Menurut Yahya, pelaku klitih tak memiliki ruang berekspresi di lingkungan keluarganya. Tak hanya itu minimnya perhatian menjadi salah satu faktor anak-anak remaja terjerumus ke lingkaran klitih.
Kendati demikian, seniman yang sebelumnya pernah menggelar pameran serupa di Magelang bertema kekerasan ini melihat, ada seorang anak remaja yang harus dirangkul agar menemukan jalan pulang yang lebih baik.
“Apakah benar klitih itu benar-benar salah dan kekerasan harus diselesaikan dengan kekerasan?. Jika ada Jogja Darurat Klitih, apa yang harus diperbuat?, maka saya ingin memberikan wadah mereka berekspresi di pameran ini,” katanya.
Pameran yang dibuat Yahya, menyediakan ruang bagi para pelaku klitih. Ada satu sudut ruangan yang dimanfaatkan pelaku yang saat ini masih eksis menceritakan kelamnya hidup di lingkungan klitih. Tak hanya itu ada satu buah tembok panjang yang bebas dicoret oleh pengunjung maupun pelaku yang datang.
Baca Juga: Dilaporkan ke Polisi, Pelaku Klitih di Maguwoharjo Dihukum Wajib Lapor
Selain itu, hasil karya dan cerita para pelaku klitih akan dibukukan dan nantinya akan dibuat teater selama pameran digelar.
Edukasi sisi gelap Klitih
Kurator Pameran, Arham Rahman menjelaskan pameran yang akan digelar selama satu bulan penuh ini ingin mengedukasi masyarakat dan juga pelaku untuk melihat sisi lain dari gelapnya dunia klitih. Sebuah permasalahan tidak akan selesai jika tak bisa menurunkan ego masing-masing.
Arham menyebut setidaknya ada tiga hal yang memicu remaja beralih ke dunia klitih. Pertama penyempitan ruang kota dimana didominasi pariwisata yang mengambil ruang anak muda.
“Bukan bermaksud mendikotomi pendatang atau wisatawan, namun terlihat ada gejala penyempitan ruang kota yang memperbesar potensi kekerasan jalanan. Ruang ekspresinya berkurang, misal masifnya (pembangunan) hotel. Yang kedua terkait psikologis anak, kebanyakan masalah keluarga, bukan ekonomi,” kata dia.
Baca Juga: Babak Belur, 2 Remaja Diduga Pelaku Klitih Diamankan Warga Maguwoharjo
Arham mengatakan bahwa Klitih berbeda dengan kejahatan lainnya. Klitih lebih kepada sadisme. Hal itu bisa berawal dari bullying, bahkan ancaman dari orang terdekat yang direkam oleh otak anak sehingga melampiaskan dengan cara yang kejam.
Berita Terkait
-
AI Mengguncang Dunia Seni: Kreator Sejati atau Ilusi Kecerdasan?
-
Remaja di Medan Tertusuk Senjata Tajam Teman Saat Kabur Usai Tawuran Waktu Sahur
-
Kolaborasi Seni dan Fashion di Bulan Ramadhan: Hadirkan Scarf hingga Mug Karya Seniman Disabilitas
-
Gindring Waste: Tengkorak, Kritik Sosial, dan Kegelisahan Seniman di Tengah Intimidasi
-
Panasonic-GOBEL ART with HEART Resmi Digelar, Wujud Nyata Inklusivitas dalam Dunia Seni
Tag
Terpopuler
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Daftar Pemain Timnas Belanda U-17 yang Gagal Lolos ke Piala Dunia U-17, Ada Keturunan Indonesia?
- Titiek Puspa Meninggal Dunia
- Gacor di Liga Belanda, Sudah Saatnya PSSI Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung Ini
- Eks Muncikari Robby Abbas Benarkan Hubungan Gelap Lisa Mariana dan Ridwan Kamil: Bukan Rekayasa
Pilihan
-
Momen Timnas Indonesia U-17 Gendong ASEAN Jadi Pembicaraan Media Malaysia
-
Terbang ke Solo dan 'Sungkem' Jokowi, Menkes Budi Gunadi: Dia Bos Saya
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan Kamera Beresolusi Tinggi, Terbaik April 2025
-
Harga Emas Terbang Tinggi Hingga Pecah Rekor, Jadi Rp1.889.000
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
Terkini
-
Maut di Jalan Wates: Ninja Hantam Tiang, Satu Nyawa Melayang
-
Jogja Diserbu 4,7 Juta Kendaraan Saat Lebaran, 9 Nyawa Melayang Akibat Kecelakaan
-
Malioboro Bau Pesing? Ide Pampers Kuda Mencuat, Antara Solusi atau Sekadar Wacana
-
BI Yogyakarta Catat Penurunan Drastis Peredaran Uang Tunai saat Lebaran, Tren Transaksi Berubah
-
Kantongi Lampu Hijau dari Pusat, Pemkab Sleman Tancap Gas Isi Kursi Kosong OPD