"Sudah berkali-kali mengadu, tapi hasilnya nihil. Jadi tidak ada tanggapan, dan masalah aliran air ini tak pernah digubris. Mungkin baunya tidak masalah, tapi lalat dan nyamuk ini yang berbahaya," ungkap dia.
Hal itu pun menyulut warga untuk mengambil langkah. Penutupan TPST secara sementara dilakukan warga. Pasalnya, pemerintah tak pernah memberikan solusi dan tak cekatan menanggapi keresahan warga Lengkong.
"Berakhir dengan langkah ini [penutupan sementara]. Harapannya aspirasi kami bisa ditanggapi, termasuk mengambil tindakan agar persoalan ini selesai," ujar dia.
Warga Piyungan yang juga sebagai Ketua Paguyuban Mardiko TPST Piyungan, Maryono, menuturkan bahwa mediasi memang sering dilakukan. Hingga kini pemerintah mulai menanggapi keresahan warga sekitar.
Baca Juga: TPST Piyungan Ditutup 4 Hari, Warga Desak Pemerintah Ikut Tanggung Jawab
"Ada beberapa hal yang baru ditanggapi [oleh pemerintah], permintaan untuk menyediakan drainase misalnya. Mereka berjanji malam ini ada pengerjaan. Padahal permintaan ini sudah kami lakukan beberapa kali. Namun tak ada realisasinya," ungkap Maryono.
Pihaknya tak menampik bahwa pemerintah butuh waktu untuk membuat kebijakan. Namun begitu, pihaknya sudah lelah menunggu.
"Jadi sudah sering kami meminta pemerintah menanggapi keresahan kami. Dulu pernah kami buat surat pengajuan, tapi tak segera digubris. Malah kesannya ditelantarkan. Saya hanya ingin warga ini diperhatikan, inilah cara kami," keluh dia.
Tak hanya soal drainase, dermaga pembuangan yang hanya difungsikan satu tempat memberi dampak kepada warga. Hal itu menyebabkan antrean panjang truk swasta dan pemerintah membuang sampah ke TPST setempat.
Oleh sebab itu, Maryono berharap, dermaga pembuangan yang lain bisa dimanfaatkan dan dibenahi agar tak ada antrean yang menutupi akses jalan.
Baca Juga: TPST Piyungan Kembali Ditutup, Pemkot Jogja Minta Warga Simpan Sampah
"Di dalam itu kan ada akses jalan warga yang juga akses truk untuk menuju dermaga pembuangan. Nah beberapa waktu lalu itu sampah malah diletakkan di pinggir jalan bahkan sampai menutup jalan. Jika sudah begitu, bagaimana warga bisa melintas," ujar Maryono.
Berita Terkait
-
Banjir Bandang Melanda Sukabumi, 91 Ribu Jiwa Terdampak
-
Diresmikan April Nanti, Begini Wujud Tempat Pengolahan Sampah RDF Rorotan
-
Bencana Tanah Longsor di Jombang
-
Bencana Longsor di Pekalongan: 17 Tewas, 9 Hilang, Tim SAR Berpacu dengan Waktu
-
Bencana Longsor di Kabupaten Pekalongan, 17 Tewas dan 9 Masih Hilang
Terpopuler
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Daftar Pemain Timnas Belanda U-17 yang Gagal Lolos ke Piala Dunia U-17, Ada Keturunan Indonesia?
- Titiek Puspa Meninggal Dunia
- Gacor di Liga Belanda, Sudah Saatnya PSSI Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung Ini
- Eks Muncikari Robby Abbas Benarkan Hubungan Gelap Lisa Mariana dan Ridwan Kamil: Bukan Rekayasa
Pilihan
-
Profil CV Sentosa Seal Surabaya, Pabrik Diduga Tahan Ijazah Karyawan Hingga Resign
-
BMKG Bantah Ada Anomali Seismik di Bogor Menyusul Gempa Merusak 10 April Kemarin
-
6 Rekomendasi HP Rp 4 Jutaan Terbaik April 2025, Kamera dan Performa Handal
-
5 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Snapdragon, Performa Handal Terbaik April 2025
-
Hasil BRI Liga 1: Diwarnai Parade Gol Indah, Borneo FC Tahan Persib Bandung
Terkini
-
Maut di Jalan Wates: Ninja Hantam Tiang, Satu Nyawa Melayang
-
Jogja Diserbu 4,7 Juta Kendaraan Saat Lebaran, 9 Nyawa Melayang Akibat Kecelakaan
-
Malioboro Bau Pesing? Ide Pampers Kuda Mencuat, Antara Solusi atau Sekadar Wacana
-
BI Yogyakarta Catat Penurunan Drastis Peredaran Uang Tunai saat Lebaran, Tren Transaksi Berubah
-
Kantongi Lampu Hijau dari Pusat, Pemkab Sleman Tancap Gas Isi Kursi Kosong OPD