SuaraJogja.id - Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Yogyakarta Edy Muhammad mengatakan bahwa data kekerasan terhadap anak selama pandemi menunjukkan terjadinya peningkatan.
Data tahun 2019, ada 139 kasus kekerasan, sementara pada 2020 ditemukan 145 kasus. Sebanyak 39 kasus di antaranya menimpa anak-anak. Pada 2020, kekerasan juga menimpa dua orang difabel.
"Sampai dengan bulan Mei menunjukkan yang juga dibanding bulan sebelumnya juga meningkat," kata Edy saat dikonfirmasi Minggu (23/5/2021).
Beberapa alasan yang menjadi latar belakang tingginya kasus tersebut adalah karena karakter pelaku, faktor ekonomi dan faktor orang lain. Alasan tersebut menjadi tiga besar hal yang melatarbelakangi terjadinya kekerasan.
Baca Juga: Ini Detik-detik Kecelakaan di Jalan Tamansiswa Hingga Picu Kebakaran
Meski demikian, Edy menyampaikan apresiasi kepada Satgas Siap Gerak (Gerak) dalam menjalankan tugas. Tahun 2021 ini, Edy sengaja meminta Satgas Gerak diisi oleh orang-orang yang sudah dikenal masyarakat.
Anggota Satgas Sigrak juga disebut aktif berkunjung ke lapangan dan masyarakat. Keaktifan anggota Satgas Sigrak menunjukkan kinerja yang meningkat dan berdampak pada data yang juga meningkat.
"Tapi ini bagian dari konsep kami agar fenomena gunung es-nya ya biar jangan yang tersembunyi yang besar. Tapi justru yang terungkap," kata Edy.
Ia menambahkan, meningkatnya data kekerasan yang selaras dengan keaktifan Satgas menunjukkan seluruh data yang ada. Jangan sampai, justru ada fenomena gunung es, dimana data yang sedikit lantaran banyaknya kasus yang tidak terlaporkan.
Pihaknya cenderung memprioritaskan sistem berjalan manakala ada kasus kekerasan bisa segera dijangkau dan didampingi. Menurut Edy, dari data kekerasan terhadap anak tidak menunjukkan data kasus terjadi lantaran sekolah dilaksanakan secara daring.
Baca Juga: Siap Tes DNA Anak, Ratu Rizky Nabila Juga Akan Buktikan Tak Berzina
"Data menunjukkan ada pergeseran, kalau tahun sebelumnya data menunjukkan kekerasan ada di sekolah. Kemudian tahun berikutnya bergeser ke keluarga. Begitu pandemi, karena sekolah sistemnya daring, maka kekerasan yang muncul justru dari keluarga," imbuhnya.
Edy menjelaskan, dengan adanya pandemi ini beberapa orangtua menghadapi masalah ekonomi. Dari anak dan orangtua yang biasanya jarang berhadapan langsung, membuat karakter asli yang mungkin juga disebabkan tumpukan masalah akhirnya muncul.
Salah satu karakter yang bisa muncul lantaran desakan ekonomi atau tumpukan masalah dalam keluarga adalah mudah emosi. Data juga menunjukkan kekerasan terhadap anak paling tinggi adalah kekerasan secara psikis.
Untuk menekan angka kekerasan tersebut maka pihaknya aktif melalui pokja satu PKK mengaktifkan kembali mitra keluarga. Kelompok tersebut akan melakukan sosialisasi terhadap keluarga. Pihaknya juga kembali mengaktifkan kader posyandu dan relawan sehat dapur balita.
"Kepada wilayah kita memang roadshow melalui zoom dan responnya memang luar biasa. Mereka aktif semua, dan ini menjadi bagian dari upaya kita. Selain itu nanti kita harapkan peran dari keluarga itu sendiri," tukasnya.
Alih-alih melakukan kekerasan terhadap anak, Edy mengajak keluarga untuk mengarusutamakan pemenuhan hak-hak anak. Ketika terjadi permasalahan, peran dari lingkungan sekitarnya turut memberikan nasehat atau ikut menetralisir dan mengurangi dampak.
Namun, jika dari lingkungan mengalami kesulitan dalam membantu menetralisir masalah, keluarga bisa menghubungi Dinas P3AP2KB Kota Yogyakarta melalui Puspaga atau menghubungi psikolog yang ada di puskesmas.
Berita Terkait
-
There's Still Tomorrow: Perjuangan Ibu Lawan KDRT Demi Masa Depan Anak
-
Cemburu Buta! Pria di Blitar Bacok Mantan Istri dan Ibu Mertua!
-
Kini Resmi Cerai, Ingat Lagi Kronologi Kasus KDRT Cut Intan Nabila
-
Ditinggal Pergi Suami Usai Jadi Korban KDRT, Ratu Meta: Ceraiin Saya Aja
-
Ratu Meta Dipukul Suami di Depan Anak yang Masih Kecil
Tag
Terpopuler
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Daftar Pemain Timnas Belanda U-17 yang Gagal Lolos ke Piala Dunia U-17, Ada Keturunan Indonesia?
- Titiek Puspa Meninggal Dunia
- Gacor di Liga Belanda, Sudah Saatnya PSSI Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung Ini
- Eks Muncikari Robby Abbas Benarkan Hubungan Gelap Lisa Mariana dan Ridwan Kamil: Bukan Rekayasa
Pilihan
-
Persija Terlempar dari Empat Besar, Carlos Pena Sudah Ikhlas Dipecat?
-
Momen Timnas Indonesia U-17 Gendong ASEAN Jadi Pembicaraan Media Malaysia
-
Terbang ke Solo dan 'Sungkem' Jokowi, Menkes Budi Gunadi: Dia Bos Saya
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan Kamera Beresolusi Tinggi, Terbaik April 2025
-
Harga Emas Terbang Tinggi Hingga Pecah Rekor, Jadi Rp1.889.000
Terkini
-
Maut di Jalan Wates: Ninja Hantam Tiang, Satu Nyawa Melayang
-
Jogja Diserbu 4,7 Juta Kendaraan Saat Lebaran, 9 Nyawa Melayang Akibat Kecelakaan
-
Malioboro Bau Pesing? Ide Pampers Kuda Mencuat, Antara Solusi atau Sekadar Wacana
-
BI Yogyakarta Catat Penurunan Drastis Peredaran Uang Tunai saat Lebaran, Tren Transaksi Berubah
-
Kantongi Lampu Hijau dari Pusat, Pemkab Sleman Tancap Gas Isi Kursi Kosong OPD