Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 16 Desember 2020 | 14:00 WIB
Anak-anak melewati salah satu situs yang ada di Pedukuhan Ketingan, yakni Makam Kyai Kromoijoyo atau Mbah Celeng, untuk pergi memancing di Embung Ketingan, Kalurahan Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, Rabu (16/12/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

"Ya ini sebenarnya hewan liar untuk mencari makan pun bisa sampai ke wilayah Kulon Progo dan Bantul. Bahkan bisa lebih jauh lagi, pokoknya yang lahan pertaniannya masih cukup banyak," ucapnya.

Haryono menjelaskan, hingga sekarang keberadaan burung kuntul makin berkurang. Hal itu disebabkan oleh berkurangnya pepohonan untuk membuat sarang di wilayah tersebut.

Pohon-pohon yang biasanya digunakan untuk burung pemakan ikan dan serangga, kata Haryono, tergantikan oleh rumah-rumah warga. Diperkirakan 50 persen pohon di area tersebut sudah berkurang.

"Sekitar dua tahun belakangan ini banyak yang pindah ke wilayah Pedukuhan Cebongan, yang juga ada pepohonannya," ungkapnya.

Baca Juga: Masih Menggantung, Rencana Proyek Jalan Tol di Ketingan Buat Warga Resah

Haryono menjelaskan, konon, burung-burung kuntul itu sudah berdatangan sejak 1997 silam, tepatnya setelah peresmian jalan kampung, atau yang sekarang digunakan sebagai Desa Wisata Ketingan.

"Setelah penandatanganan prasasti pembangunan jalan oleh Sultan Hamengku Buwono X, burung-burung itu mulai berdatangan, tapi hingga kini burung itu dilindungi dan tetap dilestarikan untuk keseimbangan alam,” tandasnya.

Load More