Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Mutiara Rizka Maulina
Kamis, 31 Desember 2020 | 17:45 WIB
Sebagian masyarakat Yogyakarta bergotong royong membersihkan kawasan Malioboro setelah bubarnya aksi massa, terutama di depan Gedung DPRD DIY, Kamis (8/10/2020) malam. (Istimewa)

SuaraJogja.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta memutuskan untuk tidak menutup total kawasan Malioboro saat malam tahun baru. Rencananya pemerintah justru akan menerapkan kebijakan buka tutup untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan pengunjung maupun wisatawan di kawasan ikon Yogyakarta tersebut.

Sayangnya, kebijakan tersebut seolah tidak disambut dengan baik oleh masyarakat umum. Kata Malioboro lantas menjadi tranding topic di twitter Kamis (31/12/2020). Hingga artikel ini diunggah, setidaknya sudah ada 3000 lebih cuitan yang membahas mengenai kebijakan tersebut. Tidak sedikit yang merasa kecewa dengan langkah yang ditempuh Pemkot Yogyakarta.

Alasan Pemerintah yang ingin wisatawan tetap memiliki kenangan selama berada di Malioboro banyak dijadikan lelucon oleh warganet. Sementara sebaliknya, objek wisata di empat kabupaten lainnya justru akan ditutup pukul 18:00 WIB untuk mencegah terjadinya kerumunan di kawasan wisata.

"Pas sebelum Covid pun udah gak pingin malem tahun baruan di Malioboro, karena udah pernah dan biasa aja, ga ada memori indah. Macet, hujan, makanan mahal dsb. Udah enak tahun baru emang di rumah aja," tulis akun @nesrike.

Baca Juga: 19 Napi di Lapas Kota Yogyakarta Dapat Remisi Natal 2020

"Padahal aku sekitar pertengahan bulan ini ke Jogja karena nemenin kakakku yang ada keperluan mendesak, pas lewat malioboro beuh rame banget. Apalagi tahun baru coba," komentar akun @daegaufairy.

"Malioboro weekend aja jam 5 dahh rame apalagi pas taun baru gini. Pas belum ada covid waktu itu langsung jadi lautan manusia, ntar malem gatau deh. Aku mau nugas aja tapi kumpulin niatnya lama bener dah asli," tanggapan akun @freyagrieus.

Berdasarkan pengalaman pribadi mereka, beberapa warganet berpendapat jika pada malam perayaan tahun baru akan terjadi tumpukan pengunjung di kawasan wisata tersebut. Pasalnya, pada hari-hari sebelumnya juga terlihat adanya banyak wisatawan yang datang ke area Titik 0 KM tersebut.

"Malioboro sampai puluhan tahun lagi juga masih ada. Tapi yang ntar malam nekad tahun baruan di situ belum tentu," ujar akun @IDberry.

"Pemkot berharap wisatawan punya memori di Malioboro, antara sebelum positive dan saat positive Covid-19," tulis akun @agamacadburry.

Baca Juga: Jelang Ibadah Natal, Jibom Polda DIY Sterilisasi Gereja di Kota Yogyakarta

"Ketika kamu dilarang berkerumun, tapi Malioboro tetap dibuka untuk umum. Rasanya ini kok ujian (untuk tetap di rumah) sekaligus beban (tidak ada kenangan di malam tahun baru) buat mereka yang membutuhkan pengakuan di sosial media," komentar akun @andriherbudi.

Sementara akun @unitrh mengatakan, "Memori pas masih sehat, trus tahun baruan di Malioboro, trus pulangnya kena copit Bubeks. Pemkot Jogja nih emang beda sendiri. Pusing."

Banyak warganet yang merasa pesimis dengan perizinan dibukanya kawasan Malioboro untuk tempat perayaan momen tahun baru. Banyaknya masyarakat yang akan datang ke tempat itu dinilai akan menimbulkan kerumunan yang berdampak buruk pada penanganan pandemi.

Load More