Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Jum'at, 23 April 2021 | 14:57 WIB
Suasana mediasi, di salah satu ruangan, Mapolsek Gamping, Jumat (23/4/2021). (kontributor/uli febriarni)

SuaraJogja.id - Seluruh pihak yang bersitegang karena keributan di ruang IGD RSA UGM hingga viral beberapa waktu lalu, akhirnya sepakat menempuh jalur damai. Kesepakatan itu dicapai setelah pelaku yang memaki nakes dan menyumpahi pasien, rekannya, keluarga pasien dan RSA UGM bertemu satu ruangan, di Mapolsek Gamping, Jumat (23/4/2021). 

Kanit Reskrim Polsek Gamping AKP Fendi Timur mengatakan, pada Jumat pagi pihaknya sudah memeriksa empat orang yang terlibat dalam keributan di RSA UGM. Setelah itu, diikuti dengan mediasi bagi pihak-pihak terkait. Karena hal tersebut diperkenankan dalam Undang-undang yang berlaku. 

"Kami diperkenankan menempuh Alternative Dispute Resolution (ADR). Yang intinya bagaimana Jogja aman dan damai," kata Fendi, usai mediasi. 

Baca Juga: Pria Maki Nakes RSA UGM dan Sumpahi Pasien, Anak Pasien Meninggal Murka

Baik pihak pelapor, terlapor maupun RS, sepakat untuk menyelesaikan masalah tersebut secara musyawarah kekeluargaan. 

"Pihak yang memicu keributan, sudah meminta maaf kepada keluarga pasien dan masyarakat Jogja pada umumnya. Pelapor maupun RSA UGM sudah memaafkan mereka," terangnya. 

Fendi mengungkapkan, jalur musyawarah kekeluargaan juga ditempuh agar para pemuda yang membuat keributan di IGD itu mengetahui dan mengerti, bahwa membuat keributan ada ancaman hukumnya yang berlaku. 

"Mereka berteriak-teriak dan membuat keributan, karena ingin rekannya segera mendapatkan penanganan saat berada di IGD RSA UGM. Para pemuda ini merasa rekan mereka lamban mendapatkan penanganan," ucapnya. 

Memaparkan kronologi, Fendi menyebut peristiwa bermula saat saudari Ft mengetahui RS, rekan kosnya, menderita sakit sehingga muntah darah. Mengetahui itu, Ft menelepon rekannya, AR. AR ini selanjutnya meminta Dm.

Baca Juga: Anosmia Bisa Permanen, Dokter RSA UGM Sarankan Latihan dengan Aroma Ini

"Lalu datanglah Dm ke kos Ft dan RS, untuk menjemput RS. Awalnya mereka menuju RSA UGM menggunakan motor. Tetapi begitu tahu kondisi tidak memungkinkan, mereka menyewa taksi online," tutur Fendi. 

Mereka kemudian berkomunikasi dengan perawat IGD. Namun pihak IGD mengatakan, jika penanganan pasien sudah ada standar operational procedure (SOP). Para pemuda ini tidak terima, mengumpat, memaki nakes dan memicu keributan.

"Hal tersebut menyebabkan perdebatan dan itu mengganggu pasien lain, timbulah keributan," ucapnya.

Damas Aditya yang menjadi salah satu pemuda pembuat keributan itu, menyatakan terima kasih kepada Ika Susanti dan segenap keluarga besarnya. Ia mengaku menyesal dan tidak akan mengulangi perbuatannya. 

"Semoga dimaafkan oleh seluurh keluarga dan dipermudah [segala urusan terkait persoalan ini]," tandasnya.

Kontributor : Uli Febriarni

Load More