Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 14 Desember 2020 | 15:35 WIB
Pendiri bulkstore atau toko kelontong ramah lingkungan Ranah Bhumi, Bukhi Prima Putri, ditemui di Ranah Bhumi, yang beralamat di Jl Gerilya No 646 B, Prawirotaman, Brontokusuman, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Minggu (13/12/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Menurut Bukhi, memang bukan hal mudah untuk memberikan pemahaman itu kepada orang lain. Walaupun memang di awal ada perasaan dan kesadaran untuk menerima, tetapi itu kadang tak bertahan lama.

Ada banyak distraksi yang membuat kesadaran di awal tadi hilang dan terbuang sebab tidak dikumpulkan kembali. Konsistensi menjadi hal yang paling susah dilakukan dalam menjalani gaya hidup ini.

Menurutnya, berterima kasih kepada hal-hal kecil bisa menjadi cara yang paling mudah untuk dilakukan. Rasa terima kasih itu akan menjadi rantai untuk sebuah aktivitas atau kegiatan yang bakal dilakukan di masa mendatang.

"Utamakan adab daripada ilmu, kalau kita lihat ada orang yang melakulan tindakan yang tidak sesuai dengan yang kita tahu. Jangan kasih tahu dulu ilmunya bahwa itu salah, tapi tunjukin aja dulu adabnya dengan kasih contoh dulu," sarannya.

Baca Juga: Mengintip Budi Daya Maggot di Sleman, Berdayakan Warga Terdampak Tol

Bukhi menambahkan, kehadiran Ranah Bhumi mendapat perhatian tidak hanya dari orang dewasa atau ibu-ibu di sekitar wilayahnya, tapi juga dari anak-anak muda. Harapannya itu menjadi bekal bagi anak-anak muda ini untuk terus berkembang ketika mereka memutuskan sesuatu di masa mendatang.

Sementara itu, salah satu pelanggan yang datang ke Ranah Bhumi untuk berbelanja, Karisa Saraswati (23), mengatakan bahwa memang sebenarnya ia sudah tertarik dengan gaya hidup dan produk-produk yang ramah lingkungan. Kebetulan juga kehadiran Ranah Bhumi ini seolah menjadi jalan untuknya lebih menekuni gaya hidup itu.

"Ranah Bhumi punya konsep, branding, dan penyajian informasi yang tepat untuk dapat dimengerti oleh orang-orang yang masih awam untuk memulai gaya hidup lebih ramah lingkungan ini. Itu yang membuat saya makin tertarik," kata Karisa.

Selain itu, Karisa juga menyoroti kehadiran Ranah Bhumi sebagai toko kelontong yang mendukung para petani lokal. Semisal salah satu produknya yang berbahan bunga telang didapat dari warga lokal sekitar Jogja.

"Aku pernah beli deodoran natural, bumbu masak seperti lada hitam, garam, yang mana itu diproduksi oleh warga lokal atau industri rumahan yang tidak terjamah oleh supermarket," ucapnya

Baca Juga: Prihatin Pertanian Terdampak Tol, Mardi Berdayakan Warga Budidaya Magot

Terkait harga produk yang lebih mahal dibandingkan dengan toko kelontong biasanya, Karisa sendiri tidak mempermasalahkan itu. Pasalnya, pembeli itu tahu yang membuat produk itu siapa hingga uang yang dibelanjakan itu menuju ke mana.

Load More