran sungai yang memang dianggap rawan. Selain itu, pemasangan CCTV dan EWS di sungai-sungai tersebut juga sudah dilakukan.

Tidak hanya berhenti di situ saja, BPBD Kota Yogyakarta juga melakukan sosialisasi serta simulasi cara penanganan bencana banjir kepada masyarakat bantaran sungai. Dikatakan Iswari, semua itu dilakukan agar masyarakat lebih siap dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga: Lihat Merapi Pakai Helikopter Pelajari Potensi Erupsi dan Dampaknya

"Ini juga sebagai bentuk evaluasi dari penanganan peristiwa lahar hujan sebelumnya. Sebab waktu erupsi Merapi yang berdampak bencana banjir lahar hujan tahun 2010 silam beberapa hal tadi belum dipersiapkan," kata Iswari saat dikonfirmasi awak media, Minggu (22/11/2020).

Iswari mengatakan bahwa ada beberapa wilayah sungai di Kota Yogyakarta yang berpotensi menerima aliran lahar dingin tersebut. Beberapa di antaranya adalah Sungai Winongo, Code, dan Gajahwong, yang semua itu berhulu di lereng Merapi.

"Untuk ancaman terbesar ada di Sungai Code," ucapnya.

Hal itu membuat titik-titik yang rawan terdampak lahar hujan tersebut juga berada di wilayah sepanjang bantaran Sungai Code, mulai dari Kecamatan Tegalrejo, Jetis, Gondokusuman, Danurejan, Pakualaman, Gondomanan, Mergangsan, dan Umbulharjo.

Sementara, Lurah Keparakan Rina Budi Prastiwi mengakui bahwa memang wilayahnya menjadi daerah rawan dan langganan terdampak lahar hujan. Dikatakan Rina, bagian timur Kalurahan Keprakan berbatasan langsung dengan Sungai Code yang membuatnya harus mengantisipasi lebih baik.

Baca Juga: Pos Pantau Gunung Merapi Balerante: Kemarin Pagi Terdengar Gemuruh

“Sosialisasi kepada masyarakat terus kita lakukan secara berkala. Itu juga sekaligus menjadi pembelajaran bersama tentang mitigasi bencana lahar hujan. Mengingat adanya potensi dari aktivitas Merapi dan curah hujan yang makin meningkat," ujar Rina.

Sebelumnya, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) memastikan kondisi sabo dam Gunung Merapi dalam keadaan baik.

Kondisi ini artinya sabo dam yang tersedia dapat gunakan untuk menampung lahar dingin ketika aktivitas Merapi semakin meningkat.

Kepastian itu disampaikan langsung oleh Kabid Operasi dan Pemeliharaan BBWSSO, Pramono.

Hingga saat ini, kata dia, tercatat sudah ada sekitar 272 buah sabo dam Merapi yang tersebar di 15 sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

"Sabo dam yang ada di wilayah DIY tersebar di Kali Krasak, Boyong, Kuning, Opak dan Gendol. Semua sabo terpantau hingga saat ini masih dalam kondisi baik dan dapat menampung lahar dingin," kata Pramono.

Load More