SuaraJogja.id - Sebuah cerita inspiratif dari pria yang sebelumnya dipandang bakal jadi gelandangan jadi perhatian publik.
Cerita ini dibagikan oleh akun @AfidBaroroh yang kemudian dikutip di akun Instagram @undercover.id.
Dalam kisahnya, pemilik akun Afid mengungkapkan masa SMA-nya yang nyaris terbuang percuma. Selain dihabiskan untuk mabuk dan bolos, ia juga mengaku kerap dimarahi oleh guru lantaran gemar tidur di kelas saat pelajaran.
Suatu hari menjelang kelulusan, para siswa di sekolahnya ditanya hendak meneruskan kemana setelah lulus. Dari puluhan siswa yang memberi jawaban hanya tiga diantaranya yang tak ingin lanjut berkuliah, termasuk dirinya.
Baca Juga: INFOGRAFIS : Cara Bayar UTBK-SBMPTN 2021, Mudah dan Praktis!
"OKeeeyyy hari ini ibu mau mastiin siapa disini yang mau lanjut kuliah di PTN, kata guruku. Dari 30-an anak yang mengacungkan tangan cuma 3 orang yang tidak termasuk aku," tulis Afid.
Ia menjawab alasannya tak tunjuk jari untuk berkuliah di PTN lantaran masih memiliki tanggungan 3 adiknya. Lantaran itu, ia lebih memilih mencari kerja ketimbang kuliah.
"Lah kamu kenapa gak ngacungin tangan? tegur guruku. Enggak bu. Saya punya 3 adek yang harus saya sekolahkan. Harusnya ibu kasih 3 pilihan perusahaan yang udah kerja sama dengan sekolah pasti saya pilih. Nikomas, indakiat atau apalah gitu bu," ucapnya.
Menanggapi pernyataannya itu, sang guru yang geram menyebut bahwa dia lebih cocok menjadi tukang tambal ban atau gelandangan.
"Orang macem kamu itu cuma cocok jadi tukang tambal ban, kenek angkot atau jadi gelandangan," kata sang guru.
Baca Juga: 3 Kiat Jaga Mental Tetap Sehat Jelang UTBK SBMPTN 2021
Terlecut pernyataan sang guru, ia kemudian berusaha keras untuk bangkit menjadi lebih baik. Dibantu salah seorang kawannya, ia perlahan berubah jadi lebih rajin dalam belajar.
"Nasibku sedang dipertaruhkan. Aku diem-diem nyulik kawan IPA yang gak pernah tau sebelumnya siapa. Aku ancam dia buat ajarin aku matematika. kasih tau aku tentang SBMPTN materi-materinya," tulisnya.
Suatu hari kemudian, ia keheranan ketika dipanggil ke ruangan guru BK. Di ruangan itu ia diberitahu jika masuk dalam peringkat ke-20 siswa terbaik mengalahkan 300an siswa lainnya. Ia kemudian disarankan untuk ikut SNMPTN dan harus masuk UGM.
Saat wisuda tiba, sang guru mengumumkan jika dia telah diterima di UGM.
"Aku langsung sujud di kaki emakku. Aku cium tanggannya aku peluk erat. Aku nangis," kenangnya.
Di saat yang bersamaan, Ayahnya sakit dan masuk rumah sakit sementara dengan pekerjaan sang ibu yang hanya berjualan nasi uduk, membuat keluarganya agak keberatan untuk membiayai kuliah Afid.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Sentil Isu Sampah di Piyungan Lewat Lagu, Ini Alasan BEM KM UGM
-
Kritisi Penerapan ETLE, Pustral UGM: Ada Potensi Ketidaktepatan Tindakan
-
Sikapi Kelonggaran Mudik Lebaran, Epidemiolog UGM: Sebaiknya Tak Mudik Dulu
-
Pelaku Ghosting Buat Korban Bingung, Psikolog UGM Ungkap Kepribadiannya
-
Buat Lagu "Negeri Istimewa", BEM KM UGM Soroti Kondisi TPST Piyungan
Terpopuler
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas MPV 1500cc: Usia 5 Tahun Ada yang Cuma Rp90 Jutaan
- 5 Rekomendasi Pompa Air Terbaik yang Tidak Berisik dan Hemat Listrik
- Diperiksa KPK atas Kasus Korupsi, Berapa Harga Umrah dan Haji di Travel Ustaz Khalid Basalamah?
- 5 AC Portable Mini untuk Kamar Harga Rp300 Ribuan: Lebih Simple, Dinginnya Nampol!
Pilihan
Terkini
-
Terjadi Kericuhan di Jalan Godean, Massa Rusak Satu Buah Mobil di Sleman
-
Liburan Sekolah, Sampah Menggila! Yogyakarta Siaga Hadapi Lonjakan Limbah Wisatawan
-
Duh! Dua SMP Negeri di Sleman Terdampak Proyek Jalan Tol, Tak Ada Relokasi
-
Cuan Jumat Berkah! Tersedia 3 Link Saldo DANA Kaget, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan
-
Pendapatan SDGs BRI Capai 65,46%, Wujudkan Komitmen Berkelanjutan