Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 25 Januari 2021 | 17:30 WIB
Seorang relawan sekaligus warga asli Pelemsari, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Eko Susilo (36), menjaga akses masuk masyarakat untuk tidak jalan lebih jauh di Basecamp Jeep 86, Ngrangkah, Pangukrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Senin (25/1/2021). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Aktivitas erupsi efusif Gunung Merapi, yang masih terus terjadi sejak 4 Januari 2021 lalu, ternyata menarik perhatian banyak orang. Bukan menjauh, malah banyak orang yang penasaran ingin melihat lebih dekat secara langsung fenomena yang terjadi di Gunung Merapi, mulai dari luncuran lava pijar hingga awan panas guguran.

Seorang relawan sekaligus warga asli Pelemsari, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Eko Susilo (36), mengaku, sejak fenomena lava pijar muncul kembali ke permukaan Merapi, masyarakat yang penasaran ingin melihat makin banyak.

Tak hanya untuk melihat secara langsung, mereka juga ingin mengabadikan momen-momen keluarnya magma dari perut Gunung Merapi.

"Walah Mas, di sini [Basecamp Jeep 86] kalau enggak dijaga, ya banyak yang bablas. Padahal tulisan sudah berlapis-lapis dari bawah sampai atas," ujar Eko saat ditemui awak media di Basecamp Jeep 86, Ngrangkah, Pangukrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Senin (25/1/2021)

Baca Juga: Dalam 6 Jam, Gunung Merapi Luncurkan Lava Pijar Sebanyak 29 Kali

Eko menjelaskan, momen keluarnya lava dari gunung api yang berada di perbatasan DIY dan Jawa Tengah itu tidak bisa ditentukan, sehingga hal itu memaksa setiap orang yang ingin melihat secara langsung harus menunggu dengan lebih sabar.

Belum lagi, cuaca di puncak atau sekitar Gunung Merapi harus cerah. Sebab jika tidak, luncuran lava pijar itu tidak akan bisa terlihat dengan mata telanjang atau bahkan diabadikan dengan ponsel.

"Kalau momen lava pijar turun itu ya memang tidak bisa dipastikan, tapi yang jelas, malam itu biasanya sering muncul. Kalau tertutup kabut, tidak bisa terlihat jelas kecuali jika menggunakan alat yang canggih," ucapnya.

Ditanya mengengai potensi wisata baru bagi masyarakat yang penasaran dan ingin melihat fenomena lava pijar secara langsung, kata Eko, pihaknya masih mempertimbangkan. Pasalnya, ada beberapa persoalan yang masih perlu diperhatikan lebih lanjut terkait potensi wisata masyarakat tersebut.

Pertama, terkait status Gunung Merapi, yang saat ini berada pada tingkat Siaga atau Level III. Jika sesuai dengan rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), maka untuk sementara, pelaku wisata diminta tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi.

Baca Juga: Ustaz Yahya Waloni Disorot karena Ogah Pakai Masker dan 4 Berita SuaraJogja

Salah satunya tidak boleh melakukan kegiatan pendakian ke puncak di tengah kondisi Merapi yang belum stabil. Sementara itu, jarak antara Basecamp Jeep 86 tersebut dengan puncak Merapi hanya sejauh 5,5 kilometer.

Load More