Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 16 Juni 2021 | 08:35 WIB
Komunitas Jawil Jundil (JJ) usai audiensi di Mapolres Sleman, Selasa (15/6/2021). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Kejahatan jalanan atau yang sering dikenal sebagai klitih masih kerap terjadi di Yogyakarta. Upaya dari pihak berwajib tidak henti-hentinya dilakukan untuk memberikan kenyamanan kepada masyarakat.

Prihatin dengan kondisi tersebut, sekelompok relawan yang tergabung dalam kelompok Jawil Jundil (JJ) hadir dalam rangka turut memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat khususnya di Sleman.

Salah satu anggota Inti Jawil Jundil (JJ), Yoga Restu AD, menceritakan bahwa komunitas Jawil Jundil telah berdiri sejak 28 Maret 2020 silam. Setidaknya ada 14 anggota inti yang tergabung di 4 sektor mulai dari barat, utara, timur dan selatan.

"Kalau keseluruhan [anggota] sekitar 250an lebih se-Sleman," kata Yoga kepada awak media, Selasa (15/6/2021).

Baca Juga: Pertemanan Kriminal, AS dan S Mencuri dalam 15 Menit di Banyak Lokasi di Sleman

Yoga menjelaskan, terbentuknya JJ itu murni dari panggilan keprihatinan hati sebagai relawan dengan keadaan selama ini. JJ sendiri bertujuan untuk melakukan tindakan preventif serta membantu aparat memerangi kejahatan jalanan di Yogyakarta.

Menurutnya sinergitas antara aparat kepolisian dengan relawan memang dibutuhkan untuk terus menekan tindak brutal kejahatan jalanan itu.

Guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dalam kegiatannya menumpas para pelaku klitih, kata Yoga, setiap anggota inti dibekali dengan kemampuan bela diri.

"Karena kita keluar malam itu benar-benar tidak pakai apa-apa, hanya nekat niat saja. Pokoknya Gusti Allah," tuturnya.

Yoga menyebut bahwa pihaknya selalu melakukan sistem acak atau rolling dalam setiap giatnya. Sehingga memang jika ditanya secara tempat tidak bisa dipastikan sebab ada dimana-mana.

Baca Juga: Kasus Penganiayaan di Sleman, Pelaku Sempat Buat Laporan Palsu Ngaku Diklitih

Untuk komunikasi sendiri selama ini hanya memanfaatkan grup WhatsApp khusus untuk anggota JJ. Bermodalkan pengaturan panggilan suara yang berbeda, anggoya JJ sudah akan langsung bergerak cepat jika mendapat kabar adanya indikasi klitih.

"Kita terbatas semuanya tapi tetap berusaha bermanfaat di masyarakat. Jadi JJ itu sebenarnya tidak untuk klitih aja tapi untuk giat kita itu Jumat berkah juga ada," ucapnya.

Sigapnya para anggota JJ dalam merespon informasi yang didapatkan turut melatarbelakangi pemilihan nama Jawil Jundil sendiri.

"Tentang kecepatan respon, action dari kita bisa langsung jundil saat dijawil. Karena kita JJ itu everytime everywhere, setiap saat dimana saja," tegasnya.

Yoga menuturkan dalam satu tahun belakangan, JJ sudah berhasil menangkap klituh sebanyak dua kali. Penangkapan itu sudah dengan standar SOP yang ditetapkan komunitas tersebut dengan tidak melakukan kekerasan dan menyerahkan pelaku ke pihak kepolisian.

Selain menangkap klitih, pihaknya juga menjadi mediator dalam penanganan tawuran antar pemuda atau perkelahian antar geng yang ada.

"Seperti tahun baru, Idulfitri, takbiran itu langganan. Kemarin juga kita menangani pendamaian di 5 desa terlibat di situ biar tidak terjadi perkembangan [lebih buruk] agar bisa dikondisikan," ungkapnya.

Ditanya terkait menandai anak-anak yang diduga hendak melakukan klitih, kata Yoga tidak bisa diprediksi secara pasti. Namun di dalam tim JJ sendiri terkadang justu ada yang mempunyai link khusus untuk mengetahui lebih dulu info dari pihak-pihak yang bersangkutan.

Mengenai wilayah giat yang saat ini masih berfokus di Bumi Sembada saja, Yoga tidak menutup kemungkinan akan lebih memperluas lagi wilayahnya.

"Sudah ada [rencana lebih besar lagi], sudah mulai ada respon yang baik keliatannya nanti bisa se-DIY," ucapnya.

Namun untuk saat ini JJ belum akan menerima anggota baru lagi. Menurutnya diperlukan sikap selektif dalam memilih calon anggota untuk bergabung.

"Kemarin di ICJ banyak ada ratusan orang mau gabung tapi belum diterima karena kita harus tau karakter orangnya jadi harus selektif. Jangan sampai menambah permasalahan baru," tandasnya.

Kemunculannya komunitas JJ yang bergerak dalam penanganan tindak kejahatan jalanan itu kemudian mendapat perhatian dari Polres Sleman. Bahkan, Selasa (15/6/2021) hari ini Polres Sleman mengajak audiensi kepada audiensi komunitas tersebut.

Sementara itu Pembina Jawil Jundil (JJ), Waljito menegaskan JJ adalah komunitas yang peduli terhadap penanganan klitih.

"Kedatangan di sini [Mapolres Sleman] untuk meluruskan bahwa aktivitas kita itu ingin membantu masyarakat dalam rangka mengurangi keresahan yang saat ini sedang terjadi terkait dengan klitih," kata Waljito.

Waljito menegaskan JJ tidak menjadi hakim di jalanan terkait dengan penindakan klitih. Pihaknya telah berkomitmen bersama dengan Polres Sleman untuk bersinergi khususnya dalam penanganan klitih di wilayah Sleman.

Pihaknya bahkan juga telah memiliki SOP terkait dengan melakukan penanganan pelaku klitih tersebut. Nantinya jika memang ditemukan indikasi pelaku klitih, JJ akan memberikan informasi, membubarkan serta mengamankan untuk diserahkan ke pihak kepolisian.

"Kalau terjadi memang kalau perlu diamankan ya diamankan tapi tetep bersinergi dengan kepolisian. Tidak ada sama sekali terkait dengan kekerasan, tidak ada kekerasan," ujarnya.

Waljito berharap dengan pertemuan JJ dengan Polres Sleman dapat menegaskan kembali bahwa komunitas ini adalah komunitas yang baik. Dalam artian tidak main hakim sendiri dan tetap berkoordinasi dengan jajaran kepolisian sebagai garda terdepam penegakan hukum.

"Jadi sifatnya hanya membantu kepolisian untuk menangani, mengurangi, membantu keresahan masyarakat Jogja terkait masalah klitih," jelasnya.

Pihaknya juga mengharapkan semua pihak mulai dari kepolisian, kriminolog, pemerintah daerah hingga relawan dapat duduk bersama. Tujuannya untuk mencari formula yang paling tepat mengenai penanganan klitih.

Load More