Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 29 Januari 2021 | 19:30 WIB
Awan panas guguran Gunung Merapi terlihat dari Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (9/1/2021). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Hanik juga belum bisa menyimpulkan bahwa apakah aktivitas Gunung Merapi saat ini sudah mulai berhenti atau belum. Menurutnya perkembangan itu masih harus ditunggu dalam beberapa waktu ke depan, tidak bisa hanya dalam waktu tiga hari langsung ditarik kesimpulan.

"Masih ditunggu dan memang harus sabar. Namun nanti tentunya indikator itu akan muncul atau terlihat, apakah akan selesai atau akan muncul lagi suplai dari dalam itu," jelasnya.

Ditambahkan Hanik, per 29 Januari 2020 distribusi probabilitas dari indikator yang ada, erupsi efusif masih berada paling atas dengan probabilitas sebesar 43 persen. Sementara untuk potensi eksplosif dan kubah-dalam menurun secara signifikan.

Melalui kesimpulan itu, ucap Hanik, ditambah memperhatikan erupsi saat ini yang mengarah ke barat daya. Maka potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas.

Baca Juga: Mulai Aman, Pengungsi Merapi di Barak Glagaharjo Sudah Pulang ke Rumah

Potensi bahaya itu bakal berfokus pada sektor Kali Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau sejauh maksimal 3 kilometer dari puncak.

Selain itu kegiatan penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III juga tetap direkomendasikan untuk dihentikan sementara waktu. Ditambah dengan imbauan kepada pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak dalam kondisi saat ini.

Perlu diketahui juga hingga saat ini, BPPTKG masih menetapkan status Gunung Merapi pada Siaga (Level III).

Load More